Helo Indonesia

Pun Edward Lembutkan Hati Lewat Kisah Nabi dan Nasehat Leluhur

Nabila Putri - Nasional -> Politik
Selasa, 2 Januari 2024 21:18
    Bagikan  
Pun Edward Lembutkan Hati Lewat Kisah Nabi dan Nasehat Leluhur

Pun Edward (Foto Muzzamil/Helo)

LAMPUNG,HELOINDONESIA.COM -- Ketua TPD Ganjar-Mahfud Lampung Brigjenpol (Purn) Edward Syah mendapatkan kehormatan naik panggung Dzikir dan Tabligh Akbar Akhir Tahun 2023 di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Tahfizul Quran Riyadhus Sholihin Nur Rahmah dan Ikatan Alumni Pengurus (IKAP) PDIP Lampung.

Raja Kerajaan Adat Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung tersebut turut didapuk untuk memberikan pidato sambutannya pada acara yang ditaja KH Ismail Zulkarnain bersama Ketua IKAP PDI Perjuangan Lampung Darwin Ruslinur. Para kiai kharismatik kumpul, yakni Mantan Ketua PWNU Lampung KH RM Soleh Badjuri, KH Badruzzaman.

Lainnya, Prof KH Zainal Abidin, Dr KH Suratno, anggota Direktorat Relawan TPD Ganjar-Mahfud Lampung cum Ketua Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) Lampung Abu Hasan, tim media TPD, Sekretaris Jangkar Merah Putih Lampung Muzzamil, dan tetamu lainnya.

Baca juga: Viral Imam Masjid Meninggal Duia dalam Posisi Sujud, Ini Balasan Yang Maha Kuasa di Hari Kebangkitan


"Saya sangat terharu, bertambah besar rasa syukur, saya dapat bersama para almukarom salawatan," kata Raja Sekala Brak Kepaksian Pernong sejak 19 Mei 1989 hingga sekarang ini pula.

Dia berharap suasana politik berjalan dengan aman, sejuk, lancar, dan tanpa adanya suatu pertikaian. "Kenapa? Karena sekarang ini tahun politik, bulan politik. Dalam tiga bulan lagi arah politik kita akan menentukan siapa yang akan jadi pimpinan negara ini," ujarnya.

"Salawatan, doa istighazah, juga untuk mengingatkan kita untuk saling menjaga kesejukan di bulan tahun politik ini, menjaga kesabaran. menjauhkan diri dari pertikaian, menjauhkan diri dari saling menghujat, saling memaki, saling menyudutkan," ujarnya.

Baca juga: Kabar Duka, Mantan Menko Ekuin Rizal Ramli Wafat di RSCM


Jangan sampai, perbedaan ini menimbulkan pertikaian, menimbulkan friksi, apalagi kemudian menimbulkan hal-hal yang terkait dengan sengketa atau perkelahian, dedah Pun Edward.

Inilah tujuan Dzikir dan Tabligh Akbar, katanya, bagaimana hati tidak keras, dilembutkan, jauh dari sarkartis, kata-kata kasar, dari perilaku-perilaku yang biasanya terus berjalan dalam tahun politik.

"Sehingga nanti kita harapkan tahun 2024 kita akan jalani seluruh proses politik kita ini dengan aman, dengan sejuk, dengan penuh persaudaraan. Kita harus yakini dalam hati kita, apa pun juga nanti setelah 60 hari ini kita tetap bersaudara, kita tetap satu bangsa, kita akhiri perbedaan," pintanya.

Tahun 1945, alarm dia, para kiai, alim ulama juga turut menumpahkan darah, keringat dan air mata untuk republik ini. "Mari kita jaga, jangan kita cederai apa yang telah dibangun oleh mereka."

"Sudah 78 tahun mereka bangun, hanya karena proses politik, hanya karena sedikit perbedaan, kita lantas ciderainya dengan apa, perilaku-perilaku yang sarkartis, perilaku-perilaku yang tidak beradab."

Baca juga: Meriah dan Hikmat, Dzikir Akhir Tahun Ponpes Riyadhus dan IKAP PDIP


"Dahulu," kata Pun Edward, "waktu saya masih SMA, saya pernah diberi cerita oleh kakek saya. Kakek saya di Bandarlampung, mungkin yang kenal beliau, beliau salah satu tokoh, Pangeran Suhaimi, itu kakek saya, saya cucunya," ungkap alumnus Fakultas Hukum UGM 1983 ini.

