Helo Indonesia

Ribuan Ibu Hamil dan Balita di Banjarnegara Jadi Target Pemberian Makanan Tambahan

Sabtu, 22 Juni 2024 10:00
    Bagikan  
Ribuan Ibu Hamil dan Balita di Banjarnegara Jadi Target  Pemberian Makanan Tambahan

Ibu hamil di Banjarnegara menerima pemberian makanan tambahan. Foto: jatengprov.go.id

BANJARNEGARA, HELOINDONESIA.COM - Sebanyak 2.028 orang ibu hamil menjadi target program pemberian makanan tambahan (PMT) lokal oleh Pemkab Banjarnegara. Mereka termasuk dalam target penurunan prevalensi stunting karena berstatus kurang energi kronis (KEK).

Penjabat (Pj) Bupati Banjarnegara, Muhammad Masrofi, menjelaskan, selain ibu hamil berstatus KEK, program PMT lokal juga menyasar 4.056 balita gizi kurang, 3.000 balita dengan berat badan kurang, serta 7.000 balita yang tidak naik berat badannya.

Baca juga: Bhayangkara Presisi Tim Putra Keempat yang Lolos Final Four Voli Proliga

Dijelaskan dia, PMT Lokal merupakan salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target prevalensi stunting di Banjarnegara, sebesar 14 persen pada 2024.
=
“Anggaran PMT Lokal di Banjarnegara sebesar Rp5.212.918.000, berasal dari DAK Non Fisik Kementerian Kesehatan, dan Rp6.986.400.000, berasal dari Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah,” beber pj bupati, pada acara Intervensi Serentak Pencegahan Stunting Kabupaten Banjarnegara Tahun 2024, di Desa Situwangi, Banjarnegara, seperti dilansir jatengprov.go.id, Jumat 21 Jun i 2024.

Lanjut Masrofi, berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Banjarnegara sebesar 23,3 persen, lalu turun menjadi 22,2 persen pada 2022. Pada 2023, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia, prevalensi stunting kembali turun menjadi 19,9 persen.

Baca juga: Woooi Udah Ngopi Belum? Ngopi, Baca, dan Menulis untuk Keabadian Geh

Demi menurunkan lagi angka tersebut, sambung dia, selain menyelenggarakan PMT, pihaknya juga melakukan deteksi dini masalah kesehatan pada ibu hamil, balita, dan calon pengantin yang dilaksanakan melalui posyandu.

“Saat ini sebagian besar posyandu telah dilengkapi dengan alat antropometri terstandar dan ditunjang dengan kader yang kompeten, sehingga diharapkan makin memudahkan kinerja petugas dalam upaya pencegahan dan pendektesian pada balita,” katanya.

Masrofi menambahkan, gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting dilakukan dengan kolaborasi lintas sektor dan lintas program di tingkat kabupaten, puskesmas, hingga desa. Intervensi dilakukan serentak dan sesuai standar yang berlaku, agar dapat menyisir seluruh sasaran dan hasil yang didapatkan akurat, serta cakupan layanan yang diterima oleh sasaran meningkat.

Baca juga: 5 Rekomendasi Cream yang Ampuh Hilangkan Ketiak Hitam

Kepala Desa Situwangi, Sutrino, mengatakan, berdasarkan data dari posyandu desanya, terdapat 41 balita menderita stunting atau setara dengan 10 persen dari jumlah balita di Desa Situwangi, sebanyak 462 balita.

Menurutnya, mereka yang menderita stunting umumnya karena kurang gizi, serta banyaknya warga melakukan nikah muda sehingga belum berpengalaman dalam penanganan balita. Faktor lainnya adalah faktor ekonomi dan faktor genetika. (Aji)