HELOINDONESIA.COM - PDI perjuangan mulai mencari cara untuk mencari simpati setelah hubungannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) makin renggang.
Pengajar dan Peneliti pada Departemen Ilmu Politik Fisip Unhas Andi Ali Armunanto menilai semua ini adalah bentuk strategi yang sekarang dimainkan oleh PDIP.
Menurut Ali, PDIP selama ini memanfaatkan Jokowi effect untuk perolehan suara dan sejumlah kepentingan politik lainnya. Namun setelah itu Jokowi effect tidak bisa lagi dimanfaatkan.
Oleh karena itu, dia melanjutkan, PDIP berusaha merubah strategi dengan merubah Jokowi effect menjadi antitesis dari Jokowi effect itu. Hal itu terlihat dari drama-drama yang sengaja dibentuk PDIP untuk memunculkan rasa iba masyarakat bahwa PDIP sebagai partai yang telah membesarjan telah dikhianati Jokowi.
Baca juga: Laporkan Jokowi dan Gibran, TPDI Optimis KPK Serius Tangani Kasus Nepotisme di Balik Putusan MK
"Antitesis dari Jokowi effect itu adalah pertunjukan drama-drama penghianatan. Harapannya, itu akan menggugah rasa iba dan perasaan publik. Partai yang dahulu membesarkan Jokowi, terus kemudian dikhianati Jokowi. "Cerita drama itulah yang sengaja diciptakan untuk mendapatkan simpati," jelasnya.
Diketahui, hubungan PDI Perjuangan dengan Jokowi berujung saling tuding dan main drama pun terjadi. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri ikut melontarkan sindiran. Kemudian sindiran Ganjar Pranowo saat pidato usai pencabutan nomor urut.
Kemudian, ketika Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menangis hingga napasnya tersedak saat di podcast Akbar Faisal. Hasto menangis menceritakan keputusan Presiden Jokowi yang dianggap telah menghinati PDIP dan Megawati.
Baca juga: Usai Pertemuan dengan Presiden Joe Biden, Presiden Joko Widodo akan Hadiri KTT APEC di San Francisco
Selain itu, PDIP juga sudah terang-terangan mengkritisi pemerintahan Jokowi. Salah satunya pernyataan Puan Maharani soal kawan menjadi lawan.
