Helo Indonesia

Pesona Masjid Agung Demak Tempat Ibadah dan Wisata Religi Wisatawan Manca Negara

Sabtu, 17 Juni 2023 11:13
    Bagikan  
Pesona Masjid Agung Demak Tempat Ibadah dan Wisata Religi Wisatawan Manca Negara

MEMBAWA BERKAH: Saka guru Masjid Agung Demak peninggalan Walisanga, diyakini membawa berkah bagi siapapun yang bermunajat di antaranya. Foto : Sari Jati

DEMAK, HELOINDONESIA.COM -Tak lekang dimakan zaman. Sekiranya ungkapan itu pas menggambarkan pesona dan kemasyuran Masjid Agung Demak, di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dari sejarah yang tercatat, masjid tersebut merupakan warisan Sultan Fattah dan Walisanga.

Bahkan karena sudah menjadi ikon Kota Wali- julukan Kabupaten Demak- sejak lama pula Masjid Agung Demak masuk dalam agenda wisata religi di Pulau Jawa. Pada bulan-bulan (Islam) tertentu, seperti Sya'ban (Ruwah) dan Dzulhijjah (Besar) jumlah wisatawan yang juga para peziarah itu melonjak hingga mencapai ratusan ribu.

Sudah menjadi pengetahuan umum, keelokan dan kesakralan bangunan cagar budaya berusia lima abad lebih itu  tak hanya termasyur di tanah air, namun hingga sejumlah negara manca pula. Seperti Malaysia, Singapura, Philippina, juga beberapa di kawasan Timur Tengah. Maka, tak jarang wisatawan Manca Negara juga mengunjunginya.

Malah tak sedikit di antara para wisatawan religi tersebut mengungkapkan pengalaman spiritual mereka hingga terekam di sanubari. Termasuk  saat bersimpuh khusuk kepada Sang Khaliq di tengah tegaknya empat saka guru.

Dua Sosok

Sebagaimana tersurat dalam sejarah, Sultan Fattah dan Sunan Kalijaga adalah dua sosok yang tak dapat dipisahkan. Bahkan sejak beliau Sultan Fattah yang semasa mudanya bernama Raden Jim-Bun tersebut sudah memiliki keistimewaan. Saat usianya sekitar 14 tahun, putra Raja Majapahit Brawijaya itu menimba ilmu di pesantren, yang notabene sarat dengan ilmu tasawuf. Putra Putri Champa itu pun tak ketinggalan pula dalam hal ilmu tarbiah dan taalim.

Bahkan dalam usia yang masih terhitung muda juga, Raden Jim-Bun yang kemudian diberi gelar Raden Fattah oleh Wali Sanga mendirikan Pondoknya, Pesantren Glagah Wangi. Dan tak lama setelah sekitar abad ke-15, bersama Wali Sanga pula Raden Fattah mendirikan sebuah masjid yang kini termasyur dengan nama Masjid Agung Demak.

Oleh karena peran Wali Sanga dan Sultan Fattah dalam sejarah pendirian Masjid Agung Demak, Kabupaten Demak dikenal dengan sebutan Kota Wali. Karenanya pula, ziarah makam Raja-raja Kesultanan Demak Bintoro masuk dalam rangkaian wisata religi ziarah Wali Sanga. Di samping tentunya Masjid Sunan Kalijaga dan kompleks makam sunan yang semasa mudanya berjuluk Raden Said alias Lokajaya itu di Kadilangu.

Belajar Sejarah

Tak hanya wisata religi, Masjid Agung Demak berikut kompleks makam Sultan Fattah dan raja-raja Kasultanan Demak Bintoro cocok juga sebagai tujuan wisata para pelajar. Sebab pada bangunan yang  dilindungi UU Nomor 5/1995 tentang Benda Cagar Budaya itu, para wisatawan pelajar dapat berekreasi sambil belajar tentang sejarah. Sebab artefak bangunannya yang filosofis dan  religius didukung arkeologis dengan arsitektur khas Indonesia.

Ciri khas utama pada fisik bangunan yang sekaligus pembeda dengan masjid-masjid lainnya adalah keberadaan empat saka guru dari kayu tatal penyangga bangunan induk. Empat saka guru sumbangan dari Sunan Ampel, Sunan Gunungjati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga itu dalam sejarah disebutkan mengandung filosofi, bahwa para Wali Sanga menganut faham I'tiqad Alhusunnah Waljama'ah.

Belum lagi filosofi lainnya yang terlihat pada atap piramida atau limasan susun tiga. Pengayom bangunan masjid yang mayoritas terbuat dari sirap kayu jati berukuran 31 x 31 meter. Di samping pula serambi berukuran 31 x 15 meter.

"Perwujudan tersebut diyakini sebagai pengejawantahan aqidah Islamiyah yang bersumber pada iman, islam, dan ihsan."

Di sisi lain, keberadaan Museum Masjid Agung Demak sangat mendukung keperluan wisata sambil belajar tersebut. Sebab di dalam bangunan itu tersimpan banyak benda bersejarah terkait Kasultanan Demak Bintoro. Di samping  juga sejarah berdirinya masjid tertua di Pulau Jawa itu. (SARI)