Helo Indonesia

SERI BERKELUARGA (4): Saling Memahami Pasangan

Nabila Putri - Lain-lain
Selasa, 26 September 2023 13:03
    Bagikan  
SERI BERKELUARGA (4): Saling Memahami Pasangan

Gufron Aziz Fuadi

 
Oleh Gufron Aziz Fuadi *

ADA cerita tentang dua orang baik dan aktivis organisasi yang menikah tetapi biduk rumah tangganya sering bermasalah bahkan diujung tanduk. Bila melihat latarbelakang mereka berdua yang aktivis organisasi sepertinya kurang bisa dipercaya. Tapi itu nyata!
Kok bisa?

Ya bisa, karena ternyata tanpa disadari, mereka tidak saling memahami pasangannya. Masing masing tidak memahami apa sebenarnya yang diinginkan pasangan terhadap dirinya.

Ada seorang istri yang ingin menyenangkan suaminya dengan menghabiskan waktu dan tenaga untuk beberes rumah, sehingga rumahnya selalu rapih, bersih dan kinclong.

Dia pikir saat suami pulang kerumah akan sangat bahagia melihat rumahnya yang selalu bersih dan rapih, sambil sabg istri menunggu mendengar pujian sang suami.

Baca juga: Beri Ucapan Selamat Pada Kaesang, PKB Ajak PSI Gabung Koalisi Perubahan

Tetapi tunggu punya tunggu tak ada kalimat pujian atau sekedar penghargaan yang keluar dari mulut suaminya. Akhirnya lama kelamaan istri menjadi frustasi, karena kerja keras nya tidak dihargai suaminya. Lelahnya pun tidak menjadi lillah.

Sebaliknya suami merasa istrinya kurang asik, menyapekkan dirinya dengan berkutat beberes rumah. Karena ternyata sang suami tipe orang yang tidak terlalu mementingkan sangat masalah kerapihan atau kebersihan rumah.

Suami ingin, saat di rumah tidak melihat istrinya terlalu capek karena atau sedang beberes rumah. Suami ingin istrinya terlihat segar dan memiliki waktu untuk menemaninya ngobrol atau mendengarkan musik. Atau sekedar jalan jalan atau nongkrong di angkringan atau cafe.

Mereka gagal memahami apa yang diinginkan oleh pasangannya masing-masing. Sebab mereka berusaha menyenangkan pasangannya dengan persepsi nya sendiri bukan dari persepsi pasangannya. Sehingga komunikasi mereka tidak nyambung.

Padahal menurut sebuah survei, 70% permasalahan rumah tangga disebabkan oleh kegagalan berkomunikasi. Dan penyebab kegagalan berkomunikasi adalah gagal faham, di samping karena masalah ketrampilan berkomunikasi.

Baca juga: DMI Tubaba Menggelar Seminar Digitalisasi Masjid

Gagal memahami karakter pasangannya, kesukaan dan ketidak sukaannya, latar belakang keluarga dan adat budayanya. Juga perbedaan laki laki dan perempuan.

Laki laki, misalnya, cenderung menggunakan logika, sedang perempuan cenderung menggunakan perasaan. Laki laki cenderung menganggap penting keahlian, perempuan menganggap penting kebersamaan.

Laki laki berpikir menyelesaikan masalah, perempuan,  memberikan nasihat tanpa diminta. Laki laki meringankan beban dengan diam, perempuan meringankan beban dengan berbicara. Laki laki kurang suka ungkapan verbal, perempuan menyukai ungkapan verbal.

Karena laki laki merasa dicintai jika dipercaya, maka dia tidak suka ditanya tanya dan dikoreksi. Sebaliknya perempuan merasa dicintai jika diperhatikan, maka dia justru ingin sering ditanya dan dinasehati.

Baca juga: Begini Cara Dinas LH Mesuji Bersama Tim Melakukan Pembinaan Program Adiwiyata di Sekolah

Dari segi kebutuhan laki-laki dan perempuan juga berbeda. Dimana kebutuhan laki-laki adalah ingin dihargai sebagai pemimpin, memberikan kasih dan perhatian tanpa syarat, keintiman, persahabatan serta dorongan dan peneguhan.

Sedang perempuan butuh dihargai sebagai orang yang diayomi, disanjung dan dipuji, didengar pendapatnya serta dipenuhi kebutuhan materinya.

Dalam kasus gagal memahami pasangan seperti kisah diatas, bila kemudian pada kehidupan pasangan suami istri sering terjadi keadaan: saling kritik saling mencela, saling menyalahkan dan masing masing saling membangun benteng pertahanan, maka pasangan suami istri harus memahami bahwa ini adalah gejala saling menjauh. Yang bila dibiarkan berlarut akan membawanya ke ujung tanduk.

Bila gejala saling menjauh ini mulai muncul, maka harus segera dilakukan komunikasi yang saling mendekatkan. Diantaranya dengan mengadakan waktu dan suasana yang tepat dan nyaman untuk mulai percakapan.

Berbicara dengan bergantian, jangan saling serobot serta mendengarkan pembicaraan pasangan. Berikan respon positif dan empati. Ungkapkan rasa atau kata kasih sayang dan ungkapkan sikap "mari kita hadapi bersama". Sambil jangan lupa untuk mulai melihat masalah dari persepsi dan perspektif pasangan.

Baca juga: Modal Caleg Hingga Milyaran, Pemilu 2024 Akan Dongkrak Perekonomian

Pun tidak ada salahnya bila pasangan suami istri juga mempelajari love language atau bahasa cinta. Yaitu suatu cara bagi seseorang untuk mengekspresikan rasa cintanya kepada orang lain. Sehingga orang lain mengetahui bahwa dia mencintainya. Seperti dicontohkan Nabi Saw saat memanggil Aisyah, ya Humaira, wahai yang pipinya kemerahan...

Jadi misalnya punya istri yang kulitnya kuning langsat, tinggi dan langsing bisa dipanggil kutilang. Kalau banyak ngomongnya juga, ya mungkin menjadi kutilang gacor. Kalau putih, kecil dan imut bisa dipanggil melati...

Kita berpasangan karena kita berbeda. Bersatu bukan berarti harus sama dan seragam. Karena dari perbedaanlah akan terbentuk "kesempurnaan". Sebab disitu ada takaful, saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan.

Karenanya jangan kita sibuk dengan kekurangan. Karena manusia tidak ada yang sempurna, termasuk kita. Sebab itu tutupilah kekurangan dia dengan kelebihan kita. Maka dia juga akan menutupi kekurangan kita.

Hunna libaasun lakum wa antum libaasun lahunna, mereka itu pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka,..” ( Al Baqarah: 187,)
Dan apa fungsi utama pakaian? Fungsi utamanya adalah untuk menutupi sesuatu yang harus ditutup sedangkan fesyen adalah fungsi sekunder.

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)