Helo Indonesia

Datangi FEB UI Minta Pendapat Cara Pertumbuhan Ekonomi 6 Persen, LBP Disebut Profesor Ini Salah Alamat

M. Haikal - Ekonomi
Minggu, 7 Juli 2024 19:03
    Bagikan  
Pertumbuhan Ekonomi
Foto: tangkapan layar

Pertumbuhan Ekonomi - Prof Rhenald Kasali, guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

HELOINDONESIA.COM - Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marvest) di Kabinet Indonesia Maju (KIM) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) belum lama ini baru mengunjungi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI).

Dia bertukar pikiran dengan para Guru Besar di sana tentang bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.

Luhut juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki visi besar untuk menjadi negara berpendapatan tinggi atau maju sebelum tahun 2045.

Namun kedatangan Luhut tersebut dinilai salah alamat oleh akademisi dan praktisi bisnis Prof. Rhenald Kasali dalam pernyataannya di video yang diunggah akun X @MurtadhaOne1 pada Sabtu (6/7/2024).

Baca juga: Eva Dwiana Komitmen Dengan Deddy Amarullah Pada Pilwalkot Bandarlampung 2024

Menurut Rhenald, kedatangan LBP untuk minta saran kepada teman-teman dan guru besar agar tahu bagaimana caranya Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6%

“Saya pikir dengan teman-teman kayaknya salah tempat. Karena mencapai pertumbuhan di atas 6% itu faktornya bukan faktor ekonomi. Tempatnya bukan di Fakultas Ekonomi,” terang guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.

“Menurut kami dan teman-teman, tentunya adalah ada aspek-aspek non ekonomi,” tambah Rhenald.

Dulu, menurut Rhenald, ini kelas yang disediakan di fakultas ekonomi namanya faktor-faktor non ekonomi dalam pembangunan dan itu masalahnya banyak.

Baca juga: Cara Menonton Video TikTok Gratis Secara Offline, Dijamin Hemat Kuota

“Coba kita lihat Elon Musk didatangi dan didekati, Datang ke sini. Ternyata investasinya di negara sebelah. Juga tokoh-tokoh lain, investasi di sebelah lebih banyak daripada ke kita. Karena faktornya non ekonomi,” terang Rhenald.

Dia mengatakan, kalau bicara ekonomi, di Indonesia sudah banyak.

“Kita sudah punya pasar yang besar, sumber daya alam yang bagus, infrastrukturnya bagus, orangnya juga baik-baik. Kulturnya juga. Tapi non ekonominya?” tanyanya.

.Apa itu non ekonomi? Menurut Rhenald, pertama adalah memberantas korupsi.

“Menteri-menteri nggak usah promosi luar negeri. Cukup perbaiki iklim investasi. Bukan yang dihitung dalam survei-survei, tapi perbaiki korupsinya, sistem hukumnya ditegakkan, konsistensi,” papar Rhenald.

Baca juga: Jadwal Live Streaming Starting Grid MotoGP Jerman 2024 Tayang di Trans7 Malam Ini

Yang kedua, lanjutnya, soal ekonomi yang ramai diberitakan adalah membatasi dan mengurangi jumlah menteri.

“Di negara-negara yang investornya banyak masuk karena jumlah menterinya terbatas dan terdiri dari kalangan berpendidikan yang ngerti bagaimana caranya mendatangkan investor,” ujarnya.

Tapi di pemerintahan Indonesia, menurut Rhenald, kebanyakan menterinya. Bahkan mau ditambah lagi.

“Dengan jumlah menteri yang banyak yang mengambil keputusan banyak. Yang menghambat. juga semakin banyak,” tandasnya.