Prabowo Dinilai Makin Fasih Dompleng Cara Jokowi, Padahal Itu Bentuk Tidak Percaya dengan Kemampuannya

Jumat, 1 September 2023 13:30
Presiden Jokowi mengajak dua menterinya, Menhan Prabowo Subianto dan Menteri BUMN Erick Thohir ke Pindad Malang. (Foto: Facebook / Prabowo Subianto) Facebook / Prabowo Subianto

HELOINDONESIA.COMBakal capres Prabowo Subianto telah mengganti nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Nah, penggantian ini dinilai sebagai bagian dari pencitraan diri mengkopy diri dengan Presiden Jokowi yang punya cabinet namanya Kabinet Indonesia Maju. Hampir sama persis.

Belum lagi gayanya, dia sekarang murah senyum, kalem, kata yang mengamati, hal itu juga bagian dari mengkocpy gaya Presiden Jokowi.

Menurut influencer Septian Raharjo, hal seperti itu pertanda Prabowo tidak respect yourself atau tidak menghargai diri sendiri. Yang berarti Prabowo sebenarnya tidak percaya dengan kemampuannya, sehingga harus bergantung pada kepopuleran orang lain.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh Daun Singkong, Berikut 8 Manfaat Kesehatan Jika Anda Mengonsumsinya

“Prabowo terlihat sedang menggunakan strategi bandwagon effect. Bandwagon effect adalah kecenderungan seseorang untuk mengadopsi atau meniru gaya, sikap, serta perilaku orang lain. Sederhananya ikut-ikutan,” ujarnya.

Kini Prabowo sudah paripurna melancarkan strategi tersebut. Kalau kamu ingat, skenario ini dimulai dengan meniru karakter kalem seorang Jokowi. Prabowo yang biasanya emosional dan suka marah-marah seperti pada pilpres 2019 lalu, sekarang sudah tidak. Kalem dan terlihat sabar.

Dia berhasil mengadopsi satu sifat penting dalam politik: fatsun politik seorang Jokowi. Nyatanya tak sedikit masyarakat percaya kalau Prabowo sudah benar-benar berubah.

Baca juga: Pengamat: di Antara Tokoh NU Lainnya yang Digadang Jadi Cawapres, Cak Imin Paling Punya Power

Namun ada pepatah kuno berkata 'laut bisa ditimbun jadi daratan, gunung bisa kita pindahkan, tapi karakter seseorang tak akan bisa diubah. Itulah yang dinamakan takdir kehidupan'.

“Harus diakui jika Prabowo memang jagonya mempengaruhi narasi publik. Tanpa perlu memamerkan prestasi dan kinerja, cukup dompleng Jokowi, suaranya melejit. Kini strategi itu semakin mendekati final dengan terang-terangan menyebut mereka tim Jokowi hingga menggunakan nama koalisi seperti yang Jokowi gunakan,” katanya..

“Hanya ada satu alasan mengapa Prabowo menggunakan bandwagon effect, yakni ingin diterima kelompok pendukung Jokowi. Padahal jelas ini salah tempat. Pendukung Jokowi keras menentang kelompok islam ekstrimis dan aksi-aksi intoleransi, sementara Prabowo mesra dengan mereka,” ujarnya.

Baca juga: Relawan Sobat Anies Milenial SAM Minta Anggotanya Tetap Solid, dan Patuh yang Diputuskan Anies

Namun Prabowo terlihat masa bodo dengan semua kritik yang tertuju padanya. Dia tetap menggunakan bandwagon effect. Karena dia sadar jika masyarakat yang tidak cukup memiliki pengetahuan untuk membuat keputusan rasional dan tegas terhadap capres, akan mudah masuk perangkap.

Kelompok masyarakat ini disebut floating mass atau massa mengambang. Mereka sekelompok orang yang ragu, sehingga selalu melihat kemana arah angin berhembus. Dan inilah yang dimanfaatkan Prabowo.

“Dia terus membangun narasi kedekatan dengan Presiden Jokowi, merangkul orang-orang yang dekat dengan Jokowi mulai dari Gibran dan kini Budiman Sudjatmiko. Kemudian dia gencar membangun persepsi publik lewat pertemuan dengan para elit, dan dirancang seolah Prabowo mendapat kekuatan besar,” tandas Septian.

Dalam psikologi, kebanyakan orang cenderung mengikuti arus. Masyarakat merasa bahwa ketika sudah banyak orang memilih capres tertentu, mereka merasa lebih aman atau yakin untuk mengikuti dukungan tersebut.

“Ini adalah efek dari bandwagon effect yang diharapkan Prabowo. Di mana individu mengikuti arah angin yang beredar daripada melakukan evaluasi yang lebih mendalam terhadap pilihan mereka sendiri,” tegasnya. (**)

Berita Terkini