Helo Indonesia

Dana BOS, Soekarno Bilang Wilayah Vivere Pericoloso

Nabila Putri - Lain-lain
Kamis, 5 Oktober 2023 13:03
    Bagikan  
Dana BOS, Soekarno Bilang Wilayah Vivere Pericoloso

Prof. Sudjarwo

Oleh Prof Sudjarwo*

BELUM jelas ujung kegaduhan penerimaan siswa jalur zonasi, karut marut sumbangan komite, muncul pengelolaan dana BOS sampai sejumlah kepala sekolah mengangkat bendera putih. Mereka ramai-ramai mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya sebagai kepala sekolah jadi guru biasa lagi.

Alasannya, jika benar, sungguh memprihatinkan, para kepala sekolah mundur karena tidak sanggup memberikan “layanan” ekstra kepada para petinggi Dinas Pendidikan setempat terkait pengelolaan dana BOS. Ternyata, jabatan tidak selamanya membuat orang bahagia atau gembira.

Mereka yang berakal sehat akan terjangkiti halusinasi manakala tidak mampu memberikan yang terbaik atas jabatan itu. Diantara yang terbaik tadi adalah, kejujuran, ketaatan, dan kerihoan dihadapan Illahi robbi.

Baca juga: TNI Komitmen Jaga Keamanan dan Kelancaran Pemilu Serentak 2024

Namun, ini dunia Bung, telinga kiri akan selalu berbisik: Kalau mau dapat harus ikut tabuhan gendang sang dalang; Jangan bodoh, kita tidak sendirian. Ada yang lebih parah lagi teriakan hatinya: Jangan sok suci, lo". Inilah kira-kira gambaran dialogis yang terjadi membaca warta tadi.

Seting itu sah-sah saja, karena wilayah epistemology dan axiology sesuai dengan tafsir yang diberikan terhadap fenomena. Bisa jadi itu merupakan moral hazard dalam arti perilaku tidak jujur atau karakter merusak yang
ada pada individu yang memicu frekuensi dan keparahan kerugian.

Atau sebaliknya, perilaku yang sangat agamis sehingga semua diukur atas azaz ketuhanan. Dua-duanya memiliki hak yang sama untuk muncul di dunia ini. Namun harus dipahami jika mengelola dana negara untuk kepentingan pendidikan, itu jelas merupakan pekerjaan ke-Ilahian.

Oleh karena itu, kita sudah seharusnya memberikan apresiaasi yang tinggi kepada kepala sekolah yang memilih mundur dari jabatan daripada nanti harus berhadapan dengan pengadilan akhirat. Dana BOS yang dirindukan oleh banyak pihak, ternyata dipihak lain membuat orang terserang halusinasi untuk takut akan pertanggungjawaban akhirat.

Baca juga: Ketum JMSI Teguh Santosa Yakin Sengketa Sahara Segera Selesai

Akhirnya pilihan untuk mundur adalah pilihan yang diambil; bisa jadi orang lain mengatakan “bodoh”; namun sejatinya adalah pilihan “cerdas” karena paham akan hakekat pertanggungjawaban yang sesungguhnya.

Pertanyaan lanjut berapa banyak orang yang sadar akan ini semua, karena ternyata pengganti yang mendaftar lebih banyak dari pada yang mundur.

Namun ada yang ironis di sini; kepala sekolah yang mundur adalah sekolah yang berada jauh dari hiruk-pikuk dunia, tentu ini hal yang wajar. Namun berita serupa tidak pernah terdengar ada diperkotaan; asumsi yang dapat diambil adalah daerah perkotaan memiliki seribu tanya yang juga tidak terjawab oleh seribu kata.

Padahal jika kita ingin jujur ternyata persoalan diperkotaan jauh lebih komplek dan berada pada wilayah; meminjam istilah Soekarno presiden pertama kita, adalah wilayah "viveri-veri volloso". Jika menggunakan bahasa Medan, “ngeri-ngeri sedap”.

Masih ada kepala sekolah jujur adalah satu anugerah bagi lembaga dan daerah itu, karena betul-betul menyadari bahwa jabatan itu amanah, dan semuanya minta pertanggungjawaban.

Baca juga: Bupati Mesuji Lantik Nur Rohim Menjadi Kepala Desa Antar Waktu Desa Labuhan Makmur

Jika pertanggungjawaban dunia masih mungkin diatur-atur oleh manusia, sementara pertanggungjawaban akhirat hanya dirinya dan Tuhan saja yang tahu.

Tampaknya jika yang baik begini menjadi sistem, maka negeri ini insyaallah akan baik, namun Tuhan berkehendak lain; pasangan baik itu harus ada yang buruk. Kalau semua baik maka tidak ada lagi yang baik.

Sebaliknya kalau semua buruk, maka tidak ada lagi buruk itu. Keberadaan sesuatu itu menjadi ada karena ada pembandingnya yang tidak ada. Namun sangatlah bijak manakala secara kuantitas dan kualitas yang baik itu lebih ada dibandingkan dengan yang tidak baik.

Semoga kita mampu membaca tanda-tanda jaman yang telah mulai diperlihatkan kepada kita semua, apapun tafsir yang kita berikan, semua akan berjalan sesuai dengan skenario-Nya.

* Guru Besar Universitas Malahayati Lampung