Helo Indonesia

Benny Sebut Peringatan 26 Tahun Reformasi sebagai Panggilan untuk Membangun Bangsa

Kamis, 23 Mei 2024 09:58
    Bagikan  
Benny Sebut Peringatan 26 Tahun Reformasi sebagai Panggilan untuk Membangun Bangsa

Benny Susetyo saat menyampaikan pandangannya tentang Peringatan 26 Tahun Reformasi

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM - Sebuah diskusi menarik bertajuk "Catatan 26 Tahun Gerakan Reformasi, Antara Kenyataan dan Harapan" berlangsung di Jalan Diponegoro No.72, Jakarta Pusat, pada Rabu 22 Mei 2024.

Diskusi ini merupakan bagian dari peringatan 26 tahun Reformasi yang dihadiri oleh para aktifis 1998, akademisi, dan masyarakat sipil. Acara ini mengundang perhatian banyak pihak karena berfokus pada evaluasi perjalanan Indonesia sejak Reformasi 1998 hingga sekarang, serta membahas berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini.

Baca juga: 976 Jemaah Calon Haji Kendal Diberangkatkan ke Tanah Suci

Tahun 1998 selama ini dianggap titik balik bagi Indonesia ketika gerakan Reformasi berhasil menggulingkan rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.

Gerakan ini membawa harapan besar akan perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, setelah 26 tahun berlalu, banyak harapan tersebut belum terwujud sepenuhnya.

Dalam kesempatan pertama Sejarawan Indonesia Bonnie Triana memaparkan perspektif historis mengenai peristiwa Reformasi 1998 kilas balik historis dan refleksi ini menimbulkan pertanyaan kenapa bangsa ini mudah lupa.

Menurut dia, meskipun lupa merupakan hal manusiawi, kita tidak pernah secara serius dan memperbaiki masa lalu sesuai dengan rekaman sejarah. Bahkan setelah 26 tahun terjadinya reformasi cita -cita reformasi bergerak makin jauh.

Baca juga: Jelang Grebeg Besar, Bupati Demak Sowan Kasepuhan Kadilangu

Maka ia menekankan pentingnya mengingat sejarah kelam tersebut sebagai pelajaran agar tidak terulang di masa depan. Hingga walaupun kita melihat masa depan Indonesia dengan optimisme, namun tetap kritis terhadap berbagai tantangan yang ada.

Sementara itu, terkait membahas mengenai kondisi toleransi, keberagaman, dan etika bernegara, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo menyatakan, kondisi toleransi dan keberagaman di Indonesia yang semakin terancam.

Dia mencatat bahwa etika bernegara telah mengalami kemerosotan yang signifikan, ditandai dengan maraknya intoleransi dan diskriminasi. Peraturan peraturan yang mengakomodasi kepentingan beribadah sebenarnya sudah ada ,namun pelaksanaan masih jauh panggang dari api ada beberapa tanggung jawab dari pemerintah terutama pemerintah daerah tidak terlaksana.

Moderasi Beragama

Dan karena hal tersebut Benny mengajak semua elemen masyarakat untuk melakukan moderasi beragama. Pada hakikatnya negara melindungi segenap bangsa Indonesia untuk beribadah.

Pada akhirnya Benny memandang perlunya seluruh lapisan masyarakat untuk kembali menghidupkan nilai-nilai Pancasila sebagai filosodi grondslag dimana Pancasila sebagai landasan moral dan rasa dalam upaya membangun kehidupan berbangsa yang lebih toleran dan harmonis.

Baca juga: Kata Xabi Alonso Usai Rekor Tak Terkalahkan 51 Laga Bayer Leverkusen Putus dan Gagal Treble Oleh Atalanta

Ditegaskan dia, peringatan ini diharapkan bukan hanya menjadi ajang refleksi, tetapi juga menjadi panggilan bagi seluruh elemen bangsa untuk terus berjuang, memperbaiki, dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing di kancah global. Semangat Reformasi harus terus menyala, menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam setiap upaya membangun bangsa.

Acara yang juga menghadirkan Saurlin P Siagian SSos MAA dari Komnas HAM dan Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Prof Muradi MSi MSc PhD. (Aji)