Helo Indonesia

Volume Air di Danau dan Waduk-waduk Terbesar di Dunia Mulai Menyusut, Pertanda Apa?

Syahroni - Internasional
Senin, 29 Mei 2023 01:11
    Bagikan  
Danau Tiberias.
ist

Danau Tiberias. - Danau Tiberias, Danau yang Ukuran Airnya Jadi Patokan Kiamat Sudah Dekat atau Belum.

HELOINDONESIA.COM - Volume air lebih dari separuh danau dan waduk terbesar di dunia kini mulai menyusut dbandingkan kondisi tiga dekade lalu. Iklim bumi yang terus memanas serta konsumsi air oleh manusia dituding sebagai salah satu penyebabnya.

Danau dan waduk menyimpan 87% air tawar di permukaan bumi. Tetapi penelitian baru yang menggunakan pengamatan satelit bersama dengan data dan pemodelan iklim menunjukkan bahwa 53% danau dan waduk terbesar di Bumi sekarang lebih sedikit menampung air daripada yang tercatat pada tahun 1992 silam. Jumlah total air yang hilang diperkirakan mencapai 144,5 mil kubik (602,3 kilometer kubik). setara dengan volume 17 Danau Meads, yang merupakan waduk terbesar di Amerika Serikat.

Hanya sekitar seperempat danau dan waduk yang sekarang menyimpan lebih banyak air daripada tahun 1992. Para peneliti juga menemukan bahwa seperempat populasi dunia hidup di cekungan danau yang mengering.

Baca juga: Ilmuan Tidak Percaya Banjir Besar pada Kisah Nabi Nuh Benar-benar Terjadi, Ini Alasannya

Penelitian sebelumnya cenderung menunjukkan pola daerah kering menjadi lebih kering dan daerah basah menjadi lebih basah, karena dampak perubahan iklim semakin menonjol. Namun studi baru, yang diterbitkan 18 Mei di jurnal Science, menemukan bahwa danau mengering di daerah tropis yang lembab serta di daerah gersang.

“Ini menunjukkan bahwa tren pengeringan di seluruh dunia lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya,” kata penulis utama studi, Fangfang Yao, seorang peneliti iklim di University of Virginia seperti dilansir dari Live Science.

Yao mengatakan penelitian itu dilatarbelakangi krisis Laut Aral di Asia Tengah, yang merupakan danau terbesar keempat di dunia sebelum mulai mengering pada 1960-an. Pada tahun 2014, NASA merilis citra satelit yang menunjukkan bahwa bagian timur Laut Aral Selatan telah mengering.

Lebih sedikit air di danau berarti lebih sedikit tersedia air untuk dikonsumsi manusia, baik itu untuk penggunaan irigasi dan industri, hingga pasokan air minum rumah tangga. Ekosistem danau juga menderita, dengan populasi ikan dan burung yang bermigrasi terancam saat air surut. Dan saat danau garam mengering, dasar danau yang baru terpapar dapat menjadi sumber badai debu beracun yang mampu merusak tanah di sekitarnya dan menyebabkan masalah kesehatan.

Baca juga: Nenek Moyang Parasit Disentri Ditemukan di Kotoran Manusia Berusia 2.500 Tahun dari Toilet Kuno di Yerusalem

Para peneliti menggunakan model statistik untuk mengetahui penyebab utama hilangnya air danau dan waduk. Pemanasan iklim dan konsumsi manusia adalah pendorong utama hilangnya air dari danau, sedangkan sedimentasi adalah pendorong terbesar berkurangnya air di waduk.

“Sedimentasi adalah jenis bencana yang merayap, karena terjadi selama bertahun-tahun dan puluhan tahun,” kata Yao.

Apakah danau Bumi akan terus mengering bergantung pada interaksi kompleks dari berbagai faktor. Tapi studi baru ini bisa memberi kita gambaran tentang apa yang mungkin terjadi dalam berbagai keadaan, kata Yao. Ia menambahkan, jika tingkat curah hujan tetap sama, dampak pemanasan dan konsumsi air manusia bisa menjadi masalah.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa dengan mengubah cara kita mengonsumsi air, kita dapat membalikkan sebagian penyusutan danau. Danau Sevan di Armenia, misalnya, memperoleh air setelah pemerintah memberlakukan undang-undang untuk memulihkan danau dan menghemat air pada tahun 2000-an.

“Jika kita mengambil tindakan kecil untuk menyelamatkan badan air yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, badan air ini dapat diselamatkan,” kata Yao.