Helo Indonesia

Demo 10 Agustus Perlu Konsolidasi, Diduga Bukan Rezim Jokowi Kuat, Tapi Oposisi Tidak Kompak

Winoto Anung - Nasional
Kamis, 10 Agustus 2023 08:40
    Bagikan  
Aksi Buruh
tangkapan layar

Aksi Buruh - Ilustrasi massa buruh menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta.

HELOINDONESIA.COM - Tanggal 10 Agustus, kaum buruh sudah menggelorakan untuk demo besar mengepung Istana. Sekarang sudah tanggal 10 Agustus, orang ingin melihat kejadian hari ini.

Dampak yang pasti,  biasanya dilakukan polisi, mengnatisipasi dengan pengalihan jalan. Di sisi lain dari segi politik, banyak menduga akan riuh. Tapi pemerintah biasanya sudah mengantisipasi, entah apa caranya.

Buruh dalam hal ini bagian dari kekuatan oposisi. Dari semangat yang ada besar, tapi dukungan lain, masih perlu konsolidasi. Karena di kalangan buruh, juga tidak kompak. Ada tokohnya yang mendukung capres dari pendukung UU Ciptaker.

Dari sudut kritikus Faizal Assegaf sudah ancang-ancang, dalam tulisannya dia membuat judul serem: Chaos 10 Agustus, dan Po’licik Jokowi…”

Baca juga: Dilepas MU, Harry Maguire Dikontrak West Ham Seharga Rp580 Miliar

Dia mengawali tulisan dengan to the point. Menurutnya, politik sporadis yang bertujuan menyulut huru-hara atau tragedi berdarah, jelas tidak elok. Ihwal tersebut justru memberi pintu masuk bagi operasi kekuasaan yang represif terhadap oposisi.

Idealnya, lanjut dia, gerakan perubahan harus dibangun dengan prinsip damai dan konstruktif. Di mana seluruh potensi yang tersedia digerakkan dalam upaya pencerahan secara masif dan terus-menerus.

Tujuannya agar terbangun kesadaran kolektif rakyat melalui kekuatan moral, intelektual dan spiritual. Bukan sebaliknya memposisikan rakyat sebagai objek propaganda kepentingan politik sesaat.

Baca juga: Jokowi Bisa Mesra Dengan Ganjar dan Prabowo, Pengamat : Karena Anies Jadi Musuh Bersama

Faizal Assegaf menilai, dalam konteks itu, harus jujur diakui bahwa tidak hanya sistem dan kepemimpinan nasional yang bobrok. Namun, gerakan oposisi yang mengusung perubahan pun belum maksimal.

Akibatnya, rakyat semakin dilematis menghadapi dinamika jelang 2024. Para elite bangsa dan elemen gerakan di akar rumput terlihat renggang, tidak solid. Padahal, peluang perubahan terbuka lebar.

Kesenjangan elite bangsa dan jejaring rakyat di berbagai level, menyebabkan rezim Jokowi tetap unggul dalam konsolidasi kekuasaan. Bukan rezim Jokowi kuat, tapi oposisi tidak kompak.

Baca juga: Temui Jokowi, Pimpinan MPR Bahas Amandemen UUD 1945 untuk Tambahkan Kata Udara di Pasal 33

Semakin mendekat ke Pilpres, oposisi tampak terbelah oleh dua pilihan: Bersatu memenangkan figur Capres pro perubahan. Atau gerakan ekstra konstitusi untuk melucuti kekuasaan Jokowi.

"Beredar isu 10 Agustus, sejumlah elemen rakyat akan melakukan aksi besar-besaran. Semoga demo tersebut tidak berujung chaos. Perlu ekstra hati-hati agar tidak terjebak operasi ‘po’licik’ rezim Jokowi. selamat berjuang, tetap solid dan waspada!" tutur Faizal Assegaf.  (**)