Helo Indonesia

Kisah UMKM yang Merasa Diintimidasi Preman Hingga Kelurahan di BL

Nabila Putri - Nasional -> Peristiwa
Sabtu, 29 Juli 2023 12:11
    Bagikan  
Lapak pedagang yang jadi persoalan

Lapak pedagang yang jadi persoalan - (Foto Hajim/Helo)

LAMPUNG, HELOINDONESIA.COM - Maya, hanya satu dari ribuan pedagang UMKM yang mengais rejeki dari tepi jalan di Kota Bandarlampung. Tak mudah orang sepertinya bertahan di tengah sulitnya ekonomi serta intimidasi preman dan pihak kelurahan.

Sang ibu rumah tangga yang terpaksa berjualan gorengan agar bisa memberi makan dan menyekolahkan anak itu setelah delapan tahun lebih kini harus menghadapi tekanan dari preman dan aparat Kelurahan Sukamenanti, Kedaton, Kota Bandarlampung.

Dia tak bisa berjualan sebulan ini karena meja dagangannya sempat dirantai dan dijadikan tempat parkir sepeda motor preman yang mengatasnamakan Mitra Kodim 0410 Kota Bandarlampung.

Beberapa pekan lalu, pihak kelurahan nenempelkan surat pemberitahuan agar lapak dikosongkan alasan mau pembersihan drainase. Dua hari lalu, ada tempelan lagi dari kelurahan agar gerobak jualannya disingkirkan alasan akan ada penebangan pohon.

Baca juga: Petarung Prajurit Korps Marinir Soft Launching Beladiri Chadrick

Padahal, kata Maya, pemilik pohon secara lisan mengizinkannya, tak keberatan, jualan di depan rumahnya. "Aku sudah mendapatkan izin lisan dari pemilik rumah," katanya. Dia tak mau memindahkan gerobaknya yang sudah bertahun-tahun tempat gantungan hidup.

"Aku selama ini diam berkali-kali dimaki-maki dan diancam akan digulingkan gerobak dagangan oleh oknum Mitra Kodim jika tak mau meninggalkan lapak," ujarnya tersedu kepada Helo Indonesia, Jumat (29/7/2023).

Padahal, kata dia, setiap bulan bayar Rp75 ribu, gak pernah telat. "Kalau telat, saya diusir," katanya. Maya mengaku pernah pingsan dibendak preman. Sampai kini, dia harus minum obat. "Mana gak jualan, susah nebus obatnya," katanya.

Baca juga: Ray Rangkuti Sebut Ketum Golkar Airlangga Diterpa Serangan Dari Lingkungan Istana

Maya pernah minta solusi ke kelurahan. Alih-alih dapat jalan keluar, lurah dan aparat kelurahan lainnya, seperti babinsa, malah menyalahkan dirinya. Menurut dia, bukan hanya dirinya, banyak yang berjualan sepertinya tertekan dengan preman.

"Saya ngomong gak rekayasa, saksikan Allah. Kalau manusia bisa bersilat lidah," katanya.

Lurah Jafril dan BG sudah dikonfirmasi Helo Indonesia Lampung via whatsapp sejak tiga hari lalu, namun walau sudah dibaca belum ditanggapi keduanya.

Sebelumnya, Lurah Sukamenanti Jafril menilai pedagang tidak menjaga kebersihan, membuang sampah sembarangan sehingga di lokasi terkesan kumuh, dan ini menjadi laporan warga sekitar. Maya dipersilahkan jualan di lokasi lain yang tak mengganggu kepentingan umum. (HBM)