Helo Indonesia

Jebakan Politik Electoral, Sekjen PDIP Ungkit 23 Tahun jadi Korban Kepolosan Jokowi

M. Haikal - Nasional -> Politik
Senin, 25 Maret 2024 23:43
    Bagikan  
PDIP
Foto: tangkapan layar

PDIP - Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

HELOINDONESIA.COM - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto terang-terangan kalau PDIP telah menjadi korban kepolosan Presiden Jokowi.

Hal ini terungkap dalam dialog antara dirinya dengan pengamat politik Eep Saefulloh Fatah dalam sebuah podcast yang videonya kembali diunggah akun X @Boediantar4 pada Senin (25/3/2024).

Dialog diawali dengan pertanyaan Eep; "Bu Mega dan PDI Perjuangan atau mungkin juga Mas Hasto merasa jadi korbannya presiden Jokowi gak sih sekarang ini?"

Hasto pun mengatakan bahwa masalah itu nggak perlu dipertanyakan lagi.

"Kami ini kan polos. Ternyata ada yang lebih menggunakan kepolosannya menjadikan kami sebagai korban," ungkap Hasto.

Baca juga: Ketua DPRD Kendal Berikan Catatan pada Musrenbang RKPD Tahun 2025

Hasto pun bercerita ketika suatu malam dirinya iseng-iseng kembali bersemangat melanjutkan disertasinya di Universitas Indonesia.

Menurutnya, disertasinya itu tertunda karena menunggu hasil pemilu.

"Disertasi tentang kepemimpinan strategis ideologi dan pelembagaan partai serta relevansinya. Tadi malam saya mikir-mikir, dulu ketika Pak Jokowi menjadi calon gubernur kami semua bergotong royong," ujarnya.

Bahkan, lanjut Hasto, Ketua Umum Megawati sempat mengumpulkan seluruh kepala daerah dari PDIP untuk diajak gotong royong demi kepentingan partai.

"Lalu Mas Prananda, putra ibu (Mega) karena melihat wajah Pak Jokowi seperti itu, lalu berbelas kasihan. Sehingga kemudian Mas Prananda mengkoordinir untuk mendapatkan dana saksi sebesar Rp 6,2 miliar," papar Hasto.

Baca juga: Penukaran Uang Baru Lebaran Wilayah Semarang, BI Buka Layanan di Stasiun Tawang dan Poncol

Hasto menegaskan kalau PDIP semuanya bergotong royong untuk pencalonan Jokowi jadi Gubernur DKI Jakarta.

"Tadi malam saya iseng-iseng, berapa harta kekayaan Pak Jokowi ketika mau jadi calon gubernur, ternyata Rp 27 miliar lebih," katanya.

Menanggapi cerita itu, Eep pun mengatakan kalau PDIP sudah kecele oleh jokowi berulang-ulang.

Namun Hasto melanjutkan dengan ceritanya setelah membaca berbagai teori dalam disertasi yang dibuatnya tersebut.

"Maka saya konstruksikan apa yang terjadi saat ini. Kira-kira kalau menggambarkan the style of Jokowi leadership, the three angles of Jokowi leadership, jadi di tengahnya itu memang ambisi kekuasaan. Itu anglenya ada wajah valuenya. Kemudian ada feodalismenya," paparnya.

Baca juga: Ini Daptar 10 Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah Berbasis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Lebih lanjut dikatakan Hasto kalau struktur yang memang dipakai itu terbukti menampilkan simbol-simbol Jokowi sebagai raja.

"Lalu sekarang dengan enteng aja anak-anaknya "didorong", kami semua sebelumnya khilaf lah," tambahnya.

Yang ketiga populis, sambung Hasto, angle disertasinya kira-kira seperti itu dan temuan ini nanti akan ia sampaikan.

Eep menanggapi dengan mengatakan kalau kekuasaan itu seharusnya dibangun dalam waktu lumayan pendek.

Baca juga: Mengungkap Rahasia, 7 Manfaat Kencur untuk Kesehatan

"Kalau melihat sejarah, kekuasaan besar membangun dirinya itu kan rata-rata memerlukan waktu yang cukup panjang. Pak Harto misalnya, ketika kemudian mengeluarkan asas tunggal 84 Tahun 84 dan 85 itu kan artinya setelah 20 tahun itu," terang Eep.

Hasto menjawab kalau Jokowi sebenarnya sudah 23 tahun membangun kekuasaan.

"Dihitung dari wali kota Solo. Ini yang saya sebut sebagai jebakan politik electoral yang merubah suatu style karakter seseorang karena kekuasaan. Tapi juga lingkungan yang melingkupinya. Ini harus ada ahli psikolog yang meneliti tetang perubahan karakter (Jokowi) ini," tandasnya.