bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Mengenal Batangeh, Tradisi Kesehatan Masyarakat Minangkabau, Menjaga Filosofi Keseimbangan Alam dan Manusia

Rabu, 6 September 2023 21:57
    Bagikan  
batangeh,
Foto: ist

batangeh, - Seorang gadis calon pengantin etnis Minangkabau menjalani tradisi Batangeh dalam prosesi menuju jenjang pernikahan.

HELOINDONESIA.COM - Tradisi mandi uap dan kebugaran tak hanya ada di era moderen saja. Tapi sudah lama atau turun temurun dilakukan nenek moyang bangsa ini.

Seperti tradisi kesehatan pada masyarakat etnis Minangkabau. Masyarakat di sana menyebut pengobatan ini dengan Batangeh.

Batangeh sebenarnya merupakan aromaterapi khas etnis Minangkabau. Tapi karena dipakai sebagai proses pengobatan, maka disebut Batangeh.

Seni mandi uap dan kebugaran ini memiliki filosofi "Alam takambang jadi guru". Artinya, manusia belajar dari apa yang terdapat di alam smesta.

Baca juga: Diduga Tak Netral, Alzier Minta Depdagri Evaluasi dan Sanksi Pj Bupati Lambar Dkk

Pelajaran itu tak hanya pada manusia saja, tapi juga tumbuhan, hewan, maupun fenomena alam yang terjadi.

Aromaterapi ini muncul ketika masyarakat Minangkabau mulai mengamati tumbuhan yang mengeluarkan aroma harum yang ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan termasuk untuk menjaga kesehatan.

Dalam tradisi ini, masyarakat Minangkabau juga memiliki filosofi adanya keseimbangan alam dan manusia.

"Manusia dan alam berada dalam keseimbangan dan perimbangan, saling memerlukan dan diperlukan. Manusia memerlukan tumbuhan dan hewan untuk hidupnya, hewan dan tumbuhan memerlukan manusia untuk pengembangan dan pemeliharaannya," kata Guru Besar Universitas Andalas, Sumatera Barat, Prof Dr Amri Bakhtiar dalam paparannya di event Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) 2023 pada Rabu (6/9/2023).

Baca juga: Kepada Hashim Djojohadikusumo, Aktivis 98 Ungkap Alasan Mereka Dukung Prabowo: Dia Intelektual yang Pernah Berseragam Militer

Menurutnya, secara filosifi adanya keseimbangan dalam diri manusia.

"Manusia memerlukan keseimbangan agar tetap sehat, baik jasmani dan rohani," kata Prof Amri.

Batangeh, jelas Prof Amri, merupakan salah satu cara agar manusia berada dalam keseimbangan.

"Bagi ibu yang baru melahirkan, diharapkan si ibu kembali seperti sediakala. Bagi pengantin dapat menjaga kondisinya tetap "prima" selama menjalani prosesi pernikahan dan bagi pasien yang baru sembuh kembali pulih kesehatannya," papar Prof Amri.

Bagi masyarakat Minangkabau, Batangeh memiliki fungsi sebagai perawatan dan pengobatan.

Baca juga: Diam-diam Pelatih Arema Fernando Valente Nonton Laga Persebaya Duduk di Antara Bonekmania, Begini Alasannya

"Batangeh itu dibagi lagi menjadi dua. Batangeh basah dan Batangeh kering. Batangeh basah untuk perawatan dan pengobatan. Sementara Batangeh kering untuk pengobatan," tambah Prof Amri.

Selain itu, tambah Prof Amri, dalam etnik Minangkabau, terdapat tradisi batangeh dengan berbagai keragaman ramuan dan prosesi yang bermanfaat bagi kesehatan.

"Kekayaan budaya ini perlu digali, dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkesinambungan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan perekonomian masyarakat," tambahnya.

Dalam pengobatan itu ada yang disebut dengan prosesi Tangas atau bertangas.

"Prosesi ini bertujuan untuk memanaskan diri dengan uap, mandi dengan uap, diuapi supaya berkeringat," jelasnya.

Baca juga: Pemanggilan Cak Imin oleh KPK Dinilai Politisasi Hukum

Dalam tradisi rempah-rempahnya, biasanya masyarakat Minangkabau menggunakan serai dapur, salam, tapak lemon dan belimbing tunjuk.

Ada juga buah jeruk-jerukan yang terdiri dari limau sundai, jeruk nipis, limau paga, limau kambiang,limau hantu, limau lunggo, limau kunci, limau abuang dan limau kabau.

Tanaman hias yang dipakai dalam tradisi itu berupa puding emas, puding perak, puding hitam, sugi-sugi, lanjuang dan Kamuniang.

Sementara buah-buahan biasanya berupa manggis, pisang, duku, kelapa dan jambak.