bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Jeli Tangkap Peluang, Shuttlecock Batang Sukses Pegang Pasar ASEAN dan Jepang

Rabu, 18 Oktober 2023 23:09
    Bagikan  
Jeli Tangkap Peluang, Shuttlecock Batang Sukses Pegang Pasar ASEAN dan Jepang

Karyawan IND Shuttlecock di Desa Pasekaran, Batang saat membuat shuttlecock. Ahda saat menunjukkan produk, dan sharing kepada peserta pelatihan yang digelar Diskop dan UKM Jateng. Foto: Wisnu S/jatengprov.go.id

BATANG, HELOINDONESIA.COM - Suara mesin blower menderu dari rumah di Blok B 24 Perumahan Widya Asri, Desa Pasekaran, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sang empunya, Ahda Al Faizu (37), secara seksama memperhatikan satu sampel kok bulutangkis (shuttlecock) yang bergulir di dalam mesin tersebut untuk dites putaran dan tingkat kestabilannya.

Pada Rabu siang, 11 Oktober 2023, pemilik industri rumahan IND Shuttlecock itu sedang melakukan aktivitas quality control produknya di serambi rumah yang disulap menjadi ruang kerja sekaligus gudang.  Di beberapa sudut, tampak tersusun puluhan kardus box dan tabung (slop) berisi shuttlecock yang siap jual.

Baca juga: Kejutan Warnai Hari Ketiga Bulutangkis Setyo Budi Open Piala Rektor USM-PWI Jateng

Dinding rumahnya antik, dipenuhi poster besar memuat  tagline ''IND Shuttlecock - International Class Shuttlecock'' dilengkapi ilustrasi foto pebulutangkis ternama.  Ada juga tulisan slogan ''World, Economic, Goose Feather, National Class''.

Deretan kata itu seolah ingin menegaskan ke buyer dan user, bahwa shuttlecock yang diproduksinya berbahan bulu angsa pilihan, harga terjangkau, berkelas dunia dan digunakan untuk kompetisi resmi nasional karena kulitasnya yang terjamin.

Ahda2

Bagaimana sesungguhnya cikal bakal Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bernama IND Shuttlecock ini bisa tumbuh berkembangs seperti sekarang?

Ahda mengaku merangkak dari bawah saat mengawali usahanya tahun 2018. Keputusan menjadi produsen shuttlecock dipilihnya karena punya pengalaman bekerja pada sebuah brand shuttlecock terkenal di Malang. Begitu pulang ke Batang, dirinya membuka usaha serupa. Nama IND pada label perusahaannya diambilkan dari kata Indonesia.

Sebagai produsen baru, dia menyadari belum banyak dikenal orang. Agar bisa dikenal masyarakat, dia pun rajin mengunjungi sentra-sentra produksi shuttlecock untuk membangun jejaring. Selain itu, Ahda mengandalkan media sosial -- terutama Instagram-- untuk memamerkan sekaligus memasarkan produk kok karyanya.

Pada era serba internet ini, dia menangkap peluang bisnis tersebut dengan banyak promosi melalui paltform digital. Kejeliannya memanfaatkan digital marketing serta membangun relasi dengan koleganya yang bekerja di luar negeri, berbuah manis. Perlahan di punya pangsa pasar ke mancanegara.

''Produksi pertama dibuat secara manual. Saya belajar ngenet, gencar promo lewat Instagram. Saat itu, pembeli pertama datang dari Malaysia,'' kenangnya.

Baca juga: PDIP Lampung Optimis Ganjar-Mahfud Menang Satu Putaran Pilpres 2024

Kini, pasar ekspor shuttlecock-nya sudah menjelajah negara ASEAN lainnya seperti Singapura. Negeri ginseng Korea, Pakistan, Dubai, Australia, Swedia, dan negara raksasa industri yaitu Jepang pun dirambahnya.

Kegembiraannya makin berlipat, manakala produknya diterima market Jepang. Maklum ada anekdot populer, yaitu jika sebuah produk sudah bisa menembus pasar Jepang, maka menerobos negara lain itu menjadi mudah.

Bersama 20 karyawan yang berbagi peran, mulai memilih bulu angsa, memotong, membuat kepala dari gabus, menjahit, pengeleman, menimbang, hingga pengetesan,  UMKM ini bisa memproduksi 1.200 kok setiap harinya. Harga tiap slop isi 12 dibanderol pada kisaran Rp35 ribu hingga Rp 150 ribu.

Bulan ini, dia bersiap memasok satu kontainer 20 feet dengan isi 250 box besar yang setiap box berisi 50 slop. Omzet dalam pengiriman itu mencapai angka fantastis yaitu Rp 1,250 miliar.

Kepercayaan pasar luar negeri terhadap kok buatan Ahda bukan tanpa alasan. Selain rapi, awet, dan kuat,  produknya juga sudah  mengantongi sertifikat Badminton World Federation (BWF) dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Produknya telah berstandar mulai dari kecepatan, temperatur, dan ketahanan di suhu ruangan.

