Helo Indonesia

Syumul dan Takamul

Nabila Putri - Lain-lain
Jumat, 18 Agustus 2023 21:47
    Bagikan  
Syumul dan Takamul

Gufron Aziz Fuadi

Oleh Gufron Aziz Fuadi *

FENOMENA insilakh (melepaskan diri dari dakwah) dan tasaquth (berguguran di jalan dakwah) seringkali menjadi pemicu tersebarnya penyakit lain, yaitu, munculnya perbedaan yang tajam –baik pemikiran, aktivitas maupun orientasi– di medan perjuangan Islam.

Sehingga, terbuka peluang terjadinya benturan antarsesama aktivis di dalamnya bahkan sampai pada pengkhianatan dan perpecahan. Itulah beberapa dampak buruk fenomena berjatuhannya aktivis di jalan dakwah pada kancah amal Islami adalah:

Hal tersebut menyebabkan terkurasnya waktu dan energi pergerakan dalam menangani hal-hal yang sedikit sekali menfaatnya tetapi besar bahayanya. Seperti tersebarnya bebagai fitnah, perpecahan, dan kehancuran dalam tubuh pergerakan.

Agar kita tidak menjadi mutasaqithun fi thariqud da'wah atau yang berjatuhan dijalan dakwah maka kita perlu memperhatikan dan selalu memperbaharui tawajjuh atau orientasi kita.

Baca juga: AIMI Lampung selenggarakan Lomba Mini Vlog

Guru kita, ust. Kalimalang sering mengingatkan agar dalam ibadah dan dakwah kita, kita selalu menjaga dan memperbaiki tawajjuh kita. Baik tawajjuh aqidi, tawajjuh syar'i maupun tawajjuh amali.

Bahwa seluruh Ibadah yang kita lakukan harus selalu dalam orientasi Fa akim wajhaka lid diini hanifa. Dalam rangka menghadapkan wajah kita kepada Allah. Oleh karena itu semua ibadah sangat tergantung kepada tawajjuh-nya. Orientasi lillah inilah yang disebut tawajjuh aqidi.
Tidak boleh bergeser, dan harus selalu diperbarui agar tidak mudah bergeser.

Harus selalu diperbaharui karena medan amal kita selalu bersentuhan dengan pihak lain yang memilik pemikiran dan gaya hidup yang berbeda. Sehingga tidak bisa menutup mata akan ada tarik menarik dan saling mempengaruhi. Dan dalam proses tarik menarik dan saling mempengaruhi ini yang terjadi adalah kita bisa mempengaruhi mereka dan juga sebaliknya.

Selanjutnya dalam ibadah dan dakwah kita, kita harus memperhatikan orientasi syar`i. Ini karena Allah bukan saja menurunkan a’daa melainkan juga syir’atan wa min haajan dan dalam melangkah atau beribadah, kita harus melalui koridor tersebut yang juga tidak boleh bergeser dan menyimpang.

Baca juga: Wali Kota Eva Konser Bersama Pemuda Milenial di Stadion Kalpataru

Misalnya khudzuu ‘anni manasikakum dalam Haji dan shallu kama roaitumuni ushalli’ dalam shalat. Sejalan dengan itu tentunya juga terfleksi dalam hal dakwah dan jihad atau bisa diparalelkan: ud'u kama roaitumuni ad'u, dan jaahidu kama roaitumuni ujaahid. 

Dan tawajjuh yang ketiga adalah Tawajjuh Amaliyah (menghadap atau berorientasi pada Allah) dalam beramal. Bukan sekedar untuk Allah, tetapi kita harus juga “wa’aiddu mastatho’tum minquwwah”, mengerahkan segala potensi yang dimiliki.

Segala potensi secara operasianal harus dihimpun dan digabung secara syumul dan takamul (Integral dan terpadu) agar bisa merealisir tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban dari Allah. Karena segala tugas dan kewajiban dari Allah tidak bisa kita persiapkan secara juz’iyah/ parsial.
Misalnya untuk sholat saja, kita harus lebih dulu wudhu dan untuk wudhu tentu saja harus ada air. Kemudian  harus Syatrul Aurat (menutup aurat) jadi harus ada baju dan mukena yang bersih dari najis. Lalu agar dengkul kita bisa tegak dan kuat ketika berdiri untuk sholat, kita butuh makan lebih dulu, jadi ada kesyumuliyahan dalam adaa’ish sholah.

Baca juga: Wabup Azwar Hadi Hadiri Rapat APBD Perubahan di DPRD Lamtim

Ketiga tawajjuh tersebut yakni 
Tawajjuh Aqidi, Syar’i dan Amali 
harus selalu ada terhimpun secara sekaligus di setiap ibadah yang kita lakukan. Yang jelas kita harus senantiasa mempersiapkan segala sarana dan prasarana serta potensi agar tugas-tugas dari Allah swt dapat kita kerjakan secara baik karena Allah telah menyuruh kita mengerahkan segenap potensi kekuatan “Waa’idduLahum mastatho’tum minquwwah” (QS 8:60). Begitulah yang dimaksud dengan ke-syumuliyahan dan ke-takamulliyahan dalam melaksanakan perintah Allah.

Tidak ada amal yang berdiri sendiri, baik ibadah mahdhah maupun ibadah lainnya. Apalagi amal ibadah sosial, termasuk amal siyasi.
Kalau kita kurang perhatian pada tawajjuh atau orientasi, perjuangan kita bisa disorientasi. Bila kita tidak symul dan takamul, bisa jadi usaha menjadi tidak maksimal yang akibatnya hasilnya juga tidak maksimal. Hanya alakadarnya saja!

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)