Helo Indonesia

Pemkot Semarang Berupaya Capai Zero Stunting pada 2024

Sabtu, 21 Oktober 2023 06:03
    Bagikan  
Pemkot Semarang Berupaya Capai Zero Stunting pada 2024

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam

SEMARANG, HELOINDONESIA.COM - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya mencapai zero stunting pada 2024. Segala penanganan akan terus dilakukan secara masif agar kasus stunting di Ibu Kota Jawa Tengah segera tuntas.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, sampai saat ini masih ada sekitar 10,4 persen anak atau sekitar 900 sampai 1.000-an anak dalam kondisi terancam stunting di Kota Semarang.

Baca juga: Meminta Hujan, Ratusan Jemaah Laksanakan Salat Istisqa di MAJT

Data tersebut berdasarkan hasil Survei Status Gizi (SSG). Sedangkan dari data timbangan tiap bulan yang diterima, ada 3,1 persen anak stunting yang masuk dalam pantauan Dinkes Kota Semarang.

Meski demikian, sampai akhir 2023 ini Pemkot Semarang menargetkan penurunan stunting mencapai 50 persen. Sehingga pada 2024 nanti beberapa kasus stunting yang masih ada bisa cepat diselesaikan.

“Dari 10,4 persen, target kita tahun ini turun 5 persen. Dan nanti di 2024 mudah-mudahan bisa zero stunting. Tahun ini dari data survey itu sepertinya di awal tahun akan disampaikan oleh Kementerian Kesehatan tapi mudah-mudahan target kita di angka 5 persen bisa tercapai. Kalau keseluruhan bulan September 2023 ada 938 balita (stunting) dari sebelumnya bulan Agustus 2023 ada 1.022,” ujarnya, Jumat 20 Oktober 2023.

Lebih lanjut, Hakam menjelaskan jika beberapa upaya untuk menuntaskan stunting terus dilakukan. Seperti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Daycare yang rencananya akan ditambah di sejumlah wilayah.

“Pemberian PMT melalui dana APBN Rp 3 miliar yang digunakan selama tiga bulan. Dan Alhamdulillah juga di perubahan 2023 ini kita juga dapat Rp 3 miliar yang diberikan selama di perubahan ini. Dan nanti sekaligus untuk kegiatan Daycare karena sekarang kita miliki empat yaitu di Semarang Barat, Semarang Utara, Tembalang, sama Gunungpati. Pada (anggaran-red) perubahan ini nanti kita sudah siapkan empat lagi di Semarang Timur, Pedurungan, Semarang Selatan, sama Ngaliyan,” tuturnya.

“Jadi sampai akhir 2023 kita sudah memiliki delapan Daycare tinggal nanti di 2024. Kalau kita punya dana lagi kita akan bikin satu lagi di tiap kecamatan,” lanjutnya.

Program Daycare

Menurutnya, program Daycare menjadi pemicu yang kuat penurunan angka stunting di Kota Semarang. Sebab, Pemkot Semarang secara langsung bisa memantau tumbuh kembang anak.

Baca juga: BRIN dan Efeo Lakukan Ekskavasi Kali Ketiga Situs Candi Bototumpang

“Yang paling nendang (paling berdampak) justru Daycare karena kegiatannya juga ada PMT diberi makan, kemudian diberi kelas PAUD diajak nyanyi diajak tumbuh kembang. Kemudian habis makan siang diajak main game setelah pukul 15.00 dimandikan kemudian minum susu. Sehingga satu hari itu kita berikan 1.450 kalori kepada anak tersebut. Itu yang kemudian bisa mendorong untuk penurunan angka stunting dibanding PMT yang kita berikan ke rumah-rumah,” paparnya.

Pada sisi lain, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, menurut data sekarang ini tinggal sekitar 900-an anak stunting dan 800-an ibu hamil yang mengalami anemia, sehingga perlu mendapatkan pendampingan dan intervensi di masing-masing wilayah. Mbak Ita, sapaan akrabnya menambahkan, pemangku wilayah seperti Camat dan Lurah diharapkan bisa terus mengupayakan penurunan stunting.

"Nanti dikolaborasikan dengan Dinkes agar zero stunting. Kemarin sama sekarang lebih gencar sekarang, apalagi bikin Daycare Rumah Pelita. Rumah Pelita kan tidak hanya ngurusi raga saja, tapi jiwanya juga diurus. Stunting kan sebabnya ada tiga, yaitu makanan, kesehatan, dan pola asuh," paparnya.

Baca juga: Siapkan Bajet dan Catat Tanggalnya, Inilah Deretan Penyanyi dan Band yang Akan Konser di Indonesia

Ia menerangkan jika aspek yang berdampak untuk penanganan stunting adalah makanan dan kesehatan. Sedangkan pola asuh belum banyak disentuh sehingga Daycare Rumah Pelita menjadi contoh praktis bagaimana perhatian dalam pembangunan nonmaterial.

Pihaknya juga mendorong masyarakat untuk memperhatikan sanitasi dasar. Karena masalah sanitasi juga dinilai memiliki pengaruh dalam upaya penanganan stunting. (Aji)