Helo Indonesia

Judi Online pada Anak-anak, Negara Harus Bertindak

Ajie - Opini
Jumat, 21 Juni 2024 15:40
    Bagikan  
Antonius Benny Susetyo

Antonius Benny Susetyo -

Oleh: Antonius Benny Susetyo

Satuan Tugas Pemberantasan Perjudian Online  (Satgas Judol) baru-baru ini mengungkapkan data yang mengejutkan terkait dengan perjudian online di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), terungkap bahwa 2 persen dari total pemain judi online (judol) di Indonesia adalah anak-anak di bawah umur.

Dengan angka mencapai 80 ribu anak, fenomena ini menjadi alarm serius bagi bangsa kita, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan pada kesehatan mental dan perkembangan karakter anak-anak.

Baca juga: Siapkan Kader Legislator, Dema Fakultas Psikologi USM Gelar Training Legislatif dan Gathering

Anak-anak yang terjerumus dalam judol  cenderung mengalami berbagai gangguan mental. Permainan yang seharusnya menjadi sarana hiburan berubah menjadi sumber kecemasan, depresi, dan perasaan tidak berdaya. Bahkan, dalam beberapa kasus ekstrem, ketergantungan pada judol  dapat memicu keinginan bunuh diri. Data menunjukkan bahwa anak-anak berusia 8 hingga 10 tahun sangat rentan terhadap dampak negatif ini. Dari 10 ribu anak dalam kelompok usia tersebut, hampir 2 persen terkena dampak buruk dari perjudian online.

Kehidupan anak-anak yang seharusnya penuh dengan keceriaan dan permainan, kini berubah menjadi dunia yang penuh dengan tekanan dan isolasi. Ketergantungan pada judol tidak hanya merusak kesehatan mental, tetapi juga mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berelasi mereka. Anak-anak yang mengalami gangguan mental karena judol cenderung menunjukkan perilaku agresif dan lebih mudah terlibat dalam tindakan kriminal.

Baca juga: Tekad Pegulat Jateng, Ingin Akhiri Puasa Medali Emas di PON Selama 16 Tahun

Di tengah maraknya perjudian online yang menyasar anak-anak, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi generasi muda. Penting bagi negara untuk segera menghentikan praktik judol, khususnya yang menargetkan anak-anak. Pembentukan satuan tugas khusus yang fokus pada penanganan mental anak-anak akibat dampak judol menjadi sangat krusial. Langkah ini harus diikuti dengan pendekatan psikologis dan pemulihan mental yang efektif agar anak-anak dapat kembali menikmati dunia mereka yang penuh keceriaan.

Peran Keluarga

Selain itu, pendidikan keluarga memainkan peran penting dalam mengawasi dan membimbing anak-anak. Orang tua perlu lebih waspada terhadap penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Pengawasan ketat terhadap aplikasi dan permainan yang diakses oleh anak-anak harus menjadi prioritas. Orangtua harus menyadarkan anak-anak mereka tentang bahaya judol dan membangun komunikasi yang baik untuk memahami masalah yang dihadapi anak-anak mereka.

Untuk melindungi anak-anak dari dampak buruk judol

Baca juga: Keterbatasan Ekonomi tak Halangi Amanda Syafira Mengenyam Pendidikan Tinggi

, pengawasan terhadap aplikasi dan permainan online harus diperketat. Banyak permainan yang menggunakan kedok "dunia bermain" namun sebenarnya merupakan platform judi terselubung. Negara harus memutus tali temali judi online dengan cara meretas situs-situs yang menawarkan permainan judi serta aplikasinya. Langkah ini sangat penting untuk keselamatan jiwa raga anak-anak.

Selain itu, pentingnya pendidikan karakter harus ditegaskan. Seperti yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, pendidikan karakter harus melibatkan olah rasa dan olah pikir. Anak-anak harus diajarkan untuk menggunakan pemikiran yang sehat dan perasaan yang baik sehingga mereka tidak mudah tergoda oleh godaan judi online. Pendidikan karakter yang kuat akan membantu anak-anak untuk berpikir kritis dan bijak dalam menghadapi segala bentuk godaan, termasuk judi online.

Keluarga memiliki peran sentral dalam melindungi anak-anak dari dampak negatif judol. Orang tua harus selalu memantau relasi anak-anak dengan teman-temannya dan aktivitas online mereka. Dengan melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan gadget, orang tua dapat mencegah anak-anak terjerumus dalam perangkap judol. Selain itu, orang tua harus membangun kesadaran pada anak-anak tentang bahaya judol  dan memberikan bimbingan yang tepat untuk menghindari kecanduan.

Baca juga: Virgoun Ditangkap Pakai Narkoba Bersama Teman Perempuan Inisial PA di Kosan, Sang Ibu Syok Sampai Pingsan

Anak-anak yang terjebak dalam judol  tidak hanya menghadapi risiko kehilangan masa depan mereka, tetapi juga merusak jaringan saraf otak mereka. Ketergantungan pada judol membuat anak-anak terpaksa melakukan kejahatan demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan judi mereka.

Pemerintah harus segera mengambil langkah tegas untuk menghentikan praktik judol, khususnya yang menyasar anak-anak. Pembentukan satuan tugas khusus, pengawasan ketat terhadap aplikasi dan permainan online, serta pendidikan karakter yang kuat adalah langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi generasi muda. Selain itu, peran keluarga sangat penting dalam memberikan pengawasan dan bimbingan yang tepat bagi anak-anak.

Hanya dengan kerjasama antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat, kita dapat melindungi anak-anak dari bahaya judi online dan memastikan mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter kuat. Mari kita bersama-sama menjaga masa depan anak-anak Indonesia dengan melindungi mereka dari ancaman judol.

Penulis, budayawan dan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila