Helo Indonesia

Pertemuan LGBT ASEAN Batal Digelar, MUI Ingatkan Lima Dampak LGBT, di Antaranya Soal Kesehatan

Winoto Anung - Nasional -> Peristiwa
Kamis, 13 Juli 2023 16:03
    Bagikan  
LGBT dibatalkan
@ajitza ·

LGBT dibatalkan - Acara LGBT di negara Georgia dibubarkan warga setempat. (Foto: Twitter / @ajitza)

HELOINDONESIA.COM - Di Tanah Air sempat digemparkan berita akan digelarnya pertemuan LGBT Se-ASEAN. Rencana ini langsung mendapat reaksi berabagai pihak, terutama dari kalangan umat Islam.

Pertemuan itu bertajuk Asean Queer Advocacy Week akan digelar di Jakarta, pada Juli 2023 ini. Bagi mereka, pertemuan  ini sebagai forum bertemunya aktivis LGBT se-ASEAN untuk memperjuangkan agar kebijakan negara-negara di ASEAN mendukung perilaku mereka.

Munkin karena reaksi sangat keras di Indonesia, maka rencana itu kabarnya batal digelar. Namun, diperkirakan, para pelaku dan pendukung LGBT masih tetap menyusun gerakan yang cukup masif agar dapat diterima masyarakat secara luas dan negara.

Bagi Majelis Ulama Indonesia, soal LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) haram hukumnya. Pemerintah sendiri karena Indonesia menganut Ketuhanan Yang Maha Esa, maka LGBT juga dilarang.

Baca juga: 8 Masalah Kesehatan yang Bisa Timbul Akibat Mengonsumsi Gorengan

Terkait LGBT MUI juga punya kajian, dan terdapat lima bahaya terkait LGBT. Hal ini seperti disampaikan oleh Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (KPRK MUI), Siti Ma’rifah. Dia mengingatkan lima dampak berbahaya dari perilaku LGBT.

Menurut dia, dampak Pertama, dampak kesehatan. Penelitian mengungkapkan bahwa pelaku LGBT yang melakukan hubungan sejenis, berisiko terkena penyakit kelamin menular. Lebih dari 70 persen pasangan homoseksual sangat rentan terkena penyakit kelamin menular.

Oleh karena itu, perilaku LGBT dari sisi kesehatan tidak dapat dibenarkan, perilaku ini akan memicu meningkatnya angka penyakit di tengah-tengah masyarakat.

Dampak kedua adalah, dampak sosial. Kiranya dampak sosial sebagai akibat perilaku LGBT cukup mengerikan. Terungkap bahwa seorang gay memiliki pasangan antara 20-106 orang per tahun. Bandingkan dengan seseorang yang mempunyai pasangan zina yang “hanya” 8 orang seumur hidup.

Baca juga: Presiden Jokowi Belum Punya Rencana untuk Kunjungi IKN Lagi

Menurut Siti Ma’rifah, lebih jauh, 43 persen dari kelompok gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan bahwa selama hidupnya, mereka melakukan hubungan sesama jenis dengan lebih dari 500 orang. Bahkan 28 persen melakukannya dengan 1000 orang. Hal ini tentu akan mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat.

Selanjutnya, yang ketiga, dampak pendidikan. Akibat mudahnya akses informasi dari luar, paham kebebasan tanpa aturan atau norma semakin mudah menjangkiti generasi penerus bangsa. Tidak terkecuali paham LGBT.

Disebutkannya, data menunjukkan tidak sedikit anak yang telah terlibat kegiatan LGBT. Bahkan tren saat ini pelakunya tidak hanya yang telah berusia 18 tahun, anak usia 11, 12, dan 13 tahun pun sudah belajar bagaimana berhubungan sesama jenis.

Baca juga: Kini, Ingat Luna Maya Pada Mengaku Serem Menakutkan, Apalagi Jumat Kliwon

“Saat ini, banyak kita jumpai tergabungnya anak-anak atau pelajar dalam sebuah grup LGBT di media sosial. Ini perlu menjadi perhatian khusus kita bersama, sangat disayangkan jika anak-anak sebagai penerus bangsa tertanamkan nilai kebebasan yang berlebihan dan terlibat dalam perilaku menyimpang,” kata dia.

Sedangkan dampak keempat, dampak keamanan. Di Amerika Serikat terdapat fakta mencengangkan di mana kelompok homoseksual berperan dalam terjadinya 33 persen pelecehan seksual pada anak-anak. Padahal jumlah populasi mereka hanya 2 persen dari keseluruhan penduduk Amerika.

Untuk hal ini dapat berarti 1 dari 20 kasus homoseksual adalah pelecehan terhadap anak-anak. Tentunya hal mengerikan seperti ini harus kita cegah bersama agar tidak terjadi di negara kita tercinta.

Baca juga: Puan Minta Gugat UU Kesehatan ke MK, Warganet Sebut Sia-sia Seperti UU Ciptaker, Jokowi Malah Bikin Perppu

Adapun dampak kelima adalah dampak generasi. Seperti kita ketahui bersama, aktivitas LGBT tentunya akan mengancam keberlangsungan generasi penerus.

Aktivitas seks sesama jenis tidak memungkinkan untuk melahirkan generasi baru. Oleh karenanya, aktivitas LGBT dapat dikatakan mengingkari hakikat makhluk hidup yang salah satunya memiliki ciri bereproduksi. (*)

(Winoto Anung)