Helo Indonesia

Seru, Anggota Matepala UPGRIS Adakan Pengabdian Masyarakat di Lereng Lawu

Ajie - Ragam
Kamis, 25 Januari 2024 14:05
    Bagikan  
Seru, Anggota Matepala UPGRIS Adakan Pengabdian Masyarakat di Lereng Lawu

Anggota Matepala UPGRIS saat mendaki Lawu vis Babar, saat memasang plang di Lawu dan ketika berada di puncak Merbabu. Foto-foto: Matepala

SEMARANG, HELOINDONESIA.COM - Guna memberikan panduan pada jalur pendakian menuju puncak Gunung Lawu via Babar, anggota Mahasiswa Teknik Pecinta Alam (Matepala) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) telah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pemasangan plang-plang penunjuk, dan aktivitas bersih-bersih sampah.

Kegiatan sebagai upaya peremajaan jalur pendakian Lawu via Babar di Desa Anggrasmanis, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, itu bakal dilaksanakan kembali sebagai program lanjutan.

Baca juga: Mahfud MD Bergelar Batin Perkasa Sai Bani Niti Hukum

''Kami akan membantu dalam pembukaan camp ground untuk pengembangan sumber daya masyarakat di sekitar basecamp Babar, sekaligus mempromosikan jalur ini, karena selama ini jalur ikonik ke Lawu adalah via Candi Cetho,'' kata Rakhmad Hidayat, anggota Matepala UPGRIS dalam rilisnya Kamis 25 Januari 2024.

plang

Menurut dia, kegiatan peremajaan jalur pendakian Lawu via Babar terakhir dilakukan Matepala pada Agustus 2022. Minimnya plang petunjuk arah yang dikhawatirkan pendaki gunung yang masih awam dapat tersesat dan terjatuh ke jurang, menginisiasi Matepala memasang 20 plang berbahan plat besi yang dipasang di setiap jalur beresiko menyesatkan pendaki.

Keseruan dialami karena sembari melakukan observasi ekosistem gunung hutan, anggota pecinta alam turut serta membantu memasang petunjuk jalur agar pendaki lain tak tersesat di gunung paling sakral di Tanah Jawa itu.

Disampaikan Dayat, panggilan akrabnya, sebenarnya jalur pendakian Lawu via Babar itu tak kalah indah dibanding melalui Candi Cetho. Beberapa keuntungan yang bisa dimanfaatkan pendaki jalur ini adalah memangkas jarak dan medan yang tidak terlalu terjal, mempunyai ikonik buat spot fotografi, terdapat prasasti yang belum terekspos, dan monumen gong perdamaian dunia pada rute awal.

Baca juga: 7 Makanan yang Harus Dihindari untuk Kesehatan Ginjal

''Selain adanya monumen gong perdamaian, kita bisa menyaksikan tugu prasasti peninggalan Prabu Brawijaya V yang jarang diketahui,'' kata mahasiswa Jurusan Teknik Mesin itu.

Gunung Lawu yang memiliki ketinggian sekitar 3.265 mdpl, terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jateng, serta Ngawi, dan Magetan di Jatim.

''Kami berharap terus melakukan pengabdian di basecamp Babar ini dan berlanjut sampai ke generasi berikut, agar nantinya silaturahmi dengan warga di desa Anggrasmanis tetap bertahan, dan kami berharap suatu saat perekonomian masyarakat sekitar terbantu dengan bantuan promosi sehingga potensi lain bisa terdongkrak,'' pungkas Dayat.

Dari Merbabu ke Lawu

Matepala yang dulu bernama Matepala ATS didirikan tahun 1996. Setelah Kampus ATS bergabung dengan IKIP PGRI Semarang yang sekarang menjadi UPGRIS, Matepala berubah menjadi Mapala Fakultas dan berubah nama menjadi Matepala FTI UPGRIS yang dinaungi BEM Fakultas Teknik dan Informatika namun sebagai Badan Semi Otonom (BSO).

merbabu

Matepala memiliki berbagai program kerja yang bermanfaat terhadap lingkungan kampus maupun masyarakat secara meluas. Sejak 2014 hingga sekarang banyak kegiatan sosial seperti Bersih gunung, Tanam Mangrove, Pembibitan Pohon, Penanaman Palawija dan masih banyak lagi.

Pada tahun 2020 tercetus kegiatan Pendakian Wajib yang merupakan bagian daripada Pendidikan Matepala melakukan pembukaan jalur di di Gunung Slamet lewat Desa Penakir yang berada di Kecamatan Pulosari, Pemalang.

Pada 2016 Matepala punya tradisi pelantikan di Lawu yang sebelumnya dilakukan tradisi pelantikan di Merbabu dan berpindah lagi di Merapi, namun karena ditetapkanya status level siaga membuat pihak dari Pemerintah menutup gunung tersebut.

Baca juga: Cuma Menang Tipis Atas Persip di Laga Uji Coba, PSIS Semarang Tetap Solid Hadapi Persebaya

Matepala berpindah tradisi di gunung lain dengan opsi Lawu dengan alasan akses jalur pendakian yang tidak berisiko tinggi dan memiliki nilai sejarah dalam peradaban di pulau jawa khususnya.

Berawal dari jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Matepala kemudian berpindah jalur pendakian dengan saran dari senior dengan nama julukan Bee yang memiliki kenalan warga lokal di lereng Gunung Lawu bernama Hartono yang kemudian menyarankan agar Matepala mencoba jalur pendakian lewat basecamp Gunung Lawu via Babar di desa Anggrasmanis, tepatrnya di rumah mantan kepala desa, Jayadi. (Aji).