"Suatu hari saat saya akan berangkat ke Bandung dulu, kakek saya menyampaikan pada saya: "baik-baiklah di negeri orang, yang paling harus kamu jaga adalah mulutmu, perilaku, dan tindakanmu".

"Kemudian beliau menyampaikan dalam bahasa Belanda: " (...), dengan topimu kau taruh di tangan, maka kamu akan selamat di dunia mana pun". Artinya, kita terus harus bisa menghormati orang lain."

"Seperti sekarang ini dalam suasana Pilpres, Pemilu, kita tetap harus bisa menghormati, menghormati hak orang lain, menghormati kehendak orang lain, menghormati apa yang menjadi pilihan-pilihan dalam sebuah proses negara demokrasi."

Tetapi tak hanya itu, imbuhnya. "Kakek saya menjelaskan: "Saya ingin menceritakan sebuah cerita tentang sahabat Rasulullah, pada zaman Sayidina Umar (bin Khattab AS), Gubernur Syam (kini Syria) bernama Muawiyah sahabat Rasul putra Abu Sufyan."

(Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I, pendiri Kekhalifahan Bani Umayyah 661-680 Masehi, saudara tiri Ummu Habibah Ramlah, salah satu istri Muhammad).

Baca juga: Promosi dan Perkuat Sarpras Jadi Strategi Mbak Ita Genjot Sektor Wisata Kota Semarang


"Muawiyah mempunyai kebun di Madinah, tapi dia Gubernur di Syam. Satu hari kebun Muawiyah ini, berdekatan dengan kebun Az-Zubair bin Al-‘Awwam, berdekatan. Az-Zubair ini juga guru Rasulullah, orang dekat Rasulullah juga (Az-Zubair putra bibi Rasul, Shafiyyah binti Abdul Muthalib), sahabat yang disebut Khawarij Rasulullah: orang yang pertama kali mencabut pedang pada saat Perang Badar. Az-Zubair bin Awwam, terkenal salah satu Khawarij Rasulullah."

Kisah Pun Edward, ada pembantu pengelola kebun milik Muawiyah, masuk tanpa sengaja ke kebun Az-Zubair.

"Mungkin sudah ada bibit-bibit (tumbuhan). Saat itu kebetulan di sana Az-Zubair bin Awwam ada, dipanggil itu pembantu pengelola kebun Muawiyah. Sini kamu, kamu darimana, budak siapa. "Saya budak Gubernur Syam". Keluar kamu, jangan masuk kesini. Nanti saya akan kirim surat ke Muawiyah. Berkirim suratlah, Az-Zubair bin Awwam ke Muawiyah."

"Ini contoh, contoh yang didengar kakek saya, ini saya ingat terus, itu saya pakai, karena hidup itu harus baik. Apa tulisan Az-Zubair bin Awam kepada Muawiyah?"

"Wahai Muawiyah, anaknya Hindun yang memakan hati Hamzah." Dia kasar, dia kasar. Gak ada dia bilang, wahai Gubernur,
Gubernur Syam ini hebat, tapi apa kata Az-Zubair bin Awwam, "Wahai Muawiyah anaknya Hindun yang memakan hati Hamzah. Budakmu telah masuk ke dalam wilayah perkebunanku. Apabila kau tidak menghadap, meminta maaf, maka kau akan merasakan pedang Az-Zubair bin Awwam."

(Itu misal orang marah zaman Rasulullah) Dikirimlah surat ini ke Muawiyah, diterima Muawiyah sebagai gubernur. Begitu dibaca Muawiyah, "begitu sarkartis."

Baca juga: Saat Karir Moncer, Agus Nompitu Mundur Keserimpet Korupsi


Muawiyah panggil anaknya. "Wahai Yazid, tolong kau baca surat dari Az-Zubair bin Awwam ini dan apa pendapatmu? Usai baca Yazid berkata, "tak susah ya Abi. Siapkan pasukan, datangi ke sana, satroni, kepung rumahnya Az-Zubair, hantam, seret dia ke sini!"

