Helo Indonesia

Akibat Gangguan Ginjal Akut Harus Cuci Darah Selamanya, Benarkah? ini Penjelasan dokter Internist

M. Haikal - Ragam -> Kesehatan
Senin, 17 Juli 2023 19:13
    Bagikan  
ginjal,ginjal akut,
Foto: tangkapan layar akun twitter danapramudya

ginjal,ginjal akut, - Ketika kena gangguan ginjal akut cuci darah tak harus selamanya.

HELOINDONESIA.COM - Salah satu organ tubuh manusia paling penting adalah ginjal. Organ ini memiliki beberapa fungsi utama.

Di antaranya menyaring darah untuk menghilangkan limbah, produk sisa metabolisme dan membuang zat-zat beracun dari tubuh, mengatur konsentrasi elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium, dan fosfat dalam darah untuk menjaga keseimbangan elektrolit yang tepat.

Ginjal juga berperan dalam pengaturan tekanan darah, membantu dalam produksi bentuk aktif vitamin D dan menjaga keseimbangan pH darah yang tepat.

Masalah ginjal ini sudah umum dan dialami banyak orang. Terutama ketika organ penting ini terganggu fungsinya dan menyebabkan berhenti bekerja.

Baca juga: Benarkah Sabun Cair Lebih Unggul Bersihkan Kuman Ketimbang Sabun Batangan, Cek Faktanya!

Yang jadi pertanyaan, gangguan ginjal ini terjadi apakah karena obat atau karena kurang minum?

dr Dana Pramudya ahli internist (internal medicine) mengatakan, penyebab berhentinya fungsi ginjal bisa bermacam-macam dan sangat luas.

"Yuk, kita bahas. Dicoba untuk seringkas mungkin," cuit dr Dana Pramudya dalam thread yang dibuatnya di media sosial Twitter pada Senin (17/7/2023).

Menurutnya, gangguan ginjal pada umumnya secara perbedaan waktu dibagi menjadi dua, yakni ginjal akut dan kronik.

Baca juga: Kursi Menkominfo Diisi Relawan, Pengamat : Jokowi Ingin Amankan Suara Capres Yang Didukung di Pilpres 2024

"Yang akut terjadi mendadak karena penyebab-penyebab tertentu. Kalau gangguan ginjal menetap hingga lebih dari 3 bulan. maka disebut penyakit ginjal kronik," ujarnya.

Ginjal akut atau nama ilmiahnya acute kidney injury berpotensi terjadi pada siapa saja.

"Namun pada individu sehat memang lebih jarang dibandingkan individu dengan faktor risiko," ucapnya.

dr Dana Pramudya mengungkapkan, faktor risiko di antaranya penyakit komorbid, terutama diabetes dan hipertensi, usia sangat lanjut, gangguan ginjal kronik atau primer dan lain-lain.

Menurut dr Dana Pramudya, ada 3 penyebab besar terjadinya ginjal akut. Pertama, pre renal atau sebelum sampai ginjal. Kedua, renal (ada ginjalnya). Ketiga, post renal (jalur setelah ginjal).

Baca juga: 6 Remaja Gen Z Jalan-jalan di Mall Pakai Kaos Bertuliskan ORANG BAIK TIDAK PILIH PENCULIK jadi Sorotan, ini Kata Aktivis 98

Contoh gangguan gangguan ginjal akut pre renal antara lain dehidrasi, perdarahan, luka bakar, gangguan pada jantung, gangguan pada pembuluh darah dan sebagainya.

"Perlu saya tekankan tentang dehidrasi ini sering pada kasus diare hebat," terangnya.

Contoh gangguan ginjal ginjal akut renal yakni, infeksi, efek obat, gangguan ginjal primer dan sebagainya.

Sementara post renal adalah sumbatan pada jalur kencing seperti batu, tumor dan sebagainya.

"Infeksi yang terjadi pada umumnya berat hingga sepsis dan menjadi gagal organ. Termasuk pada Covid dulu. Tatalaksana utamanya adalah memperbaiki kondisi yang menyebabkan gangguan tersebut," tambahnya.

Baca juga: Jokowi dan Prabowo Dinilai Tak Sekedar Punya Kedekatan, Tapi Miliki Hubungan Batin yang Kuat

dr Dana Pramudya menjelaskan, mereka yang sudah telanjur terkena masalah ginjai hingga harus cuci darah, tak perlu khawatir. Sebab, kondisi ginjal masih ada kemungkinan membaik signifilkan, meskipun perlu dilakukan cuci darah.

"Hal inilah yang bisa dibilang kalau sudah cuci darah sebenarnya belum tentu harus selamanya," ujarnya.

Yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan gangguan ginjal akut ini menetap dan menjadi penyakit ginjal kronis. Terutama bila ada faktor-faktor risiko dan kondisi komorbid.

"Oleh karena itu harus dirawat oleh ahlinya. Bila telah sembuh, tetap harus dijaga dengan baik," tandasnya.