bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Hegemonik dan Dominatik, Perbedaan Kepemimpinan Jokowi dan Prabowo Nanti

M. Haikal - Nasional -> Politik
Selasa, 23 April 2024 21:49
    Bagikan  
Gaya kepemimpinan
Foto: tangkapan layar

Gaya kepemimpinan - CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah.

HELOINDONESIA.COM - Komunikasi publik presiden ketika Prabowo memimpin Indonesia akan sangat dominatik bukan hegemonik.

Seningga, akan jelas perlawanan hitam dan putihnya. Namun situasi ini akan berbeda ketika berhadapan dengan Jokowi yang hegemonik.

Dugaan ini disampaikan pengamat politik Eep Safulloh dalam rekaman video yang diunggah akun X @Aly_Benzema pada Selasa 23/4/2024.

Diketahui, video ini sebenarnya sudah beberapa bulan lalu beredar, namun menjadi relevan ketika ditolaknya gugatan kubu 01 dan 03 dan memenangkan Prabowo-Gibran untuk memimpin negeri ini ke depan.

Baca juga: 5 Resep Popcorn Sederhana dan Lezat yang Harus Kamu Coba!

Menurut Eep, hegemonik itu gaya Jokowi. Kadang-kadang dia tidak malu.

Orang yang hegemonik tidak malu karena kadang-kadang dia berdebat dengan dirinya sendiri secara sengit.

"Anak saya tidak akan ada satupun yang ke politik, setelah itu dia fasilitasi bahkan sampai mengubah undang-undang. Berbalas pantun dengan dirinya gitu. Tapi dengan wajah yang tidak berbahaya," ujarnya.

Menurut Eep, mereka yang punya sifat hegemonik itu lebih sulit dilawan. Karena ada terlalu banyak wilayah abu-abu dalam arena tempat kita berjuang.

Sementara mereka yang berkarakter dominatif akan mengecilkan warna abu-abu dan menjadikannya hitam dan putih.

Baca juga: Cara Cek Saldo ATM BRI: Tips Mudah dan Cepat!

"Dalam konteks itu saya kira film-film semacam Dirty Voters itu bisa bermunculan akan banyak sekali dalam 5 tahun ke depan kalau Prabowo-Gibran yang menjadi presiden dan wakil presiden," jelasnya

Sebab, lanjut Eep, orang tidak punya pilihan selain mengatakan sesuatu secara tegas bahwa dia putih.

"Karena yang harus dilawan memang sudah jelas hitam legam. Karena itu, penggalangan civil society itu menurut saya akan akan semarak dalam 5 tahun ke depan," paparnya.

Namun demikian, yang akan terjadi adalah inilah ujian bagi banyak sekali aktivis.

"Berhadapan dengan pemimpin mereka dimanjakan karena tidak perlu menjadi pejuang dengan risiko besar. Karena mereka cukup bermain di wilayah abu-abu sudah jadi pahlawan," paparnya.

Baca juga: Cara Membatalkan Transaksi Pulsa yang Sudah Sukses

Sekarang, lanjut Eep, harus menarik diri jadi putih karena yang dihadapi hitam.

"Risikonya lebih besar dan kata-kata tidak boleh lagi terlalu banyak efisime dan gaya bahasa yang berlebihan. Tapi menurut saya ini berkah, artinya semarak lagi perlawanan karena kita dimanjakan oleh suasana hegemonik itu," tandasnya.