Helo Indonesia

Aneh, Bahas Kondisi Ekonomi, Jokowi dan Ketum Parpol  Tak Ajak Nasdem, Bakal Ada Rencana Buat Anies?

Winoto Anung - Nasional -> Politik
Rabu, 3 Mei 2023 10:51
    Bagikan  
Para Ketum Parpol Koalisi Pemerintah, Zulkifli Hasan, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto, Airlangga
Para Ketum Parpol Koalisi Pemerintah, Zulkifli Has

Para Ketum Parpol Koalisi Pemerintah, Zulkifli Hasan, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto, Airlangga - Para Ketum Parpol Koalisi Pemerintah, Zulkifli Hasan, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, dan Muhamad Mardiono, usai pertemuan di Istana, Selasa malam.

HELOINDONESIA.COM - Presiden Jokowi telah mengumpulkan para ketua umum (Ketum) Parpol anggota Koalisi pendukung pemerintahan di Istana Kepresidenan, Selasa malam 2 Mei. Menariknya, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh tidak hadir, Nasdem tidak diajak, meski katanya membahas kondisi ekonomi, dan antisipasi ekonomi global ke depan.

Aneh, kan, Meski disebut mengundang ketum parpol, namun Ketum Partai Nasdem Surya Paloh tidak terlihat hadir, Nasdem tidak diajak, Padahal, sampai saat ini masih anggota koalisi pendukung pemerintahan Presiden Jokowi.

Setelah usai pertemuan para ketum parpol, mereka juga menyebut Surya Paloh tidak hadir. Namun, alasannya agak berbeda-beda. Para ketum parpol mengatakan, pertemuan dengan Jokowi itu lebih membahas kondisi ekonomi, utamanya kondisi ekonomi global ke depan.

Saat memberikan keterangan, Airlangga Hartarto mengatakan, dalam pertemuan membahas antisipasi ekonomi global ke depan

“Pertama, silaturahmi halal bihalal. Kemudian dibahas capaian-capain pembangunan, dan tantangan ke depan,” kata Arilangga, Selasa malam.

Tentang rencana penyatuan koalisi KIR dan KIB. Secara taktis Airlangga menjawab singkat. “KIB dan KIR masih dalam pembahasan,” katanya.

Soal koalisi besar, merurut dia tadi tidak dibahas, tantangan-tantangan ekonomi ke depan. Lantas, soal ketidakhadiran Nasdem, Airlangga menjelaskan bahwa keterangannya belum diterima.

Sementara itu Prabowo Subianto mengatakan yang dibahas yang dibahas hal-hal yang baik. “Tadi kita Lebaran. Dan juga perkembangan ekonomi mutakhir, ramalan semua negara besar, ralaman World bank, ramalan IMF, Indonesia sekarang bener-bener punya potensi menjadi negara maju, sekarnag PDP kita sudah 45trilun,  ekonomi kita sudah ke 16 terbesar. Sangat potensial menjadi negara maju,” ujar Prabowo Selasa malam itu.

Akan halnya, soal Koalisi Besar, kata dia tidak dibahas. "Secara praktis tidak ada yang,  tapi titipan besar, kita harus rukun, kitaharus kompak bisa kerja sama, demi bangsa dan negara," kata Prabowo.

Tentang ketidakhadiran Ketum Partai Nasdem Surya Paloh, Prabowo menjawab singkat. "Sedang di lyuar negeri," kata Prabowo.

Senada itu, Plt Ketum PPP Muhamad Mardiono mengatakan, Surya Paloh kabarnya ada di luar negeri. “Ya kan beliau di luar negeri ya,” ujar Mardiono.

Ketika ditanyakan apakah Surya Palon diundang, Mardiono mengaku tidak tahu. “Oh kalau itu saya ndak tahu ya, karena saya bukan tuan rumah, mungkin yang tahu tuan rumah ya,” kata Mardiono, Plt Ketum PPP.