Dijelaskan Ahda, produk IDN Shuttlecock memiliki berat yang sesuai standar BWF yaitu 5,0 gram hingga 5,2 gram dengan jumlah bulu 16 helai. Sedangkan, untuk pasar Indonesia, produknya memiliki berat 4,9 gram, sesuai standar PBSI.

Ahda menandaskan, kunci sukses sebuah produk diterima pasar terletak pada kualitas dan kepuasan customer. Makanya, kepuasan pelanggan merupakan hal utama yang dia pertahankan. Kalau pelanggang puas, itu merupakan berkah dan menjadi promosi tersendiri bagi produknya.

‘’Ada tiga spirit yang saya berlakukan selama mengelola UMKM ini, yaitu kualitas, pelayanan, dan kepercayaan,’’ tambahnya.

Tidak hanya untuk ekspor, sambung dia, hasil dari industri rumahannya itu juga sudah menjangkau 30 provinsi, termasuk wilayah Jateng. Yang membanggakan, shuttlecock buatannya digunakan pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua tahun 2021 lalu.

Dia juga menyuplai kok ke tiga klub bulutangkis di Jateng seperti PB Djarum, PMS, dan Jaya Raya Solo untuk sarana berlatih pemain.

Baca juga: Pengasuh dan Pengurus Ponpes di Kendal Ikuti Halaqah Pesantren

Menurut Ahda, selama ini kendala yang dihadapi adalah tersedianya bahan baku berupa bulu angsa. Meskipun demikian, dia optimistis usahanya survive karena badminton masih menjadi olahraga favorit di masyarakat dengan banyak penggemar. Permintaan shuttlecock selalu ada.

Dikutip dari laman Badminton Bites, nama shuttlecock sendiri berasal dari abad ke-16 dengan menggabungkan  kata "shuttle" dan "cock". Istilah "shuttlecock" pertama kali digunakan oleh orang Tiongkok dan Asia.

Penemu shuttlecock pertama yang berbentuk bola adalah orang Tiongkok. Bola tersebut dinamai dengan nama "Ti Jian Zhi". Kok atau shuttlecock memiliki bulu menyerupai "cock" atau "ayam jago" dan "shuttled" atau "bolak-balik" antara pemain selama pertandingan. Dari situlah nama shuttlecock berasal.

IND Shuttlecock yang sejauh ini menjadi pemain tunggal di Batang, sekarang menjelma menjadi UMKM terdepan yang melakukan go digital dan go global. Tak heran jika eksistensinya memantik apresiasi dari Pemprov Jateng.

Melalui Dinas Koperasi dan UKM Jateng, Ahda dilibatkan dalam program pelatihan kepada  perajin shuttlecock di wilayah lain agar mampu membangun ekosistem UMKM yang berdaya saing.

IND Shuttlecock menjadi salah satu rujukan karena produknya telah menjangkau pasar internasional, dengan harapan para perajin lain bisa mengadopsi pola produksi hingga pemasaran.

''Yang pasti, saya bahagia bisa membuat masyarakat dari desa ini turut berdaya. Usaha yang kami jalankan bisa menjadi penyangga kehidupan ekonomi mereka. Saya pun senang bisa berbagi pengalaman. Sungguh ini anugerah terindah,'' tuturnya.

Kualitas Bersaing

Respons positif keberadaan shuttlecock dari Batang yang mendunia, diberikan Koordinator pelatih tunggal putri PB Djarum Yuni Kartika. Mantan atlet nasional itu menilai,  shuttlecock produk lokal, salah satunya dari Batang itu,  tidak kalah dengan buatan luar negeri.

''Kualitas shuttlecock berpengaruh dalam latihan pemain. Itu sebabnya seringkali kami menyeleksi kualitas shuttlecock. Tapi sejauh ini, mutunya bisa bersaing dengan produk dunia,'' kata Yuni saat ditemui pada penutupan Graha Padma Kejurprov Bulutangkis Jateng 2023 di Semarang, 14 Oktober 2023.

ahda3

Yang penting, kata dia, pemasok harus intens menguji kestabilan dan laju shuttlecock. Komentator bulutangkis dan host cantik itu juga tak menampik, tantangan yang dihadapi produsen kok rata-rata pada pasokan material atau bahan baku serta tersedianya tenaga kerja.

‘’Produsen juga harus lihai me-maintenance perusahaannya jika tiba-tiba permintaan melonjak karena ada kejuaraan,'' ujar anggota skuad Indonesia yang sukses memboyong Piala Uber pada tahun 1994 itu.

Di bagian lain, founder Komunitas UKM Jateng yang juga praktisi digital marketing, Agung Pambudi mengatakan, UMKM shuttlecock dari Batang yang menembus pasar ekspor adalah prestasi yang patut diapresiasi.

‘’Saya melihat keberhasilan UMKM ini memberikan inspirasi bagi pelaku lainnya untuk memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk memperluas jangkauan mereka,’’ ujar Agung.

