Helo Indonesia

Nikmatnya Sekubal dan Ngopi Lahang Bareng Para Presiden RI di Nuwono Tasya

Herman Batin Mangku - Ragam -> Makanan
Rabu, 10 Juli 2024 08:13
    Bagikan  
PANGGANAN
Helo Lampung

PANGGANAN - Menikmati sekubal bersama para presiden RI di Nuwono Tsya. (Foto Kolase Helo)

Oleh Prof. Admi Syarif , PhD*

SATU pelajaran penting yang selalu saya ingat cara paling cepat mengenali budaya lokal suatu daerah adalah melalui makanannya.

OK, selamat pagi sahabat semua. Semoga hari ini tetap menjadi hari baik kita. Seperti biasa, kita kasih pantun dulu ya gaes !

Buah anggur buah kedongdong
Buat yang lagi pade nganggur
Ayo baca lagi dong !

Bicara soal kuliner Lampung memang tidak ada habisnya. Kebiasaan ulun (suku) Lampung sangat mementingkan "mengan bangek, pedom bangek, dan ngobrol bangek". Artinya: makan enak, tidur enak, dan ngobrol enak" (bukan mising bangek yew).

Membuat kuliner Lampung pantas menjadi warisan tak benda Indonesia. Bersyukur sekali bagi ente yang dapat istri gadis Lampung. Orangtua dulu selalu menyiapkan anak gadisnya untuk pintar masak, pintar buat kue dan pintar nyulam (membuat sulaman).

Tidak heran kalau gadis Lampung (mulei) ketika menikah selalu saja membahagiakan suaminya dengan aneka makanan dan kue-kue yang enak alias maknyus.

Memang kurang lengkap kalau di negeri berjuluk "Sai Bumi Rua Jurai" ini, kita tidak mencicipi kuliner lokalnya yang luar biasa maknyus. Salah satu kuliner khas warisan leluhur "ulun" Lampung adalah "sekubal".

Pada hari Minggu kemarin, saat jalan-jalan pagi di Pasar Wayhalim, saya sangat gembira menjumpai pedagang yang menjajakan sekubal.

Seorang sahabat menjapri saya, dimana membeli sekubal. Masuk Pasar Wayhalim dari arah masjid. Tidak terlalu jauh di sebelah lapak daging, kita menjumpai seorang lelaki paruh baya yang menjual sekubal. Dia membandrolnya Rp10 ribu saja.

Pada hari-hari biasa, sekubal memang agak sulit ditemukan. namun demikian, kalau ente mau ngopi lahhang bersama Presiden Indonesia sambil menikmati sekubal, ente bisa datang ke Nuwono Tsya, rumahnya ulun Lampung.

Mereka ngopi lahhang di sini dengan ditemani pisang muli, kue legit dan sekubal.

Sekubal atau segubal ini merupakan khas yang sejak dahulu menjadi penganan hampir di seluruh wilayah Provinsi Lampung.

Sebentar, jadi teringat ibu mertua, Alm Taryati yang pada momen lebaran selalu membuat sekubal dan membagikannya kepada sanak keluarga yang datang dari luar Lampung.

Sekilas, sekubal memang mirip dengan lemang khas Sumatera Barat. Keduanya meman memiliki bahan dasar yang sama yaitu ketan dan santan kelapa.

Namun, keduanya berbeda dalam proses pembuatan dan proses memasaknya. Rasanyapun berbeda.

Sekubal yang dibungkus daun pisang berbentuk bulat memanjang ini juga mirip dengan lontong. Bedanya lontong berbahan beras dan sekubal terbuat dari ketan.

Karena bahannya ketan yang lengket, sekubal ini merepresentasikan sikap hidup ulun Lampung yang harus selalu lengket alias bersatu dengan semua keluarga alias sekelik.

Proses pembuatan sekubal memang sedikit rumit dan perlu ketelatenan.

Menurut Yulia, sang pujaan hati, beras ketan yang diaron bersama dengan santan, daun salam, dan garam.

Selanjutnya, ketan setengah matang itu dibungkus daun pisang dan dikukus hongga 6 jam – 8 jam dengan api kecil. Jangan lupa memberikan penyekat agar mudah memakannya. Semakin lama perebusan akan menghasilkan sekubal yang lembut dan awet.

Sekubal biasanya dapat bertahan beberapa hari, jika disimpan di kulkas. Pastinya kita bisa kukus kembali sekubalnya sebelum dimakan agar panas he he he.

Sekubal dapat dimakan langsung karena ranya yang gurih, Wow ! Sekubal juga sangat nikmat disantap dengan tapai ketan atau dengan lauk rendang, gulai, sambal ayam.

East-West, West-East: Lampung is the best
Dang lupo BAHaGiA geh !

* Dosen Unila dan tukang tulis



 -