Bicara di Luar Pemerintahan

Dari pihak Parai Nasdem sendiri mengaku tidak diundang. Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali mempertanyakan apa yang salah bakal capres Anies Baswedan sehingga Nasdem tidak diajak ke pertemuan ketua umum partai politik dengan Presiden Joko Widodo di Istana malam tadi.

Ali mengaku bingung Istana tidak mengundang Nasdem yang telah mengusung Anies Baswedan bersama Demokrat dan PKS. Namun, Ali menegaskan bahwa Nasdem tak kecewa partainya tidak diundang ke Istana malam ini.

Ia menduga, pertemuan ketum parpol dengan Jokowi malam ini pasti memiliki tujuan lain, di mana akan berbicara mengenai hal-hal yang ada di luar koalisi pemerintahan.

Kalau menyimak pemaparan para ketum parpol yang ikut pertemuan dengan Jokowi di Istana Kepresidenan tersebut, maka sangat beralasan kalah pihak Partai Nasdem menyebut mereka berbicara mengenai hal-hal yang ada di luar koalisi pemerintahan.

Logikanya, kalau berbicara masalah pemerintahan saat ini, termasuk kondisi ekonomi saat ini dan juga antisipasi ekonomi global ke depan, maka Partai Nasdem selayaknya diundang, karena Nasdem anggota Koalisi Pemerintahan.

Maka, dapat dibaca juga bahwa pertemuan Presiden Jokowi dan para ketum parpol koalisi pemerintahan itu justru membahas strategi atau mencari titik temu politik dalam menentukan capres-cawapres untuk Pilpres 2024 mendatang.

Dan tentang pembahasan soal kondisi ekonomi nasional itu pastinya juga disinggung, namun seperti sebagai kamuflase saja, dan sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan awak media. Bisa ditebak, inti pembahasan justru membahas koalisi politik untuk mencari titik temu soal capres-cawapres untuk Pilpres 2024 mendatang.

Oleh karena itu, Nasdem tidak diundang, karena soal capres-cawapres ini sudah beda kehendaknya dengan Presiden Jokowi. Nasdem sudah membentuk koalisi tersendiri, sementara Jokowi masih terus memantau perjodohan politik, koalisi parpol, yang kini 6 parpol pendukung pemerintahannya, buyar lagi setelah PDIP mengumumkan Ganjar Pranowo sebgai capres.

KIB yang terdiri dari tiga parpol, Golkar, PAN, PPP, kini relatif sudah bubar, karena PPP sudah mendukung PDIP. Dan Gerindra bersama PKB juga belum menentukan siapa cawapresnya. Prabowo sendiri juga tidak mau dijadikan cawapres bagi Ganjar Pranowo.

Sementara Golkar masih kukuh untuk menjadikan ketumnya, Airlangga Hartarto menjadi capres, karena hal itu sudah menjadi keputusan partai, keputusan tertinggi, lewat Munas.

Oleh karena itu, pertemuan tadi malam, sengaja tidak mengundang Nasdem, karena membahas capres-cawapres ke depan.

Mungkin saja mereka membahas strategi untuk memaksa agar tokoh-tokoh kunci, katakanlah ketum parpol anggota Koalisi Pemerintahan ini, seperti Airlangga dan Muhaimin Iskandar untuk menjadi cawapres bagi Anies Baswedan dari Koalisi Perubahan yang selama ini masih kosong. Kalau Koalisi Perubahan tidak mau, kemungkinan digunakan senjata lain, dengan ‘mengerjai’ koalisi ini.

Diduga, operasinya tentu senyap, menggunakan nabok nyilih tangan, dengan berbagai cara, menggunakan hal-hal yang sulit dicarikan buktinya.

Makanya, dalam hal ini Surya Paloh tidak diajak. Mana mungkin untuk rencana seperti itu, kalau betul ya, mengajak pihak yang bakal kena operasi. Ini analisis. Atau malah hal lain, memaksa Prabowo jadi cawapresnya Ganjar Pranowo?  (*)

(Winoto Anung)