bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Jaro Rojab dan Festival Rewanda Bojana, Pesona Budaya di Desa Wisata Cikakak

Kamis, 8 Februari 2024 22:00
    Bagikan  
Jaro Rojab dan Festival Rewanda Bojana, Pesona Budaya di Desa Wisata Cikakak

Masjid Saka Tunggal yang berumur ratusan tahun, kegiatan Jaro Rajab tahun 2024, gunungan untuk sesaji kera, dan kuliner khas ayam gecok. Foto-foto: dok Deswita Cikakak/Ungarannews/Tlsuri

BANYUMAS, HELOINDONESIA.COM - Pada Kamis pagi 8 Februari 2024, suasana di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, sudah mulai ramai dan meriah. Dari anak-anak hingga orang dewasa berbaur di komplek pemakaman Kiai Toleh atau Kiai Mustolih dan Masjid Saka Tunggal. Masjid ini disebut-sebut menjadi masjid tertua di Indonesia karena didirikan tahun 1288.

Setelah pada malam hari digelar selamatan di pendapa Pakasa Masjid Saka Tunggal, paginya para lelaki membawa bambu dan peralatan tukang untuk mengganti pagar makam di komplek masjid.

Baca juga: Kabupaten Kendal Bakal Launching Wahana Helikopter; Apa Saja Tempat Wisata Lainnya?

Ya, masyarakat di Desa Cikakak mengadakan tradisi turun menurun dari leluhur bertajuk ''Jaro Rojab'' atau ritual Panjaroan Rajab yang menjadi salah satu pesona wisata religi, sejarah, sekaligus budaya di Desa Wisata Cikakak yang digagas Pokdarwis Saka Tunggal. Cikakak menjadi destinasi pilihan wisata Jawa Tengah.

jero rojab

Menurut perhitungan Jawa Alip Rebo Wage (Aboge), sejak turun temurun, tradisi penggantian pagar bambu sepanjang 300 meter ini dilaksanakan tiap tanggal 26 Rajab.

Kegiatan diisi dengan doa bersama warga dan membongkar pagar lama makam dengan yang baru. Uniknya, kayu dari pagar lama akan dibawa pulang oleh juru kunci untuk menjadi kayu bakar memasak.

Ritual budaya ini diawali pada pukul 05.30 WIB, di mana kaum lelaki berduyun-duyun datang ke Masjid Saka Tunggal dengan jalan kaki menyusuri jalan setapak di tengah ladang, hutan, dan semak-semak.

Mereka membawa batang bambu yang akan digunakan untuk membuat pagar. Bambu itu diambil di sekitar pekarangan rumah mereka. Kemudian jam sembilan pagi pekerjaan penggantian pagar dimulai dan dipimpin langsung oleh keturunan Kiai Mustholih.

Baca juga: Wonosobo Membaca Nyaring, Cerianya Anak-anak Ikuti Eduwisata di Arboretum Kalianget

Jaro Rojab dalam konteks tradis ini adalah proses penggantian pagar pada tanah pemakaman di desa sebagai rangkaian dari upacara keagamaan yang terdiri atas ziarah kubur, haul Kiai Mustolih, pengajian Isra Mi'raj dan gelar budaya.

rewanda

Kegiatan ini dilaksanakan di bulan Rajab pada hari ke-26. Jaro diartikan sebagai ''Jasmani dan Rohani'' atau ''Njaba dan Njero'' yaitu dimensi untuk selalu memperbarui benteng jasmani rohani manusia sehingga bisa menghindar dari larangan- larangan agama.

''Keunikan dari Jaro Rojab adalah tidak ada panitia. Jadi dari cicit hingga kakek, berbondong -bondong ke makam. Agenda ini digelar pada bulan Rajab dalam sistem penanggalan Islam dan Jawa,'' ujar Ketua Pokdarwis Saka Tunggal, Suto Handoyo dalam keterangannya 8 Februari 2024.

Pesona Budaya

Jero Rojab adalah salah satu pesona wisata budaya dan religi yang ada di Desa Wisata Cikakak. Beberapa tahun lalu, destinasi ini bersinar karena menyabet dua penghargaan sekaligus di tahun 2021, yaitu Desa Wisata Terbaik se-Jateng, dan juara pertama pada Kategori Konvensi di Jambore Pokdarwis Tingkat Provinsi Jateng  2021.

Baca juga: Tips Efektif agar Bangun Pagi Tanpa Merasa Sakit Kepala


Desa wisata ini pun, bahkan pernah meraih juara III Kategori Suvenir dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021, dan dikunjungi langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Cendera mata yang menarik perhatian wisatawan di desa ini, meliputi kepala kera dari bathok kelapa, bunga dari plastik bekas, dan gantungan kunci.

Seperti diungkapkan Suto, seiring perjalanan waktu, Cikakak harus melakukan inovasi agar tetap survive di tengah pusaran zaman yang serba digital dan tumbuhnya deswita baru yang beradaptasi dengan pasar. Namun, wisata yang masih menjadi unggulan yaitu Jero Rojab dan Festival Rewanda Bojana yang digelar pada Oktober.

taman kera

Rewanda Bojana adalah tradisi masyarakat Desa Cikakak memberi makanan kepada ratusan ekor kera yang hidup di sekitar Masjid Saka Tunggal. Pada musim kemarau, sumber makanan para kera berkurang, sehingga masyarakat terdorong untuk menolong dengan memberi buah dan sayuran. Uniknya, buah dan sayuran tersebut disusun berbentuk gunungan.

Baca juga: Cara Melacak HP yang Hilang 100% Work

Desa Cikakak sendiri memang terkenal dengan ribuan habitat kera ekor panjang yang hidup berdampingan dengan warga di area hutan di sekitar pemukiman warga. Dalam Rewanda Bojana (memanggil kera), para monyet ini turun ke bawah untuk mengambil sajian dari warga.
Di sini, pun wisatawan bisa berwisata khas Cikakak berupa cethot, ayam gecok, nasi penggel, es badeg (nira), dan wajik kethek alias ketela tekong.

''Kami berharap desa wisata Cikakak masih bisa berkembang. Meskipun tak seramai dulu, tapi wisatawan masih singgah di tempat kami,'' pungkasnya. (Aji)