bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Para Mandor HGU

Annisa Egaleonita - Lain-lain
Rabu, 12 Juli 2023 13:22
    Bagikan  
Herman Batin Mangku

Herman Batin Mangku -

Oleh Herman Batin Mangku *

ASAP mengepul bak kereta api uap zaman dulu dari cangklong yang saya hisap semalam. Asap putihnya melayangkan pikiran pada kepekatan malam. Terbayang, hal yang sama kerap dilakukan mandor perkebunan Zaman Kolonial saat menjemput mimpi malamnya.

Mandor merupakan sebutan pribumi yang mengawasi para pekerja perkebunan dan pabrik yang berasal dari serapan Bahasa Portugis, verba mandar (memberi perintah). Orang yang beri perintah ini mandador lalu diserap jadi mandor.

Terbayang, bagaimana sang mandor menikmati wilayah kekuasaan yang diberikan pemilik perkebunan. Di zaman itu, sang pemilik, pengusaha Belanda, menguasainya lewat kebijakan cultuurstelsel, landrland renteente, sistem sewa tanah, dan lainnya.

Setelah Indonesia merdeka, pengusaha swasta masih dapat menguasai lahan perkebunan yang luas lewat hak guna usaha (HGU) atau pola perkebunan inti rakyat (PIR). Mandor-mandor masih sangat diperlukan untuk menguasai wilayah dan para pekerjanya.

Baca juga: Golkar Lampung Masih Harga Mati Airlangga Calon Presiden RI

Termasuk di Provinsi Lampung, ratusan bahkan ribuan hektare HGU dikuasai segelintir pengusaha. Mandor-mandor yang berkeliaran mengawasi para pekerja dan memberikan laporan kepada para pemilik kebun. Mereka wajib memastikan semua berlangsung aman.

Tentu saja, kompensasinya kehidupan yang lebih sejahtera dan kegagahan di komunitasnya. Pakaian lebih rapih dan jika ada pesta duduk di sofa bagian depan. Kadang-kadang, para mandor diminta sambutan oleh tuan rumah.

Para pemilik HGU juga harus memastikan simpul-simpul kekuasaan yang berpengaruh terhadap perkebunannya adalah bagian dari "mandornya". Bila perlu, mereka "endorse" orang-orang yang dipercayanya untuk memimpin wilayah di lokasi keberadaan kebunnya.

Walau jabatannya mentereng dan terhormat sebagai sang penguasa namun esensi tak lebih dari mandor para tauke. Tugas mandor model gini jelas, sang pengusaha bisa pesan perda yang menguntungkan perkebunan, misalnya boleh membakar lahan pascapanen.

Baca juga: Siap-Siap, 20 Even Gen Z Ekspresikan Musik and Talks dalam Eco Friendly

Para pemilik kebun dengan segala daya upaya akan mempertahankan mandor yang berbakti, loyal tanpa reserve. Kalau mandor kawat, kerja kendor makan kuat, lokak gak dua periode. 

Pokoknya, mandor harus bisa melayani apa yang diinginkan dan menguntungkan sang sponsor jadi prioritas utama. Tentu saja, dengan janji kesejahteraan dan kekuasaan, banyak yang berusaha menarik perhatian touke agar dipercaya jadi mandor.

Tak peduli, nantinya, ketika berkuasa infrastruktur masih morat-marit, sampah saja saling lempar tanggung jawab, para orangtua resah memasukan anaknya sekolah dan kuliah, fokusnya bagaimana melindungi usaha toukenya dan didukung lagi jadi mandor. . 

Tak mudah mendobrak sisa model Zaman Kolonial ini, butuh ketekatan rakyat, butuh kembalinya partai sebagai penyambung lidah rakyat, milik rakyat -- bukan petugasnya partai, butuh perubahan bukannya perubanan. Eh, mandor itu di atas sedikit kuli ya?


* Jurnalis, inspirasi tulisan dari Andi F (sahabat perkebunan)