Helo Indonesia

Pj Bupati Banyumas Terima Iket dari Tetua Adat Bonokeling, Ini Maknanya

Senin, 2 Oktober 2023 21:32
    Bagikan  
Pj Bupati Banyumas Terima Iket dari Tetua Adat Bonokeling, Ini Maknanya

Pj Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro saat bersama para tokoh masyarakat adat Bonokeling. Foto: jatengprov.go.id

BANYUMAS, HELOINDONESIA.COM - Penjabat (Pj) Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro mendapat penutup kepala (iket) khas Bonokeling, seusai menjadi Inspektur Upacara Hari Kesaktian Pancasila, di Lapangan Tunggul Jati, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Minggu 1 Oktober 2023.

Iket yang dipasangkan tetua masyarakat adat atau Bedogol tersebut, bermakna sebagai restu agar Hanung dapat memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.

Baca juga: Heboh, Pengakuan Dewi Gita di Selingkuhi Armand Maulana

Juru bicara masyarakat adat Bonokeling, Kiai Mitro, mengatakan, iket memiliki makna filosofis bagi masyarakat adat Bonokeling. Sebelum dipakai, iket adalah selembar kain berbentuk segi empat, yang melambangkan sedulur papat lima pancer.

“Setelah dilipat menjadi segitiga, itu adalah Nur Muhammad terus Pangeran (Tuhan). Setelah dipakai, itu istilahnya kakang kawah dengan bentuk seperti milik ibu (jalan kelahiran bayi). Pengikat di belakang itu istilahnya wangsul, menandakan bahwa manusia itu di dunia akan wangsul (pulang) kepada sang pencipta,” ujarna seperti dilansir jatengprov.go.id, Senin 2 Oktober 2023.

Bersilaturahmi

Sementara, Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, menyebutkan, pihaknya sengaja bersilaturahmi dengan tetua masyarakat adat Bonokeling. Terlebih, wilayah itu menjadi wujud Desa Pancasila yang ada di Kabupaten Banyumas.

Baca juga: Hari Batik Nasional, Siswa PAUD hingga SMP di Kota Semarang Antusias Berpakaian Batik

“Kami silaturahmi kepada tokoh-tokoh pemuka adat, agama, dan tokoh masyarakat di sini. Hasilnya luar biasa. Senang sekali saya hari ini saya bisa bersilaturahmi,” ujarnya, usai berkunjung ke rumah adat Bonokeling.

Silaturahmi seperti itu, lanjut Hanung, akan terus berlanjut. Tidak hanya dengan masyarakat adat Bonokeling dan Desa Pekuncen, tetapi juga ke desa-desa lain. Tujuannya, untuk bertemu masyarakat, sekaligus melihat lebih dekat acara maupun prosesi sosial budaya di tempat itu.

\Hanung juga menyampaikan, pihaknya akan segera menindaklanjuti keluhan warga terkait regulasi yang memayungi lembaga adat desa (LAD), serta permasalahan terkait pengembangan dan pelestarian adat Bonokeling.

“Biar ada kajian dulu secara akademis dan teknokratisnya seperti apa, regulasinya seperti apa biar ditata,” tegasnya.
Sebagai informasi, kegiatan silaturahmi Pemkab Banyumas dengan masyarakat adat Bonokeling diisi dengan acara doa dan makan nasi tumpeng bersama.

Baca juga: Ini Alasan Jokowi Memberi Nama Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan WHOOSH

Prosesi makan tumpeng pun dilakukan sesuai tradisi, yakni nyugek tumpeng alias menekan tumpeng yang berisikan ingkung ayam yang tersimpan dalam gunungan nasi tersebut.

Setelah itu, nasi tumpeng dimakan bersama-sama sembari berdialog banyak hal. Maknanya adalah perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta atas nikmat dan karunia yg telah diberikan kepada masyarakat. (Aji)