Helo Indonesia

Ashiyap, 86 Dan

Nabila Putri - Lain-lain
Jumat, 8 Desember 2023 08:14
    Bagikan  
Ashiyap, 86 Dan

Gufron Aziz Fuadi

Oleh Gufron Aziz Fuadi*

KITA sering mendengar beberapa kawan kalau menjawab panggilan dengan ungkapan "siap" atau lebih lengkapnya "Siap 86 komandan"! Kemudian secara alay berubah menjadi, Ashiyap...!

Ungkapan siap ini mulanya menjadi bahasa komunikasi di kalangan tentara, polisi dan satpam untuk menggambarkan kesiapsiagakan mereka untuk taat menerima tugas dan perintah. Bahkan juga untuk mengaku salahpun: Siap salah komandan!

Dilansir dari pelayananpublik.id, kode 86 secara singkatnya diartikan dengan “dimengerti untuk dilaksanakan”. Jika ada seseorang mengatakan kalimat “86 Ndan, Taruna?”, maka itu sama dengan “mengerti Komandan, siap menerima perintah selanjutnya.”

Baca juga: Gubernur Arinal Ajak Semua Pihak Sukseskan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024


Dulu, Ustadz Hilmi pernah menyampaikan tentang pentingnya menjaga dan memelihara sikap mental kesiapan (kesiapsiagaan) ini. Karena sikap mental "siap" ini akan membantu kita untuk taat baik dalam kondisi suka atau tidak suka. Hal ini disampaikan saat beliau menyampaikan ma'alimun najah.

Ungkapan, siap juga merupakan sur'atul istijabah, respon yang cepat kader dari putusan pimpinan atau organisasi. Bahkan kesetiaan seseorang sering dinilai dari sur'atul istijabah ini. Semakin setia semakin responsif dan sebaliknya semakin memble (susah dan payah).

Terkait dengan ma'alimun najah atau tanda-tanda mencapai kesuksesan, beliau menyampaikan setidaknya ada 5 tandanya yaitu: al isti'dad (kesiapan), al i'dad (persiapan), al qudrah (kapasitas yang memadai), itqanul amal (kualitas kinerja) dan quwatul intaj (kemampuan berproduksi).

Baca juga: Hengki Haryadi Promosi Jabatan Bareskrim Polri Bintang Satu


1. Al isti'dad atau Kesiapan.
Kader dakwah harus selalu menghidupkan kesiapan mental atau ruhiyah/maknawiyah maupun kesiapan fisik dan material. Ibaratnya, cukup dikecilkan nyala apinya saat tidak digunakan dan mudah membesarkan saat akan digunakan.
Allah berfirman dalam 9: 41:
"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

2. Al i'dad (Persiapan)
Kita tidak akan pernah siap bila kita tidak melakukan persiapan serta memeliharanya. Dan persiapan yang paling utama adalah terpeliharanya ruhul badzli wa tadhiyah dan mujahadah. Spirit berbagi, berkorban dan berjuang.

Surat Al Anfal, 60 menegaskan: "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya..."

Baca juga: Presiden Jokowi Minta Pemberian Kredit untuk UMKM Tak Hanya Lihat Agunan, tetapi Juga Prospeknya


3. Algudrah (Kapasitas yang Memadai).
Seseorang akan diberikan amanah pekerjaan atau amanah kepemimpinan kepada orang yang dinilai memiliki kapasitas yang sesuai atau yang dibutuhkan.

Amanah hanya akan tertunaikan oleh orang yang amanah yaitu orang yang memiliki integritas moral dan kapasitas kinerja yang mumpuni. Dengan kata lain orang yang amanah adalah orang yang Bersih, peduli dan profesional.

Sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad Saw sudah dikenal sebagai orang yang terpercaya (al Amin), peduli dan solutif.

Amanah tidak akan berjalan dengan baik bila diberikan kepada yang baik saja tapi tidak profesional. Begitupun sebaliknya, mampu dan profesional tetapi tidak baik dan tidak jujur. Cara mengukur kapasitas yang paling baik adalah dengan melihat rekam jejaknya. Bagaimana kualitas kerja sebelumnya.

4. Itqanul Amal (Kualitas Kerja).
Kualitas pekerjaan akan baik bila dikerjakan secara terencana, terukur, berulang dan fokus. Jarang terjadi seseorang melakukan satu kali pekerjaan langsung sempurna. Butuh mengulang beberapa kali dengan tekun sambil memperbaiki yang kurang. Orang Jawa bilang sesuatu yang dikerjakan dengan teken dan tekun bakal tekan (sampai). Teken (tongkat) adalah seperangkat aturan atau etika, yang menjadi pegangan atau panduan ageman.

5. Quwatul Intaj (Kemampuan Berproduksi).
Seseorang atau suatu kelompok akan tetap eksis selama mereka memiliki produktivitas. Produktifitas menunjukkan adanya motivasi dan kreativitas dalam menghasilkan sesuatu. Quwatul intaj diukur dengan sejauh mana tingkat efisiensi dan efektifitas dalam menghasilkan produk.

Baca juga: Kakek Pencari Rumput Tewas di Way Seputih, Lampung Tengah


Suatu produk, hasil dari produktifitas, tidak harus berupa barang atau benda, tetapi bisa juga ide dan gagasan yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan atau kemenangan. Seperti apa yang dilakukan oleh sahabat Nu'aim bin Mas'ud yang baru masuk Islam kemudian mengusulkan dan melaksanakan ide memecah belah musuh dalam perang Khandak, sehingga barisan koalisi musuh terpecah belah dan bubar melarikan diri dari medan perang. Kalah!

Apakah Ma'alimun Najah diatas masih bersemayam di dada kita?
Semoga ma'alimun najah tersebut terus dan tetap terpelihara di dalam dada kita menjelang yaumul ma'rakah yang akan dibuktikan dengan sur'atul istijabah, ruhul badzli wa tadhiyah serta ruhul mujahadah.

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)
.