Helo Indonesia

Mirza, Tinggal Menunggu Garis Tangan

Herman Batin Mangku - Opini
Selasa, 18 Juni 2024 13:10
    Bagikan  
Mirza, Tinggal Menunggu Garis Tangan
Helo Lampung

Dolop

Oleh Adolfindrajaya*

SALAH seorang pengamat politik favoritku pernah bilang, "Modal menang di kontestasi politik itu ada dua; pertama itu momentum, keduanya garis tangan."

Yang bicara kayak begitu almarhum ayahku, Buya Harun Muda Indrajaya. Empat puluh tahun lebih jadi wartawan memang bikin intuisi (politik) Buya HMI tajam.

undefined

Momentum itu sederhananya seperti ini. Ibarat kendaraan, jika sedang menanjak (baca; elektabilitasnya) maka kudu semakin tekan pedal gas dalam-dalam. Hingga gigi limapun tak masalah. Akselerasi terus ngebut.

Sekalinya momentum hilang, untuk menanjak maka harus balik ke gigi satu. Bensin lebih boros, butuh energi lebih besar, bahkan tidak menutup kemungkinan mesin ngejim.

Sampai 14 Februari 2024, nama Rahmat Mirzani Djausal sebetulnya lebih diperbincangkan untuk ikut kontestasi walikota. Salah satu parameter yang mencuat ke publik adalah ketika Iyay Mirza --branding publikasi politiknya-- terlihat jadi Ketua Dewan Masjid level Bandarlampung.

Isu dan wacana balon walikota terakselerasi, salah satunya lewat insiden pencopotan spanduk-spanduk ucapan lebaran tahun kemarin yang disinyalir adalah bagian kontra-kampanye dari petahana, Eva Dwiana. Mirza mencuat sebagai penantang Eva yang paling bonafide. Ketum partai level provinsi dia itu.

Tapi pasca coblosan 14 Februari, bandul momentum kontan bergeser. Gerinda menang mutlak di tingkat provinsi dengan 16 kursi, di Bandarlampung menyabet 10 kursi dan Prabowo-Gibran meraup 3,5 juta lebih pemilih, nyaris bulat 70 persen dengan personalia yang dikomandoi Ayah Faishol Djausal.

Hasil itu bikin Iyay Mirza yang jadi punya momentum paling moncer. Bahkan hanya dalam tempo sebulan-dua bulan disebut sudah menyalip nama Arinal Djunaidi dan Herman Hn yang sebelumnya ajeg jadi pemucuk survey bermodal status petahana dan pemain lama dengan raihan suara signifikan. Kebetulan juga Arinal dan Herman berstatus ketua partai.

Momentum itu kemudian membuat bola salju bergulir kencang. Investasi sosial politik Mirza sebagai representasi anak muda, pengusaha cum politisi pribumi, jaringan religius sebagai ruang Mirza berkontemplasi dan tentu saja Hipmi, HKTI, cabor-cabor olahraga binaan, kantung-kantung komunitas dll bisa membuat bahtera partai pemenang yang sekarang dinakhodai langsung oleh RMD sekonyong-konyong menjelma menjadi kapal induk yang lengkap dan siap perang.

Terompet perang masih hangat pasca pileg-pilpres dibunyikan, mesin langsung bekerja. Momentum ada di kapal induk punya Iyay Mirza.

Sekarang Mirza jadi calon mempelai bermutu tinggi. Semua aras politik di Lampung jujur saja sedang mematut bersolek siapa tau bisa diajak bersanding. Infonya sudah ada nama yang mengerucut tinggal dideklarasi.

Oke, momentum sudah bagus. Kendaraan, artileri bahkan infanteri sudah tertanam di pos masing-masing.

Terkait modal buat menang tadi, Mirza tinggal khusyuk soal garis tangan. Pemuda unggul kelahiran Kotabumi itu, garis tangannya jadi apa? Iyay Mirza jadi gubernur? Kita tunggu November beberapa bulan ke depan.

(*) wartawan

 -