Penggerak program Kemenkominfo ‘’1000 Startup Digital’’ untuk wilayah Jateng itu,  berbagi resep bagaimana UMKM  bisa go global. Pertama, UMKM perlu memulai dengan menyusun rencana bisnis ekspor yang jelas. Ini mencakup penetapan target pasar, analisis kompetitor, perencanaan produksi, dan strategi pemasaran yang relevan dengan pasar ekspor.

Selain itu, kata dia, kualitas produk juga harus ditingkatkan sesuai standar pasar internasional. Hal ini termasuk sertifikasi mutu, pengemasan yang menarik, dan memastikan produk memenuhi regulasi ekspor.

Baca juga: Ciptakan Pelayanan Prima, RSUD Kendal Diskusi Bersama Awak Media dan LSM

‘’Pelaku UMKM dapat menangkap peluang pasar ekspor dengan berfokus pada produk berkualitas, berkolaborasi, dan terus-menerus belajar dan beradaptasi,’’ tandas digital marketer lulusan Magister Sistem Informasi Undip dan Sarjana Pendidikan TIK Unnes itu.

Dia menambahkan, selain faktor kualitas produk, layanan, dan kepercayaan pelanggan, terdapat sejumlah penentu  yang dapat membantu UMKM bertahan dalam bisnis, yaitu kemampuan berinovasi dalam produk dan proses produksi, pengelolaan keuangan yang cermat dan pemantauan biaya.

Selain faktor internal, faktor eksternal seperti kolaborasi juga sangat penting, kolaborasi dengan pemasok, distributor, atau mitra bisnis lain dapat membantu UMKM mengakses sumber daya tambahan, memperluas jangkauan pasar, dan mengurangi biaya operasional.

Disinggung soal model intervensi yang bisa dilakukan Diskop UKM Jateng kepada pelaku UMKM agar bisa go global, Agung mengatakan bisa melakukan pemetaan potensi UMKM di wilayah Jateng untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki potensi ekspor.

Dukungan lain, dalam bentuk pelatihan kepada pelaku UMKM tentang tata cara ekspor, prosedur perdagangan internasional, dan peningkatan kualitas produk. Dinas dapat memberikan konsultasi bisnis untuk membantu UMKM dalam perencanaan ekspor.

‘’UMKM perlu didorong berpartisipasi dalam pameran internasional atau mengadakan promosi produk UMKM ke pasar ekspor. Ini membantu meningkatkan eksposur produk UMKM ke pasar global,’’ ujar Manajer IT Impala Network, creative ecosystem builder yang memiliki fokus dalam pengembangan kewirausahaan, pemuda dan ekonomi kreatif.

Sementara itu, Kepala Diskop dan UKM Jateng, Edy Sulistyo Bramiyanto menjelaskan, Pemprov komitmen memberikan segala bentuk dukungan kepada pelaku UMKM yang dilakukan secara optimal, termasuk industri shuttlecock.

Diantara upaya yang  sudah diwujudkan yaitu inkubasi selama sembilan bulan ke koperasi shuttlecock pada 2023. Selain itu menjembatani para perajin dari Koperasi Shuttlecock Lawatan Sejahtera dari Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal untuk menimba ilmu di IND Shuttlecock Batang.

‘’Kami juga mengadakan pelatihan untuk penguatan SDM, keuangan, pemasaran, branding, public speaking dan negosiasi bisnis, bimtek digital marketing, serta bimtek perkoperasian,’’ katanya.

Dalam berbagai kesempatan, Bramiyanto juga menjelaskan,  pihaknya intensmelakukan berbagai upaya menaikkelaskan UMKM, terutama yang telah siap melakukan pemasaran ke luar negeri. Mulai dari cara peningkatan kualitas produk, kemasan, pemasaran, dan lainnya.

“Kita latih para UMKM ini, yang menurut kami sudah siap untuk go international dan siap ekspor, kita latih dengan tata cara bagaimana UMKM bisa ekspor.  Di tahun 2021 ada 42 UMKM di sekitar 25 negara. Di 2022, sebanyak 172 UMKM di sekitar 45 negara,’’ bebernya.

Data Diskop dan UKM Jateng telah mencatat, pada sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan UMKM meroket. Aset UMKM yang semula lima tahun lalu sekitar Rp 10,4 triliun, namun pada 2023 mencapai sekitar Rp68,8 triliun.

Demikian juga pertumbuhan UMKM, yang semula lima tahun lalu Pemprov hanya membina 67 ribu UMKM, namun pada 2023 mencapai 184 ribu UMKM.

Melihat realitas tersebut, Pemprov konsisten memperjuangkan UMKM untuk naik kelas dengan mengepakkan sayapnya sampai menerobos pasar ekspor. UMKM makin berjaya, masyarakat pun berdaya dan sejahtera.

Upaya nyata yang diberikan Pemprov terhadap UMKM mengingatkan kita pada spirit Olimpiade Pemuda Musim Dingin tahun 2024 di Gangwon (Korsel), yaitu ‘’ Grow Together, Shine Forever’’ yaitu tumbuh bersama untuk bersinar selamanya. (Wisnu Setiadji)