Helo Indonesia

Jokowi Sebut Ikut KTT BRICS di Afsel, Netizen Tanya: Kenapa Indonesia Tidak Menjadi Anggota BRICS Pak?

Winoto Anung - Internasional
Jumat, 25 Agustus 2023 14:27
    Bagikan  
Presiden Jokowi,  KTT BRICS
X / @jokowi

Presiden Jokowi, KTT BRICS - Presiden Jokowi saat bicara di KTT BRICS di Afrika Selatan. (Foto: X / @jokowi)

HELOINDONESIA.COM - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah tiba kembali di Tanah Air, via Bandara Kuala Namu, Sumatera utara, Kamis malam, setelah melakukan lawatan ke negara-negara di Afrika, selama lima hari.

“Selama lima hari meninggalkan Indonesia, saya telah melawat ke sejumlah negara di kawasan Afrika yakni Kenya, Tanzania, Mozambik, dan terakhir di Afrika Selatan untuk menghadiri KTT BRICS ke-15,” ungkap Presiden Jokowi di X (Twitter), Jumat pagi 25 Agustus.

BRICS adalah Brasil, Rusia, China, India, dan South Africa, yakni grup lima negara berkekuatan ekonomi besar di dunia. Indonesia belum menjadi anggotanya. Presiden Jokowi mungkin hadir karena undangan sebagai peninjau.

Terkait KTT (konferensi tingkat tinggi) itu, Presiden sempat mengungkapkan, saat pertemuan KTT BRICS ke-15 di Afrika Selatan (Afsel), dia bertemu dengan kepala negara dari Kongo.

Baca juga: Budiman Sudjatmiko Jadi Kader Gerindra Usai Dukung Prabowo ?

“Di sela-sela KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, saya melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Republik Demokratik Kongo Jean-Michel Sama Lukonde di Sandton Convention Centre,” ujar Presiden, di X juga.

Jokowi menjelaskan, Indonesia dan Kongo adalah pemilik hutan tropis terbesar di dunia. Kerja sama kedua negara penting untuk mengembangkan nilai ekonomi hutan dan berkontribusi mengatasi perubahan iklim.

Indonesia siap berbagi pengalaman dalam hal konservasi gambut hingga pengelolaan hutan lestari.

Baca juga: Pengiriman TKI ke Timur Tengah Dibuka Lagi, DPR Minta Pemerintah Perkuat Perlindungan Perlakuan Pekerja

“Selain itu, kami membahas mengenai pengembangan hilirisasi industri mengingat Kongo dan Indonesia juga merupakan negara penghasil kobalt terbesar pertama dan kedua di dunia. Indonesia siap berbagi pengalaman dan keahlian terkait ekosistem hilirisasi,” tandas Presiden Jokowi.

Nah, ternyata unggahan Presiden Jokowi (@jokowi) ini mendapat respon para netizen. Ada yang mengucapkan apresiasi, ada juga yang bertanya soal BRICS.

“Nderek seneng pak presiden. Semoga bisa saling menguatkan antar negara .  Dan bisa mengontrol cobalt dunia,” tulis netizen @Andihari20.

Baca juga: Bela Nelayan Lobster, Artis Wulan Guritno Disebut Menyerang Eks Menteri Susi Pudjiastuti

“Kenapa Indonesia tidak lolos menjadi anggota BRICS pak ?” tulis netizen dengan akun @erawan_yusron

Tidak ada jawaban atas pertanyaan netizen yang kritis itu. Kiranya banyak netizen dan Masyarakat yang juga belum tahu, ap aitu BRICS. Di media-media pertemuan KTT BRICS tersebut mendapat perhatian luas. Salah satunya di Aljazeera.

Disebutkan bahwa, BRICS adalah negara dengan perekonomian raksasa, dengan populasi yang lebih besar dan ambisi yang lebih besar. Mulai hari Selasa hingga Kamis lalu, para pemimpin BRICS.

Baca juga: Hasil Survei: Dua Parpol Palemen Gagal Kembali ke DPR, Perindo dan Hanura Juga Gagal Lolos

Yakni  Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan bertemu dalam pertemuan puncak tiga hari, yang menarik perhatian negara-negara besar di seluruh dunia.

Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menghadiri konklaf pada 22-24 Agustus di Johannesburg, Afrika Selatan, namun akan berpartisipasi melalui konferensi video untuk menyelamatkan negara tersebut dari rasa malu.

Hal ini karena menjadi tuan rumah bagi pemimpin yang memiliki surat perintah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadapnya terkait dengan Moskow soal perang di Ukraina. Afrika Selatan adalah anggota ICC dan, berdasarkan hukum internasional, wajib menangkap Putin jika dia berkunjung.

Baca juga: Ribuan Buruh Pabrik Rokok di Jatim Dapat BLT Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Jatim

Pertemuan KTT BRICS kemungkinan besar akan menjadi latar belakang meningkatnya posisi kelompok tersebut sebagai kekuatan yang menantang tatanan dunia yang sudah lama dominan dan dipimpin oleh Washington. .

Perluasan anggota BRICS diperkirakan akan menjadi agenda utama. Ini adalah klub yang diminati. Dari Aljazair hingga Argentina, setidaknya 40 negara telah menunjukkan minat untuk bergabung dalam kelompok tersebut.

Inti dari daya tarik kelompok ini adalah meningkatnya kekuatan ekonomi mereka. Kelima negara BRICS kini memiliki gabungan produk domestik bruto (PDB) yang lebih besar dibandingkan G7 dalam hal paritas daya beli.

Secara nominal, negara-negara BRICS menyumbang 26 persen PDB global. Meskipun demikian, mereka hanya memperoleh 15 persen hak suara di Dana Moneter Internasional (IMF).

Ditambah dengan keluhan atas ketidakseimbangan tersebut, terdapat pula kekhawatiran yang semakin besar di negara-negara Selatan bahwa AS dapat mempersenjatai dolar melalui sanksi seperti yang dilakukan terhadap Rusia.

Hal ini menyebabkan negara-negara BRICS secara individu dan kolektif berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang AS sambil meningkatkan perdagangan bilateral dengan mata uang mereka sendiri. (**)