HELOINDONESIA.COM - Pengamat politik sekaligus pendiri Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menanggapi, bergabungnya Partai Demokrat dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Ketua Umum Partai (Ketum) Gerindra Prabowo Subianto.
Menurut Ujang, salah satu pertimbangannya yakni belum berakhirnya konflik antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati Soekarnoputri. Sehingga kata dia, Demokrat enggan menjalin kerjasama politik bersama koalisi PDIP.
"Salah satu pertimbangan (Demokrat usung Prabowo), tidak ada rekonsiliasi antara SBY dan Megawati maka saya katakan kalau itu tidak terjadi, tidak ada pertemuan, maka ya Demokrat itu akan ke Prabowo dan betulkan ke Prabowo," kata Ujang saat dihubungi, di Jakarta, Rabu.
Selain itu Ujang juga menuturkan bahwa antara PDIP dan Demokrat berbeda peran dalam peta politik secara nasional. Saat ini imbuh dia, Demokrat merupakan partai oposisi sedangkan PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai bacapres sedang berkuasa.
Baca juga: Demokrat Bakal Menyulitkan Kubu Prabowo Gegara Bawa Jargon Perubahan
Sehingga dikatakannya, Demokrat khawatir dengan merapat ke PDIP, dapat menurunkan elektabilitas dalam kontestasi Pemilu serentak 2024.
"Selama ini masyarakat senang Demokrat menjadi oposisi lalu masuk ke pemerintahan itu banyak yang kecewa dan itu secara elektabilitas merugikan demokrat dan bisa turun," paparnya.
Pertimbangan lainnya partai berlambang bintang mercy memilih berlabuh ke kubu Prabowo, dia mengungkapkan, Demokrat memiliki beberapa pertimbangan yang mendasar yakni mendengar aspirasi daripada kader-kadernya di bawah.
"Kader yang dibawah menginginkan ke Prabowo dan kalkulasinya, kalkulasi matang," kata Ujang.