Helo Indonesia

Ungkap Fakta Kandungan Lemak Jenuh, Minyak Sawit Tak Signifikan Pengaruhi Kadar Kolesterol

M. Haikal - Teknologi -> Sains
Kamis, 9 Mei 2024 20:45
    Bagikan  
Minyak Sawit
Foto: tangkapan layar

Minyak Sawit - Seorang pekerja sedang memilah-milah kelapa sawit yang layak untuk diolah menjadi minyak goreng.

HELOINDONESIA.COM - Narasi negatif dan kampanye anti minyak kelapa sawit kembali memunculkan perdebatan. Ketika sains terus bergerak maju di bidang kesehatan dan gizi, menggoyahkan bukti ilmiah yang justru mengatakan sebaliknya.

Belum lama ini, sebuah artikel telah mengangkat isu bahaya minyak kelapa sawit dengan kiasan lama yang belum terbukti kebenarannya.

Ada klaim kalau minyak sawit memiliki kandungan kolesterol tinggi yang mengkhawatirkan.

Padahal, penelitian telah menunjukkan bahwa asam palmitat, salah satu komponen minyak kelapa sawit, tidak signifikan memengaruhi kadar kolesterol.

Baca juga: Ini Respon Samsat Jaktim Soal Plat Nomor Cantik Sopir Go Box Harus Bayar Rp 5 Juta

Sejumlah peneliti, seperti Dr. Elena Fattore dan Dr. Roberto Fanelli dari Institut Penelitian Farmakologi Mario Negri di Milan bahkan menyimpulkan bahwa minyak kelapa sawit tidak berpengaruh pada rasio kolesterol HDL/LDL.

Fakta lain yang penting adalah bahwa minyak kelapa sawit tidak sepenuhnya “tinggi lemak jenuh”, seperti yang banyak dituduhkan.

Sebenarnya, minyak ini memiliki perbandingan seimbang antara lemak jenuh dan tak jenuh, sekitar 50:50, yang lebih baik dibandingkan dengan penggantinya yang umumnya lebih tinggi dalam lemak jenuh.

“Pengganti seperti mentega dan minyak kelapa memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi, menjadikannya kurang seimbang dalam diet sehari-hari,” demikian catatan CEO Labrador Health, Dr Jonathan Ellen dilansir dari financialexpress.

Baca juga: Anasir Pameran Seni Rupa Sekolah Seni Tubaba di Smiljan Space

Meski demikian, ungkap Jonathan Ellen, penting untuk mempertimbangkan dampak lemak trans dalam konteks ini.

Pada masa lalu, ketika minyak kelapa sawit dipandang berbahaya, industri makanan menggantinya dengan minyak yang terhidrogenasi parsial, menghasilkan lemak trans yang jauh lebih berbahaya bagi kesehatan.

“Ini menunjukkan bahwa keputusan berbasis isu, bukan berdasarkan ilmu pengetahuan, dapat memiliki konsekuensi yang serius bagi kesehatan publik,” kata mantan kepala dokter dan CEO Rumah Sakit Anak Johns Hopkins itu.

Pelajaran yang bisa diambil dari perdebatan seputar minyak kelapa sawit adalah bahwa manusia pada umumnya membutuhkan pendekatan yang seimbang.

Baca juga: Jangan Disepelekan, Berikut Bahayanya Mandi Malam untuk Kesehatan

Kampanye anti-minyak sawit yang tidak didasarkan pada fakta ilmiah dapat menghasilkan dampak negatif yang tidak diinginkan, termasuk penggunaan bahan pengganti yang lebih berbahaya.

“Dari pada melarang atau membatasi produk tertentu, penting untuk mendorong pola makan yang seimbang dan edukasi yang berbasis fakta,” tandas Dr Jonathan Ellen.