"Kata Muawiyah: "Aku pernah bersama Rasulullah. Aku pernah meluruskan Hadist bersama Rasulullah. Aku ingin mengikuti cara Junjungan (Rasulullah) dalam menyelesaikan masalah." "Ya sudah kata Yazid, itu hanya saranku, anak Abi."

Dibalaslah kepada Az-Zubair: "Wahai saudaraku Az-Zubair bin Awwam, putra Asmah yang memegang dua cahaya." Dipuji, karena ibu Az-Zubair ini: Asmah, yang sempat waktu Rasulullah hijrah, ia yang memotong dua ikat pinggangnya untuk diikatkan."

"Pertama, saya minta maaf bahwasanya budakku telah masuk ke kebunmu dan itu adalah pertanggungjawabanku sebagai pimpinan dalam rumah tangga di sana. Aku pimpinan bertanggung jawab terhadap dia, karena itu aku minta maaf terhadap perilaku mereka. Akan kuberi teguran."

"Kedua, wahai Az-Zubair, seandainya di antara Madinah sampai ke Syam terbentang hanya dua buah kebun: kebunku kebunmu, maka kebunku akan kuserahkan kepadamu. Karena itu pada kesempatan ini, kupenuhi permintaan maafku, kuserahkan kebunku sesuai tuntutan permintaan maafmu."

"Begitu dibaca oleh Az-Zubair, menetes air matanya. Dia datangi Muawiyah. Kemudian mereka berpelukan, terjadilah perdamaian."

Injeksi Pun Edward, "Intinya begini, semua kehidupan kita ini kalau kita kelola dengan perilaku yang baik, tata krama yang baik dan ucapan yang baik, mudah-mudahan takkan terjadi masalah. Di 14 Februari 2024 akan dilaksanakan Pilpres, kalau di situasi 47 hari ini kita menahan diri tidak berkata sarkartis, menahan diri tidak mencemooh, menahan diri tidak mengejek, menahan diri tak menyudutkan pihak lain, Insyaallah doa kita semua disampaikan tadi akan tercapai."

"Harapan saya, salah satu yang tercapai dengan doa yang telah kita semaikan, kita ketukkan ke pintu langit, kiranya kita bisa jalani kehidupan di 2024 dengan tenang, damai. Dengan ketenangan, damai, mudah-mudahan kita dilimpahkan rezeki, karunia, umur panjang dan kesehatan kepada kita."

"Mudah-mudahan di 2024 nanti kita akan dapatkan seorang pemimpin, pemimpin yang humble, pemimpin yang sayang kepada rakyatnya, pemimpin yang baik budinya, pemimpin yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, pemimpin yang datang ditengah rakyatnya, pemimpin yang 'menepu', 'menepas', memeluk dan bertanya apa kepentingan rakyatnya. Dan pemimpin itulah kelak yang akan membawa Indonesia ini maju, di tahun 2045 nanti mencapai Indonesia Emas."

Seraya, sambung cepat dia, "meminta supaya apa yang tadi telah disampaikan oleh Amukarom pada saat pertama tadi, tentang doa terhadap salah satu apa itu, calon presiden dan calon wakil presiden (Ganjar-Mahfud, red) terus bergema, terus berulang, bukan hanya di saat ini saja bukan hanya di kegiatan ini saja. Tapi mari kita bawa ke rumah, kita ulang berulang-ulang. Ketika pintu ini terus kita ketuk berulang-ulang, mudah-mudahan oleh Allah diijabah," tuntas Pun Edward mengunci sambutan, saat jarum jam tepat pukul 21.53 Waktu Indonesia Barat.

Dia tak lupa berterima kasih kepada semua, kepada Kiai Ismail Zulkarnain, tuan rumah, yang duduk takzim sebelahnya. Sepanjang sambutan dia bernada doa, acap terdengar hadirin mengaminkannya pula.

Sabtu 30 Desember malam itu, bukan cuma berita cuaca yang mendadak dingin seiring rintik hujan membanyak sesaat usai Ustad Djam'an selesai menyampaikan tausiahnya, melainkan seperti diakui banyak jamaah yang meski sebentar-sebentar sempat pewarta obroli ringan, suasana hati juga demikian mencair, melaruti resapan syahdu lantu syair salawat yang tak terbantahkan turut bikin bulu kuduk merinding. (Muzzamil)