Helo Indonesia

Bergerak, Berubah, Berkah

Anang Fadhilah - Opini
Jumat, 28 Juni 2024 19:03
    Bagikan  
opini
dokter RSUD Ulin Banjarmasin

opini - dr Pribakti B

Oleh: Pribakti B *)  

 

Judul tulisan ini bukan sebuah yel-yel murahan. Tapi untuk mengingatkan kita semua bahwa salah satu ciri makhluk hidup yang paling penting adalah bergerak. Bergerak adalah berpindah tempat atau terjadinya perubahan posisi dari tubuh makhluk hidup yang terjadi akibat bentuk reaksi dari rangsangan. Masih terdapat orang yang kurang bergerak dikarenakan beberapa hal seperti : tidak ada kegiatan, sudah nyaman dengan suatu kegiatan yang tidak mengharuskan melakukan pergerakan fisik, bosan dengan rutinitas, mood atau suasana hati, keinginan diri dan kurangnya motivasi.

 

Kurang gerak yang berkepanjangan atau dalam waktu yang lama akan menimbulkan resiko berbagai penyakit seperti : penyakit jantung, stroke, darah tinggi, kolesterol, obesitas, diabetes dan masih banyak lagi. Perlu menyadarkan akan pentingnya bergerak yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perlu membangkitkan motivasi agar tetap bergerak cukup aktif demi kesehatan fisik kedepannya.

 

Lalu mengapa gerak adalah berkah, yakni suatu kebaikan yang melimpah ruah ? Karena gerak adalah kehidupan. Kehidupan itu tampak pada jantung yang berdetak, napas yang keluar masuk, tubuh yang tidur dan jaga, makan-minum dan buang air, tumbuh dari kecil menjadi besar, kaki yang berjalan dan berlari, tangan yang melambai dan seterusnya. Bukan hanya manusia, binatang, atau tumbuhan, melainkan seluruh jagat raya juga bergerak. Dari atom yang amat kecil, hingga bumi, bulan, matahari, bintang-bintang dan planet-planet di berbagai galaksi semua bergerak. Karena geraklah, kata Aristoteles, kita mengenal waktu. Karena gerak pula, katanya lagi, segala yang ada di alam ini berubah.

 

Jadi gerak, perubahan, dan kehidupan itu identik. Tetapi perubahan itu ada yang alamiah, yang berjalan dengan sendirinya, ada pula yang direncanakan. Manusia, sebagai makhluk yang memiliki kebebasan bertindak dalam batas-batas hukum alam, dapat mewujudkan perubahan yang direncanakan. Inilah kelebihan sekaligus tantangan hidup manusia. Dalam rangka mewujudkan perubahan yang direncanakan itu, manusia harus berjuang antara kenyataan sebagai pijakan dan cita-cita sebagai tujuan. Keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Tanpa cita-cita, manusia tak akan bergerak mengubah kenyataan. Tanpa berpijak pada kenyataan, cita-cita hanyalah mimpi yang takkan pernah terwujud.

 

Walaupun pemahaman tentang gerak dan perubahan di atas tampaknya gampang dicerna oleh siapapun, tetapi dalam kenyataan hidup sehari-hari, ia juga amat mudah dilupakan. Berita-berita buruk tentang negeri ini, mungkin saja membuat kita berputus asa, seolah perubahan menuju cita-cita adalah mustahil. Siapa yang tidak miris menyimak berita-berita tentang mafia hukum yang merajalela, tentang jaringan narkoba di penjara, tentang politik uang dalam pemilu, tentang korupsi di hampir semua lapisan, tentang tindak kekerasan atas nama agama dan seterusnya.

 

Apakah Anda orang yang bercita-cita tinggi, tapi bekerja di lingkungan orang-orang yang suka cari aman dan keuntungan pribadi belaka? Bukankah Anda geram melihat rekan-rekan yang tidak punya gagasan dan tidak pula punya keberanian membuat perubahan? Ironisnya lagi, ketika Anda mengajukan gagasan, mereka ramai-ramai memusuhi Anda!

 

Setiap perubahan memang belum tentu berarti perbaikan. Orang biasanya cenderung was-was menghadapi suatu gagasan perubahan karena sudah terasa nyaman dengan keadaan yang mapan. Tetapi orang itu lupa bahwa tidak ada perbaikan tanpa perubahan. Menyangkal usaha perubahan berarti menyangkal peluang akan adanya perbaikan.

 

Di sisi lain, seorang yang ingin menggerakkan kenyataan menuju cita-cita, kadangkala menjadi putus asa ketika melihat betapa berat tantangan yang dihadapinya. Orang-orang tua yang selama ini ia anggap bijak, ternyata amat picik dan egois. Teman-teman seperjuangan yang dulu idealis, ternyata sekarang menjadi pemain-pemain licik pula. Putus asa jelas tercela.

 

Karena itu, orang mungkin harus ingat bahwa nilai tanggung jawab manusia tidak terletak pada hasil yang ia capai, tetapi pada seberapa besar usaha yang ia lakukan. Manusia juga tidak harus terpenjara dalam lingkungan yang tidak bersahabat. Ia bisa memilih hijrah ke lingkungan lain sebagai medan perjuangan yang baru. Alhasil, orang hidup harus terus bergerak, agar sehat jiwa-raganya. Orang yang pikiran dan fisiknya tidak bergerak, tiada lain dari sesosok mayat hidup!

 

*) dokter di RSUD Ulin Banjarmasin