Helo Indonesia

Renungan Idul Adha

Anang Fadhilah - Opini
Jumat, 14 Juni 2024 20:30
    Bagikan  
dokter RSUD Ulin
Kota Banjarmasin

dokter RSUD Ulin - oleh: Dr dr Pribakti B, Sp.OG (K)

oleh: Pribakti B *)

Selain disebut lebaran haji,  Idul Adha juga disebut Idul Qurban. Kata qurban berasal dari bahasa Arab, masih seakar dengan kata karib dalam bahasa Indonesia yang berarti dekat. Sahabat karib artinya teman dekat. Idul Qurban memiliki pesan amat mendasar , hendaknya manusia selalu menjalin kedekatan dengan Allah agar tidak sesat dalam menjalani hidupnya. Karena sesungguhnya kita semua milik-Nya, dari-Nya kita berasal , dan kepada-Nya kita kembali.

 

Salah satu hikmah ibadah haji adalah agar kita bisa memutus jeratan hegemoni rutinitas hidup yang amat potensial mengaburkan arah perjalanan kita, karena tanpa sadar bisa jadi kita telah menciptakan kiblat dan berhala-berhala baru. Berhala baru itu mungkin berupa obsesi jabatan politik, kemegahan hidup, popularitas, dan bayang-bayang lain sehingga menghalangi kedekatan kita dengan Allah. Karenanya , Allah memanggil manusia untuk datang kerumah-Nya , meninggalkan tanah air , pekerjaan , teman dan segala urusan.

 

Sesungguhnya ketika seseorang pergi menunaikan ibadah haji untuk memenuhi panggilan cinta-Nya adalah agar memperoleh pencerahan hidup, agar tidak terlena tawaran kenikmatan sesaat yang bisa menghancurkan makna dan tujuan hidup yang lebih besar nilainya dan abadi. Penghancuran berhala hawa nafsu secara amat dramatis dicontohkan oleh drama penyembelihan Nabi Ibrahim atas putranya sendiri, Ismail. Secara fisik peristiwa penyembelihan memang tidak jadi dilakukan. Namun, secara mental spiritual, perintah Allah telah dijalankan , karena baik Ibrahim, Hajar sang istri, maupun Ismail sang putra, siap melakukan perintah Allah. Oleh Allah, posisi Ismail lalu diganti domba.

 

Sungguh mernarik untuk direnungkan, ibadah haji merupakan perkumpulan sosial bagi lebih dari satu juta orang tanpa terjadi kerusuhan berarti. Disana tidak diperlukan satuan keamanan dengan senjata lengkap. Semuanya datang untuk menghadap Allah dengan pakaian sekadarnya, sebatas menutup aurat. Mereka kembali menemukan kefitrian dan kepolosan bagai anak kecil di hadapan orang tuanya. Seakan semuanya telanjang, tak ada yang ditutupi, karena yakin Allah Maha Melihat.

Mereka berkumpul di tempat terbuka, memandang ke Kabah yang sama, melihat langit yang sama, bumi yang sama, melakukan gerakan yang sama , sambil berdoa kepada Allah yang sama. Sebagaimana shalat, saat melakukan ibadah haji seakan tengah menapakkan kakinya ke halaman akhirat, tengah mengintip rumah akhirat, tengah menghitung kesiapan bekalnya menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.

 

Atas kesadaran seperti itu, orang yang hajinya mabrur (baik dan diterima Allah) dan shalatnya khusyuk pasti akan selalu menebar kasih dan damai. Ia sangat sadar, umur ini terlalu pendek sehingga amat merugi bila diisi oleh tindakan yang tak berguna. Sungguh merugi fasilitas umur yang demikian singkat hanya diisi dengan kegiatan mengejar dan mengumpulkan barang haram, saling memfitnah dan menjegal teman untuk memenuhi kebangggaan diri, berujung pada kehancuran dan penyesalan. Sebab orang yang berhati damai dan senang pada kedamaian pasti senang pada sikap memberi, senang berkurban, bukannya selalu ingin mengambil yang bukan haknya dan melakukan korupsi.

 

Bangsa ini bisa dipastikan tidak akan produktif dan bertahan lama bila para pemimpinnya tidak saling percaya dan mencintai. Dengan ibadah haji diharapkan menggerakkan mereka untuk berkurban demi kesejahteraan rakyatnya. Sebab memimpin adalah mencintai orang lain. Mencintai berarti siap berkurban. Islam mengajarkan, pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penguasa yang harus ditakuti dan dilayani. Jadi , syarat mutlak menjadi pemimpin adalah memiliki sikap sedia berkurban yang didorong cinta terhadap sesamanya serta didasari cinta kepada Allah.

 

Sikap inilah yang dimaksud dengan maqam Ibrahim, yaitu sebuah posisi dan martabat spiritual yang hanya menempatkan Allah sebagai Yang Maha Agung, yang kepada-Nya kita berislam, berserah diri , pasrah. Sebuah bangsa yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak memiliki semangat berkurban, tetapi (sebaliknya) semangat korupsi, maka bersiaplah menghadapi kehancuran. Al Quran juga mengingatkan, kehancuran sebuah bangsa selalu bermula ketika elite politiknya yang ada di lapisan puncak piramida kekuasaan suka berbuat fasik, yaitu kezaliman, kemaksiatan , dan tidak mengindahkan lagi hukum .

 

Berkenaan dengan Idul Qurban kali ini, kita berharap agar para elite bangsa memiliki tekad dan keberanian menyembelih ”berhala egoisme” yang menguasai dirinya sebagaimana tekad Nabi Ibrahim hendak menyembelih putranya sendiri demi keselamatan bangsa dan masa depan putra - putri kita. Kepada saudara - saudara yang sedang menunaikan ibadah haji, ketika pulang ke Tanah Air tetap konsisten untuk berkonfrontasi dengan setan sebagaimana ikrar yang diperagakan saat melempar jumrah. Semoga.

 

*) dokter di RSUD Ulin Banjarmasin