Helo Indonesia

Kekeringan dan Kelaparan di Papua Tengah Sebabkan Kematian Enam Warga

Drajat Kurniawan - Nasional
Senin, 31 Juli 2023 23:21
    Bagikan  
Presiden Jokowi
setkab.go.id

Presiden Jokowi - Presiden Jokowi saat bertemu dengan anak-anak pelajar Papua di Ballroom Cendrawasih, Swiss-Belhotel, Kota Jayapura, Papua, Jumat (07/07/2023). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

HELOINDONESIA.COM - Kabupaten Puncak, Papua Tengah tengah dilanda kekeringan. Bencana yang berlangsung sekitar dua bulan itu menyebabkan enam warga meninggal dunia, dan berdampak kepada sedikitnya 7.500 orang. 

Menanggapi Kekeringan di Papua Tengah, Presiden Jokowi menanggapi masalah bencana yang menimpa wilayah di Papua itu.

Dia mengaku telah memerintahkan Menko PMK Muhadjir Effendy, Mensos Tri Rismaharini, Kepala BNPB Suharyanto, dan BPBD di daerah untuk secepatnya menangani masalah kekeringan itu.

"Saya sudah perintahkan kepada Menko PMK, Menteri Sosial, BNPB dan juga di daerah, di Papua, untuk segera menangani secepat-cepatnya," kata Jokowi di Jakarta Timur, Senin (31/7/2023).

Baca juga: Relawan Jokowi Marah Gegara Kata Bajingan Tolol, Pembela Sebut Rocky Gerung Pemberani

Meski demikian dia mengsakui, penanganan bencana kekeringan mengalami kesulitan khususnya untuk di daerah yang sulit dijangkau 

"Problemnya supaya tahu itu ada daerah spesifik yang kalau di musim salju itu yang namanya tanaman tidak ada yang tumbuh. Di ketinggian yang sangat tinggi di distrik itu," imbuhnya.

Selain itu Jokowi juga mengakui, pemerintah kesulitan menyalurkan bantuan karena masalah keamanan. "Pesawat tidak berani turun sehingga problem lagi. Sebab itu saya minta juga tadi TNI untuk membantu mengawal. Di sana memang problemnya selalu seperti itu," ujar Jokowi.

"Medannya yang sangat sulit, pesawat yang mau turun pilotmya enggak berani sehingga problem itu yang terjadi," pungkasnya. 

Baca juga: Relawan Jokowi Marah Gegara Kata Bajingan Tolol, Pembela Sebut Rocky Gerung Pemberani

Kekeringan di Papua Tengah dipicu cuaca ekstrem. Temperatur udara sangat dingin dan hujan tidak turun sejak Mei, sehingga warga gagal panen. Kondisi itu membuat warga terpaksa mengonsumsi umbi-umbian busuk, yang membuat mereka terkena diare.

Distribusi makanan yang belum maksimal karena masalah keamanan juga membuat masyarakat harus jalan kaki selama dua hari untuk mendapat bantuan makanan di daerah terdekat.