Helo Indonesia

Prasasti Taji, Ungkap Sejarah Kuliner Pecel Ponorogo Sudah ada Sejak Kerajaan Wengker 901 Masehi

Senin, 8 Juli 2024 09:48
    Bagikan  
PEDAGANG PECEL
dodohawe/ heloindonesia.com

PEDAGANG PECEL - Salah satu pedagang nasi pecel Ponorogo di kawasan Jalan Tangkuban Perahu Kota Ponorogo yang cukup enak hanya berjualan pagi hari hingga pukul 10:00 WIB.

HELOINDONESIA.COM - Nasi pecel bagi masyarakat Ponorogo merupakan makanan yang tak bisa dilepaskan dalam keseharian.

Meski sebagai orang merasa cocok makan nasi nasi pecel untuk sarapan pagi, namun bagi masyarakat Ponorogo sudah biasa nasi pecel untuk menu makan sarapan pagi, makan siang maupun makan malam.

Terkait sejarah nasi pecel tidak banyak orang tahu, kapan sebenarnya kemunculan nasi pecel itu menjadi makan khas masyarakat Ponorogo?

Makanan nasi pecel merupakan makanan khas asli Ponorogo yang kemunculan awalnya tercatat dalam Prasasti Taji berusia ribuan tahun.

Baca juga: Ganjar Minum Jamu dan Santap Pecel di Media Center TPN Usai Jalani Tes Kesehatan

Berusia lebih dari 1000 tahun Prasasti Taji ditemukan di wilayah dusun Taji Desa Gelang Lor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo tahun 1930-an pada masa penjajahan Belanda.

Prasasti Taji diduga sezaman dengan kemunculan kerajaan Wengker di Ponorogo.

Prasasti Taji sebenarnya ada tujuh lempeng tembaga namun yang ditemukan hanya tinggal 4 lempeng.

Kini Prasasti Taji itu disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta, yang ditemukan hanya lempeng nomor 1, 3, 6, dan 7.

Sementara tulisannya hanya terdapat pada satu sisi, kecuali lempeng nomor 7 pada kedua sisi, dengan menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno.

Baca juga: Geger Oneway Kota Ponorogo, Bupati Sugiri Memilih Ikut Kehendak Rakyat

Dikeluarkan pada 823 Saka atau 901 Masehi oleh Rakryan i Watu Tihang pu Sanggramadurandara untuk meresmikan sebuah kabikuan (tempat tinggal para biksu) bernama Dewasabha yang terletak di Dusun Taji.

Lempengan tembaga Taji ini hingga sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta, dalam prasasti itu didokumentasikan nama-nama makanan yang sampai saat ini akrab dengan lidah kita, sementara kita tidak menyangka bahwa makanan itu sudah berusia 1000 tahun lebih.

Nama-nama makanan yang tertulis pada Prasasti Taji itu diantaranya sambel, pecel, pindang, rarawwan (rawon), rurujak (rujak), dan kurupuk (krupuk), minuman dawet, wajik dan dodol.

Baca juga: Kali Kesek Village di Limbangan Kendal, Keindahan Gemercik Air Sungai dan Lezatnya Gendar Pecel

Dengan demikian Pecel lebih tepat bemang makanan asil Ponorogo, sehingga klaim bahwa pecel berasal dari Madiun itu kurang tepat, yang benar Pecel berasal dari Sukorejo, Kabupaten Ponorogo sudah ada sejak zaman Kerajaan Wengker Ponorogo.

Sayangnya warga Ponorogo dalam mengkomersialkan Pecel lebih dulu dilakukan masyarakat Madiun, namun popularitas Pecel dari Madiun hanya sebatas di wilayah Kota Madiun saja, tidak banyak di temukan di wilayah-wilayah pinggiran Madiun.

Tentu ini berbeda dengan Pecel di Ponorogo, hampir setiap sudut kampung baik di wilayah kota maupun di desa-desa pelosok, nasi pecel sudah ada dan banyak dijual di sana.

Baca juga: Kematian Mirip Kasus Vina Cirebon di Ponorogo, Ternyata Mereka Pesta Miras dan Terjadi Pembunuhan

Sayangnya untuk menu yang lain seperti pindang, rawon, rujak, wajik dan dodol tidak membumi di wilayah Ponorogo.

Namun untuk minuman dawet, kerupuk lebih membumi dan banyak ditemukan di sejumlah wilayah di Ponorogo, seperti daerah Jabung, Kecamatan Mlarak merupakan kawasan yang sudah mengkomersialkan dawet sejak lama.

Pada zaman dulu sekitar tahun 1970-an minuman dawet banyak ditemukan di jalan-jalan desa lantara pedagang minuman dawet ini menjajakan minumannya keliling desa dengan alat pikul sambil membawa minuman dawet.

Baca juga: Geger Korban Gendam di Ponorogo, Mahasiswi asal Sooko Dipanggil Mbak Uang 2,8 Juta Hilang

Kini sudah tidak lagi ditemukan, para pedagang minuman dawet lebih banyak memilih berjualan dawet dengan menjual di pingir jalan di depan rumah mereka, atau di lokasi yang strategis untuk menarik pelanggan.

Sementara untuk makanan dodol dan wajik, sampai sekarang banyak djual di tempat-tempat penjualanan makanan khas yang banyak ditemukan di Ponorogo. **