bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Pilar “Rapuh” Demokrasi

M. Haikal - Opini
Rabu, 3 April 2024 20:39
    Bagikan  
Pilar Demokrasi
Foto: ist

Pilar Demokrasi - Noorhalis Majid, Direktur Lembaga Kajian Keislaman Kemasyarakatan (LK3) Kota Banjarmasin, mantan Ketua Ombudsman Kalsel dan mantan Ketua KPU Banjarmasin.

Oleh: Noorhalis Majid, Direktur Lembaga Kajian Keislaman Kemasyarakatan (LK3) Kota Banjarmasin, mantan Ketua Ombudsman Kalsel dan mantan Ketua KPU Banjarmasin

MASYARAKAT sipil yang di dalamnya terdiri dari organisasi-organisasi kewargaan dan media massa, sering dianggap sebagai pilar demokrasi. 

Bahkan media massa, diakui menjadi pilar keempat demokrasi. Terlebih ketika kontrol dan daya kritis, disuarakan dengan lantang.

Sekarang pilar tersebut sangat “rapuh dan keropos”, sebab dihinggapi pragmatisme. 

Memang musuh utama idealisme adalah pragmatisme. Apalagi ketika dihadapkan pada tuntutan zaman serta kebutuhan hidup yang tidak dapat dilawan. 

Baca juga: Basarnas Siapkan 5 Helikopter dan 120 Drone Thermal untuk Amankan Lebaran

Negosiasi berbagai kepentingan mulai dikompromikan, dan ketika ruang kompromi semakin besar, semuanya nampak relatif.

Kompromilah yang menyebabkan ruang idealisme menyempit. 

Apalagi saat tawar menawar kepentingan, yang dihadapkan besarnya tuntutan pragmatisme. 

Pada saat itu, idealisme cendrung kalah - mengalah, bahkan tinggal menjadi pemanis, sekedar memantas-mantaskan, agar tetap dianggap sebagai pilar. 

Baca juga: Pemerintah Indonesia Dukung Pendistribusian Bantuan Kemanusiaan, Garuda Indonesia Diterbangkan ke Sudan dan Palestina 

Kekeh dengan idealisme, diancam kemiskinan dan kelaparan. 

Sementara desakan kesejahteraan dan kemapanan, selalu menggoda terbukanya ruang untuk menegosiasikan berbagai hal, termasuk hal-hal yang paling prinsip, berupa kejujuran, keadilan, etika dan moral.

Kepiawaian berdialektika dengan keadaan, sangat diperlukan. Tidak mungkin saklek “tatak batang”, pokoknya ini, harus itu. 

Mesti terampil dan memiliki daya lenting tinggi, agar tetap stabil, cekatan berlayar di tengah batu karang yang tajam dan berbahaya. 

Baca juga: Polda Kalsel Gelar Mudik Gratis ke 13 Kota, Roda 2 Disiapkan Truk

Sedikit saja salah, semuanya akan karam, tenggelam tidak bersisa.

Dengan situasi yang begitu rumit, maka tidak ada pilihan, kecuali menyusun strategi sebaik dan seapik mungkin. 

Laksana menarik rambut di gelapung, “rambut tidak putus - gelapung tidak berhamburan”. 

Tapi mungkinkah dilakukan? Karena sebagian sudah mabok – lupa diri dengan pragmatisme. 

Baca juga: Walkot Balam Eva Bentuk Satgas Pemantau Rumah Dltinggal Mudik

Sebagiannya lagi putus asa pada idealisme yang membentur tembok?

Diperlukan seorang leader, untuk mampu merangkul semua potensi, dan mendialogkan yang sudah nampak rapuh dan keropos, sehingga pilar itu masih mungkin diselamatkan. 

Atau semuanya semakin tenggelam dalam pragmatisme?

Tags
Demokrasi