Helo Indonesia

Korban Penipuan Tiket Konser Coldplay Bertambah, Influencer Asal Batam Laporkan Sepasang Kekasih Komplotan GDA ke Polisi

Jumat, 24 November 2023 17:23
    Bagikan  
korban tiket coldplay,
Foto: Heloindonesia

korban tiket coldplay, - Rijki Budiman Sihombing (nomor dua dari kiri), influencer asal Kota Batam, Kepulauan Riau yang mengaku menjadi salah satu korban kasus dugaan penipuan dan penggelapan tiket konser Coldplay melapor ke Polres Tangsel bersama tim pengacaranya.

HELOINDONESIA.COM - Kasus penipuan dan penggelapan tiket konser Coldplay yang digelar pada 15 November 2023 terus berkembang. Tak hanya dari kalangan masyarakat biasa, bahkan konten kreator dan influencer pun turut menjadi korban.

Rijki Budiman Sihombing (25), salah seorang influencer atau konten kreator asal Kota Batam, Kepulauan Riau yang mengaku menjadi salah satu korban kasus dugaan penipuan dan penggelapan tiket konser grup musik rock asal Inggris yang dibentuk tahun 1997 itu.

Dia melaporkan sepasang kekasih berinisial FMR dan ASF yang diduga kuat merupakan satu komplotan dengan Ghisca Debora Aritonang alias GDA yang sudah lebih dulu ditangkap jajaran Polres Jakarta Pusat pada 17 November 2023 kemarin.

Dalam keterangannya di Polres Metro Tangerang Selatan pada Jumat (24/11/2023), Rijki mengungkapkan bahwa peristiwa yang merugikan dirinya hingga Rp 500 juta itu bermula ketika 25 Mei 2023 ia dikenalkan kepada FMR dan ASF dari temannya di salah satu kafe di kawasan Tangerang Selatan.

Baca juga: Berdiskusi Ekonomi ke Mantan Wapres Boediono, Ganjar Belajar Urus SDM Unggul

"Saya tinggal di Jakarta Pusat. Kebetulan saat itu sedang berada di Tangerang Selatan. Dari teman ke teman, kenal dengan pasangan kekasih FMR dan ASF ini," ujar Rijki.

Kemudian, kedua pasangan itu menawarkan bahwa mereka memiliki banyak tiket komplemen untuk konser Coldplay.

"Dia (FMR) bilang langsung dari abang kandungnya. Belakangan ada pengakuan pusatnya dari GDA," katanya.

Meski demikian, Rijki tidak mengetahui dengan benar soal abang kandung yang disebut kedua pasangan kekasih itu.

Baca juga: Aksi Perubahan untuk Sejahterakan Nelayan, DKP Launching Senandung Teman TPI

"Apa itu benar abang kandungnya beneran, atau ada keluarga lainnya, saya tidak bisa memastikan. Kalau tidak langsung ke tangan pertamanya, berarti dia telah menipu saya," tambahnya.

Soal angka Rp 500 juta yang ia keluarkan kepada kedua pasangan itu, Rijki mengungkapkan kalau tiket itu akan ia bagikan kepada teman-temannya.

"Tiket paling murah Rp 4 sampai 5 jutaan," ungkapnya.

Dia menduga ada keluarga dari FMR dan ASF ikut terlibat dalam kasus penipuan ini. Hal ini terungkap setelah kejadian dirinya ditipu, ia dipertemukan kepada pasangan kekasih itu.

Baca juga: Sering Disebut Gemoy dan Suka Joget, Begini Tanggapan Prabowo

"Oleh keluarganya, saya sempat dicuci otak untuk tidak membuat laporan polisi terhadap FMR dan ASF ini. Saya diminta mendukung untuk hanya melaporkan GDA saja. Saya kan nggak mau tau, gak ada urusan sama GDA, saya nggak kenal," tegasnya.

Menurut Rijki, bukan hanya dirinya saja yang menjadi korban dalam kasus penipuan tiket konser Coldplay yang belum mau bersuara atau melaporkan ke pihak kepolisian.

Rijki tak menyangka kalau GDA, gadis berusia 19 tahun yang lebuh muda darinya bisa menjadi pemeran utama dalam kasus penipuan tiket konser Coldplay tersebut.

"Saya mohon pelaku diproses secara cepat dan transparan, buka semuanya," ujarnya.

Rijki tak percaya kalau GDA menjadi aktor utama dalam kasus ini.

"Nggak mungkin kalau kasus ini tidak diorganisir oleh seorang yang masih berusia 19 tahun. Pasti ada aktor lain di balik GDA," tandasnya.

Baca juga: Persik Kediri Punya Predator Lini Depan Menakutkan, dan Lini Tengah Mengerikan, Bagaimana Dengan Arema

Kuasa hukum Rijki, Leon Maulana Mirza Pasha dari kantor hukum 74 & Associates mengatakan bahwa pihaknya sudah melaporkan kedua pasangan tersebut ke Polres Tangerang Selatan pada Senin (20/11/2023) dengan laporan dugaan kasus penipuan dan penggelapan tiket konser Coldplay yang digelar pada 15 November lalu.

Saat ini, menurut Leon, pihaknya masih terus menginventarisir korban-korban lainnya.

Bahkan, kata Leon, korban di luar yang sedang diinventarisir tersebut akan terus bertambah.

"Kemungkinan kalau ada korban lainnya, nominalnya juga bertambah. Namun untuk saat ini korban yang paling besar dari FMR dan ASF ini, klien kita (Rijki)," jelasnya.

Baca juga: Roboh, Rumah Pemulung Renta di Tanggamus, Kakon dan Warga Bantu

Menurutnya, dalam beberapa peristiwa hukum di mana Rijki tidak mendapatkan tiket tersebut. Bahkan Rijki dijemput keluarganya untuk bertemu di salah satu tempat.

Ditanya mengapa mudahnya terpedaya oleh kedua terduga pelaku, Leon mengungkapkan karena keduanya melakukan perjanjian dan memberikan alamat rumah serta KTP, sehingga korban mau saja membeli tiket dari keduanya.

"Untuk meyakinkan klien kita bahwa tiket itu ada melalui bujuk rayu, bahkan secara tertulis dan diberikan alamat rumah sesuai KTP terduga pelaku. Jadi yang kita sampaikan bukan asumsi, tapi peristiwa hukum yang terjadi adanya dugaan tindak pidana. GDA jadi tersangka, komplotannya juga harus ditangkap. Terlebih Menparekraf Sandiaga Uno sebagai penanggungjawab acara ini juga harusnya bersuara. Sampai saat ini belum ada suara dari pemerintah," tutupnya.