Helo Indonesia

MUI-PWNU Jateng Rintis Kerja Sama, Salah Satunya Penguatan SDM Nahdliyin

3 jam 19 menit lalu
    Bagikan  
MUI-PWNU Jateng Rintis Kerja Sama, Salah Satunya Penguatan SDM Nahdliyin

Suasana silaturahim pengurus PWNU Jawa Tengah dengan jajaran MUI Jawa Tengah, Rabu 17 Juli 2024.

SEMARANG, HELOINDONESIA.COM - Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah sepakat untuk merintis kerja sama di berbagai bidang. Bahkan kerja sama tersebut bakal diperluas menjadi tripartit, dengan melibatkan Baznas Jateng.

Ide kesepakatan tersebut mengemuka ketika pengurus PWNU Jateng yang diketuai KH Abdul Ghoffarozin, (Gus Rozin), bersilaturahmi dengan jajaran MUI Jawa Tengah, yang diketuai Dr KH Ahmad Darodji MSi, Rabu 17 Juli 2024.

Gus Rozin didampingi oleh tiga Wakil Ketua PWNU, terdiri, H Kholison Syafii, SH, H Itqonul Hakim dan Dr H Agus Riyanto MSi. Kemudian ikut mendampingi pula Sekretaris PWNU, H Ahmad Fathur Rohman, Wakil Sekretaris Wahidin Said, SH MH dan Bendahara Akhmad Rofiq Abdillah.

Baca juga: Nonton Film Sekawan Limo Full Movie

Sementara dari MUI Jateng yang mendampingi Kiai Darodji, antara lain Ketua Wantim yng juga mantan Gubernur Jateng, Drs KH Ali Mufiz MPA, Sekum KH Muhyiddin MAg, dan para Ketua Komisi MUI Jawa Tengah.

Dalam silaturahim di Kantor MUI Jawa Tengah, di Kompleks Masjid Raya Baiturrahman, Jawa Tengah, Jalan Pandanaran, kedua pimpinan lembaga keagamaan tersebut saling memunculkan pendapat tentang urgensi membangun kerja sama tripartit. Mengingat, sejatinya, bidang tugas ketiga lembaga tersebut, memiliki kesamaan, sehingga perlu dikolaborasikan untuk kesejahteraan umat.

Gus Rozin, mengawali penawaran kerja sama terkait perumusan dan penetapan fatwa dan dakwah. Sedangkan Ketua MUI Jateng Kiai Darodji yang juga Ketua Baznas Jateng, memunculkan urgensi kerja sama dalam hal penguatan SDM terhadap warga nahdliyin, melalui berbagai pelatihan usaha produktif, pendidikan, ekonomi.

Baca juga: 65 Unit Rumah di Ciptim Dibedah Jadi Layak, Pilar: Program Terus Dilanjutkan

Dalam konteks Baznas, Kiai Darodji menyebut, pihaknya sudah melatih keterampilan 11.174 orang di bidang usaha produktif. Bahkan sudah melatih 200 juru masak untuk disiapkan menghadapi program makan siang gratis yang menjadi program Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih. Maka menjadi tugas bersama MUI, PWNU dan Baznas Jateng untuk memberdayakan warga nahdliyin di Jateng yang berkisar 24 juta orang.

Desk Bersama

Atas pengerucutan tersebut, PWNU dan MUI bersepakat membentuk desk bersama yang berfungsi sebagai think thank dalam upaya merumuskan berbagai konsep pembangunan di ranah kesehatan, ekonomi, hukum dan pendidikan. Konsep tersebut perlu diajukan kepada para kepala daerah dan DPRD di Jateng, berkaitan apa yang dapat dioptimalkan oleh NU dan MUI untuk umat.
“ini sebagai terobosan, karena selama ini kita tidak pernah siap ketika diminta konsep, tentang apa yang dapat dioptimalkan,” tegas Gus Rozin.

Termasuk menjelang Hari Santri Nasional 2024, Gus Rozin berpendapat, jangan terjebak pada kegiatan seremonial yang monotan semata, tetapi perlu ditekankan penonjolan atas karya yang lebih baik dari tahun sebelumnya, agar warna kualitatifnya terlihat.

Dijelaskan dia, PWNU Jateng kini, dalam posisi gerak cepat untuk menyelesaikan berbagai problem yang dihadapi nahdliyin. Jumlah pengurus mencapai 600 orang terdiri atas hasil rekrutan internal NU dan ditambah unsur voluntir, yang semuanya muda usia.

Baca juga: Ayu Ting Ting Pilih Liburan Bareng Bilqis, Tidak Lama Lama Ratapi Kecewa

Rintisan kerjasama tripartit disepakati akan terus ditindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan teknis sebagai tindaklanjut atas pertemuan pertama yng masih mengarah pada gagasan dan kebijakan.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jawa Tengah Drs KH Ali Mufiz, MPA, yang mengawali sambutan mengatakan, tugas PWNU Jateng menjadi semakin strategis, terkait posisi Jawa Tengah yang menjadi barometer Indonesia.

“Ketenangan Jawa Tengah, memiliki nilai penting terhadap ketenangan Indonesia, maka semangat PWNU Jateng dalam mengembangkan toleransi, sangat diperlukan, sebagaimana makna tali ikat pada logo NU yang tidak kencang tapi longgar,” tutupnya. (Aji)