Helo Indonesia

Putin Mengancam Akan Mengirim Rudal Nuklir Baru di Dekat Negara-Negara NATO

Aris Mohpian Pumuka - Internasional -> Eropa Amerika
Minggu, 30 Juni 2024 17:04
    Bagikan  
Mengirim Nuklir
heloindonesia

Mengirim Nuklir - Presiden Rusia Putin mengancam akan mengirim nuklir dekat perbatasan anggota-anggota NATO.

RUSIA, HELOINDONESIA.COM - Vladimir Putin, Presiden Rusia, mengancam akan mengirim rudal nuklir baru di dekat negara-negara NATO dan menyerang Barat guna membalas karena mengizinkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh, yang dipasok oleh pasukan militer anggota-anggota NATO, untuk mencapai sasaran di dalam negara Rusia.

Pengumuman terbarunya , pada hari Jumat (28/6/2024), ini dipandang sebagai upaya terbaru pemimpin Rusia tersebut untuk menanggapi meningkatnya konflik dengan Barat. Usai menandatangani pakta kemitraan strategis yang komprehensif selama kunjungan penting ke Pyongyang yang bertujuan untuk menemukan cara baru untuk membela negara-negara non-Barat dari hegemoni Amerika Serikat (AS).

Putin bersumpah bahwa negaranya akan memproduksi rudal baru berkemampuan nuklir jarak menengah, dan kemudian memutuskan apakah akan mengerahkannya (ke tempat) yang menjangkau negara-negara NATO di Eropa, serta negara-negara sekutu AS di Asia.

Pemimpin Rusia itu menyalahkan Amerika Serikat karena membuat Rusia harus mengambil tindakan untuk mengerahkan rudal nuklir di Eropa dan Asia.

Baca juga: Israel Mengenakan Pajak Gereja, Para Pemimpin Kristen Palestina Protes

Pada masa kepemimpinan Donald Trump di AS, Washington menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) tahun 1987. Perjanjian INF melarang produksi, pengujian, dan penyebaran rudal jelajah dan balistik berbasis darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer.

Penarikan diri dari perjanjian tersebut merupakan salah satu dari serangkaian penarikan perjanjian yang menandai berakhirnya perjanjian pengendalian senjata nuklir, selama beberapa dekade yang ditandatangani oleh Washington dan Moskow karena kekhawatiran akan memicu konflik nuklir antara bekas Uni Soviet itu dengn Amerika Serikat.

Satu-satunya perjanjian senjata yang masih tersisa hingga saat ini adalah New START, yang membatasi persenjataan antarbenua yang dapat dimiliki setiap negara.

Perjanjian pengurangan senjata nuklir antara AS dan Rusia, yang secara resmi dikenal sebagai Tindakan Pengurangan Lebih Lanjut dan Pembatasan Senjata Serangan Strategis, ditandatangani pada tanggal 8 April 2010, mulai berlaku pada bulan Februari 2011, dan berakhir pada bulan Februari 2026.

Baca juga: LINK Live Streaming Babak 16 EURO 2024: Inggris vs Slovakia, The Three Lions Bisa Lolos ke Perempatfinal ?

Selama era Perang Dingin, Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet perlahan-lahan mengembangkan pandangan dan kepentingan yang sama, mendorong kedua belah pihak untuk menandatangani perjanjian yang mengatur teknologi dan bahan nuklir serta mengupayakan kerja sama global dan perdagangan energi nuklir sambil mencegah proliferasi senjata.

Perjanjian-perjanjian ini berlanjut di era pasca-Perang Dingin, meskipun terdapat sejumlah masalah militer yang muncul di seluruh dunia di tengah meningkatnya konflik kepentingan dalam perdagangan internasional.

Ekpansi bertahap yang dilakukan Barat terhadap Rusia, yang berpuncak pada keputusan Moskow untuk melancarkan operasi militer khusus di Ukraina timur pada Februari 2022, menandai berakhirnya tradisi kerja sama selama puluhan tahun antara Washington dan Moskow untuk mencegah kemungkinan perang nuklir antara kedua negara.