Helo Indonesia

Berharap Turun Hujan, Warga Desa Kemiriombo Gelar Salat Istisqa dan Ritual Perang Cendol

Senin, 9 Oktober 2023 15:57
    Bagikan  
Berharap Turun Hujan, Warga Desa Kemiriombo Gelar Salat Istisqa dan Ritual Perang Cendol

Warga Desa Kemiriombo mengadakan salat Istisqa dan ritual perang cendol sebagai ikhtiar turunnya hujan. Foto: jatengprov.go.id

TEMANGGUNG, HELOINDONESIA.COM -  Warga Desa Kemiriombo, Kecamatan Gemawang, Temanggung, menggelar Salat Istisqa dan ritual perang cendol, sebagai harapan permintaan hujan kepada Tuhan, Jumat (6/10/2023) lalu. Ritual dihelat di Pelataran Punden yang berada di tengah perkebunan kopi.

Lebih dari 200 orang warga mengikuti kegiatan itu. Masing-masing dari mereka membawa cendol yang dibuat secara tradisional.

Baca juga: Sukses Sabet Emas Asian Games 2023, Amellya Disambut Pj Bupati Temanggung

Kepala Desa Kemiriombo Nur Wahyu Subuh mengatakan, sudah empat bulan Desa Kemiriombo tidak turun hujan. Dampaknya sangat dirasakan warga. Di antaranya, tanaman menjadi kering, terutama pohon kopi yang dikhawatirkan pada tahun depan tidak berproduksi secara optimal.

istisqa

“Sebagian tanaman kopi kering, sehingga tidak berbunga dan kalaupun berbunga kemudian rontok. Jika ini terus berlangsung, produksi pada musim depan jauh berkurang,” katanya, seperti dikutip dari jatengprov.go.id, Senin 9 Oktober 2023.

Nur Wahyu mengatakan, Islam mengajarkan untuk menggelar Salat Istisqa, yakni permintaan turunnya hujan pada Tuhan.

“Kami berdoa, memohon pada Allah agar segera diberi hujan. Desa tetangga telah turun hujan, namun Kemiriombo belum turun hujan,” terangnya.

Empat Bulan

Nur Wahyu mengisahkan, pada 2018, lebih dari empat bulan tidak turun hujan. Namun saat itu cuaca atau suhu tidak sepanas pada tahun ini. Warga juga melaksanakan Salat Istisqa dan Allah mengabulkannya, beberapa saat kemudian turun hujan deras.

Baca juga: Dipimpin Atikoh, Kwarda Jateng Capai Target Cetak 50.000 Pramuka Garuda


Tanaman warga yang hampir mati, termasuk kopi yang merupakan produk utama pertanian, kembali tumbuh menghijau.

Ia menambahkan, untuk perang cendol, adalah pelengkap atau tradisi yang sarat makna kearifan lokal. Perang cendol dilaksanakan usai berdoa dan Salat Istisqa.

“Masing-masing warga yang datang membawa cendol untuk disiramkan pada warga yang lain,” terangnya.

Sesepuh Desa Kemiriombo, Yasmorejo mengatakan, perang cendol punya makna antara lain, cinta pada alam semesta, pelestarian lingkungan dan saling berbagi rezeki, serta saling mengingatkan antarwarga untuk menuju kebaikan.

“Sesepuh warga diajarkan para wali untuk membuat cendol dan melestarikan cendol. Warga pun menyertakan cendol dalam berbagai kegiatan termasuk dalam Salat Istisqa,” katanya.

Baca juga: Sifat Seseorang Berdasarkan Golongan Darah, Mitos dan Fakta

Cendol di desa tersebut dibuat antara lain dari pohon lawang yang banyak tumbuh di desa tersebut. Pohon ini harus dilestarikan, sebab sangat bermanfaat yang di antaranya untuk kesehatan.

Pada kesempatan itu pula, Kepala Dusun (Kadus) setempat Afif Rohman mengungkapkan, meski kekeringan, sumber mata air masih bisa didapati dan cukup memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari.

“Warga desa minta segera turun hujan, semoga Allah mengabulkan doa warga,” harapnya. (Aji)