Helo Indonesia

Pemilu 2024, Benny Sarankan Pemilih Cerdas Sikapi Jargon dan Bansos

Sabtu, 9 Desember 2023 21:17
    Bagikan  
Pemilu 2024, Benny Sarankan Pemilih Cerdas Sikapi Jargon dan Bansos
Antonius Benny Susetyo

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo meminta pemilih untuk cerdas dan kritis dalam menyambut Pemilu 2024. Dengan kecerdasan, maka akan menyelamatkan demokrasi.

Adanya pemilih yang cerdas dan kritis disampaikan Benny dalam Seminar Kebangsaan dengan tema "Ketika Cinta dan Politik Harus Memilih" yang digelar Paroki Sunter di Jakarta, Sabtu 9 Desember 2023.

"Menyongsong tahun 2024 mendatang, harus kita sadari bahwa kita harus menjadi pemilih yang cerdas, karena memilih yang cerdas akan menentukan masa depan bangsa," tegasnya.

Baca juga: Merasa Cukup adalah Tips Atikoh Ganjar dalam Terapkan Antikorupsi di Keluarga

Menurutnya, kecerdasan pemilih diperlukan untuk menjaga dan menyelamatkan demokrasi, yang akhir-akhir ini ternodai.

"Putusan MK Oktober lalu memberikan gambaran bahwa nilai-nilai etika demokrasi kita dinodai karena kepentingan seseorang ataupun kelompok. Ini hal yang jelas menyalahi. Sebagai pemilih yang cerdas, kita harus menyadari dan menjadi kritis akan hal ini," terusnya.

Sebutan-sebutan, atau istilah-istilah yang dipakai sebagai jargon untuk terlihat gaul dan dekat dengan anak muda, menurut Benny, harus diawasi.

"Sebutan-sebutan atau istilah yang mengarah pada gaya hidup anak muda sekarang (Gen Y dan Z), tanpa ada kedalaman, seperti 'gemoy', 'santuy', sebaiknya jangan langsung ditangkap tanpa dikritisi. Apa benar gemoy, benar santai dan santun, serta sopan? Atau itu hanya sekadar jargon supaya menarik perhatian? Saya pikir, disitulah diuji, apakah masyarakat, apakah pemilih, adalah cerdas dan kritis," lanjutnya.

Bansos

Dia pun menyoroti bantuan-bantuan sosial yang bisa menjadi kamuflase sebagai sarana 'penyandera' masyarakat.

Baca juga: Di Dukung Maju Lagi Pilkada 2024, Khofifah: Terima Kasih Pak SBY dan Demokrat

"Politik bansos, itu dipakai untuk menyogok masyarakat, sehingga masyarakat disandera, merasa hutang budi. Ada bantuan-bantuan sosial langsungnya, sehingga bisa masyarakat menyatakan, 'tanpa pemimpin ini, kita akan hancur dan mundur, maka itu harus memilih yang dia tunjuk sebagai penerusnya'," ujar Benny.

Pakar komunikasi politik ini juga mengutip fabrikasi mitos-mitos yang sekarang, menurutnya, sedang diperkuat.
Lima mitos yang dibuat terus menerus sehingga membuai dan menipu masyarakat kita adalah,  mitos pertama bahwa pemimpin dan keluarganya adalah rendah hati, orang baik, merakyat, sederhana, dan relatable dengan masyarakat luas.

Mitos kedua, bahwa semua orang memiliki hak untuk dipilih, padahal tidak semua orang punya 'sendok emas' yang sama.

Mitos ketiga, mitos sosok yang berumur muda mengerti anak-anak muda, padahal belum tentu benar, apalagi jika sosok tersebut berangkat dari kesempatan yang disodorkan, bukan hasil usaha sendiri.

Baca juga: Mahfud Mengklaim Dalam Memberantas KKN, Dirinya dan Ganjar Bak Peluru Tak Terkendali

Mitos keempat, mitos pemimpin asyik, gaul, memakai jargon-jargon yang terkenal di kalangan anak muda, padahal tidak ada gagasan dan tidak ada kedalaman dalam gagasan dan ide terhadap pembangunan negara.

Mitos kelima, mitos pemimpin netral, padahal ada kepentingan keluarga dan golongan jelas terjadi.

Oleh karena itu, Benny benar mengingatkan agar masyarakat menjadi cerdas dan kritis.

"Jangan mudah termakan isu serta gimmick yang tidak berdasar, tanpa ditelurusi dan diuji terlebih dahulu. Edukasi politik dan sejarah perjalanan bangsa ini, perbanyak informasi yang update dan relevan serta berdasar pada sumber yang terpercaya, serta uji rekam jejak, visi dan misi, serta program-program yang ditawarkan, baik partai politik, ataupun para calonnya," tuturnya. (Aji)