Helo Indonesia

Bagi-bagi Bansos itu Gaya Hitler Raih Kekuasaan Pakai Instrumen Demokrasi Kemudian jadi Pemimpin Tirani

M. Haikal - Nasional -> Politik
Jumat, 23 Februari 2024 21:54
    Bagikan  
Beras Bulog
Foto: tangkapan layar

Beras Bulog - Beras dari Bulog yang dipakai untuk bansos disorot Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

HELOINDONESIA.COM - Situasi pemimpin negara saat ini dinilai seperti jaman kekuasaan Adolf Hitler, saat Partai Nazi berkuasa periode perang dunia kedua masa silam.

Hal ini disampaikan pemikir kebhinekaan dari Muhammadiyah Dr Sukidi saat memberikan pencerahan tentang bagaimana demokrasi bisa mati.

Dikutip dari tayangan video Kompas TV yang diunggah akun media sosial X @ismailfahmi pada Jumat (23/2/2024), lulusan Harvard University ini menjelaskan bahwa demokrasi di Indonesia justru dibunuh oleh pemimpin yang naik ke tampuk kekuasaan melalui instrumen demokrasi.

 "Tapi ketika di kekuasaan dia membunuh demokrasi. Itu bukan kata saya, tapi kata Prof Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dari Harvard," jelas Dr. Sukidi.

Baca juga: Dul Jaelani Nyanykan Lagu Untuk Safeea Dikomentari Mulan Jameela 

Dia melihat bahwa pembunuhan demokrasi itu dilakukan secara panjang.

Pertama, melalui instrumen bagaiman oposisi ini dibungkam dan seluruh kekuatan ditarik ke dalam kekuasaan.

Kedua, negara mengalami transformasi yang begitu personal. Sehingga, mestinya republik ini dipimpin oleh pemimpin yang memiliki spirit republik tapi bertindak layaknya seorang raja. 

"Padahal Republik ini menuntut pemimpin untuk mendapatkan pelayanan yang sama," ujarnya.

Baca juga: Suap Penyelenggara Negara, 2 Orang  Ditetapkan jadi Tersangka oleh Dittipidkor Bareskrim

Justru yang terjadi, lanjutnya, republik ditelikung menjadi satu monarki yang melayani kepentingan satu orang, satu keluarga dan satu golongan.

Ketiga, sambungnya, dia mengingatkan ketika Bung Hatta ingin mendirikan satu negara demokratis.

"Dia sadar bahwa republik ini harus disandarkan pada hukum. Karena Bung Hatta tidak mau memberikan kekuasaan pada negara. Sebab negara kekuasaan itu bahaya layaknya kekuasaan kolonial yang brutal pada warganya," paparnya.

Karena itu, menurut Dr Sukidi, Bung Hatta adalah sedikit dari pendiri bangsa yang berpandangan kalau negara demokratis tidak disandarkan pada hukum, maka yang terjadi adalah tirani kekuasaan.

Baca juga: Pilpres 2024, Dibekali Bansos Rp 492 Triliun Monyet juga Bisa jadi Presiden

"Dan itulah yang kita saksikan hari-hari ini. Tirani kekuasaan menurut James Madison, salah satu pendiri negara Amerika adalah konsentrasi kekuasaan pada satu orang," tuturnya. 

Ketika disinggung bahwa kondisi ini tercipta karena hasil pilihan rakyat, Dr Sukidi mengatakan rakyat memilih ketika prosesnya sudah mengalami cacat dan kecurangan.

"Karena itu pada tirani kekuasaan ini kita memperoleh pemimpin itu justru naik kekuasaan atas nama rakyat tapi berakhir sebagai seorang tiran," ujarnya.

Menurutnya, itulah yang terjadi pada kasus bansos yang menjadi contoh telanjang bagaimana tiran populis yang terjadi di Jerman (perang dunia II).

Baca juga: Kapolres Tubaba Hadiri Lounching Penyaluran Cadangan Beras

"Hitler itu naik menggunakan instrumen demokrasi tapi dia menguasai pikiran rakyatnya melalui propaganda, melalui film, melalui cerita yang akhirnya membunuh demokrasi," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan bagaimana Anda bisa bayangkan bagaimana Hitler di puncak kekuasaan akhirnya jatuh pada fasisme. 

"Dan itu terjadi pada bansos-bansos yang menjadi bagian dari techno fasism. Bagaimana pemimpin membaca pikiran dan melihat rakyat kelaparan akibat pandemi, akibat situasi yang tidak kondusif bagi kesejahteraan rakyat akhirnya membungkam pikiran rakyat melalui bansos," tandasnya.

Tags
Kekuasaan