Helo Indonesia

PKS Sudah Ngalah dan Ngalih

Herman Batin Mangku - Opini
Kamis, 27 Juni 2024 22:29
    Bagikan  
Gufron Aziz Fuadi
Gufron Aziz Fuadi

Gufron Aziz Fuadi - Gufron Aziz Fuadi

OLEH GUFRON AZIS FUANDI* 

BEBERAPA hari sebelum PKS mengumumkan akan mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman pada pilkada Jakarta ada seorang teman yang bertanya, benarkah PKS tidak akan mengusung Anies di Jakarta? Apakah PKS tidak takut dihukum oleh masyarakat pemilih?

Tentu saya tersenyum mendengarnya. Karena saya bukan pengurus PKS, hanya punya beberapa kawan yang bisa saya tanya sebagai sunber informasi dari dalam. Jadi saya jawab, bagwa PKS bukan tidak mau menyakinkan Anies, hanya PKS ingin, sebagai pemenang pemilu di Jakarta, ingin mengusung kadernya di Jakarta. Baik sebagai gubernur maupun wakil gubernur. Sukur sukur Anies mau berpasangan dengan kader PKS.

Kemudian dia bertanya lagi, Apakah sikap PKS ini bukan petakompli untuk Anies, sehingga Anies akhirnya nggak dapat perahu untuk maju? Jangan jangan PKS sudah masuk angin, diam diam ada kompromi di belakang?!
Saya jawab, hehehe ente berpikirnya terlalu jauh. Awas entar beloknya susah kalau kejauhan kebablasan nya...

Eh, sehari kemudian saya baca di Detik. News "Juru Bicara PKS 
Muhammad Iqbal mengatakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) telah mengusulkan nama Sohibul Iman sebagai calon gubernur di Pilkada Jakarta 2024. Namun, Iqbal memberikan dua opsi bagi Anies Baswedan jika ingin diusung oleh partai pemenang pileg di Provinsi Jakarta ini.
"PKS memberi pilihan ke Anies, masuk menjadi kader atau wakilnya dari PKS," kata Iqbal dikonfimasi, Senin (24/6/2024).
Iqbal menyebut PKS siap untuk mengusung Wakil Ketua Majelis Syuro Partai, Sohibul Iman, menjadi pasangan Anies Baswedan.

Dan sehari berikutnya presiden PKS Ahmad Syaikhu, mengumumkan bahwa PKS akan mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta pada pilkada 2024.

Tidak lama kemudian banyak komentar dari wkit partai lain maupun para pengamat yang menilai keputusan PKS terlalu nekat dan menutup pintu bagi partai lain.

Orang atau pihak lain berpikir begitu sah sah saja. Karena sudut pandang mereka berbeda dari sudut pandang pengurus PKS atau para kadernya.
Orang lain berpikir, dalam membuat keputusan politik, tentunya adalah apa untungnya buat kami. Karena dalam politik itu, meskipun yang terucap demi kebaikan rakyat, tetapi sesungguhnya standarnya adalah " siapa dapat apa?"

Sedangkan bagi para pendukung PKS, berpikiran sekarang gantian dong kakian yang ngalah. Selama ini kan PKS sudah ngalah terus. Pada tahun 2017, PKS sudah ngalah melepas Mardani Ali Sera yang akan berpasangan dengan Sandiaga Uno (Gerindra) sehingga PKS mengusung Anies dan Sandi.

Dalam pilpres 2014, PKS ngalah dari Pan untuk berpasangan dengan Prabowo. Begitupun pada pilpres 2019. Bahkan pada saat penggantian wagub DKI.
Mungkin begitu sudut pandang pebdukung PKS. Terlalu lurus memang. Karena dalam politik (sekuler) logikanya bukan ngalah tapi menang.Apapun halal asal bisa menang.

Politik itu adalah tentang bagaimana mendapatkan, mempertahankan dan menambah kekuasaan. Oleh karena itu bagi politisi ini, merubah aturan agar perbuatan ilegalnya menjadi legal adalah hal yang lumrah, asalkan berdampak manfaat untuk dirinya, keluarga dan kelompoknya.

Adapun ngalah, tidak ada dalam kamusnya. Itu hanya pemanis kata.

Tetapi dari sudut pandang PKS, kata "ngalah" ini bisa dipahami aebagai kata tunggal. Bukan kata yang berdiri sendiri, melainkan suatu kalimat atau pitutur bijak: ngalah, ngalih, ngamuk.

Dalam budaya Jawa kita  mendapati ungkapan: Ngalah, ngalih, ngamuk yang dalam bahasa Indonesia berarti: mengalah, menyingkir atau minggir, mengamuk). Ini merupakan salah satu tuntunan sikap (orang Jawa) dalam menghadapi suatu permasalahan.

Sehingga dalam hal ini bagi PKS, ngalah sudah. Kemudian saat oral lain masih belum puas, PKS ngalih alias minggir tidak menghalangi jalan bagi yang lain. Seperti ungkapan kami dengan PKS seiring sejalan, PKS di siring kami dijalan.

Tetapi kalau minggir sampai ke siring pun masih kurang, apakah saatnya PKS harus ngamuk?
Insya Allah bukan begitu, dia hanya pingin ngambil hak nya.
Jangan sampai hanya karena mau ngambil hak nya, kemudian dimusuhi dan ditinggalkan. Kalau begitu kan sama saja dengan memprovokasi PKS untuk tidak saja ngalah, ngalih tetapi juga ngamuk, ngobong.

Semoga tetap terkendali.

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)

 -