Lagu Jihad Buya Hamka antara Radikal dan Kecengengan Anak Negeri

Jumat, 7 Juli 2023 18:37
Lagu Jihad Buya Hamka antara Radikal dan Kecengengan Anak Negeri

Oleh Gufron Aziz Fuadi *

KALAM suci menyentuh kalbu berjuang
maju serentak mencapai kemenangan
untuk negara bangsa dan keadilan_
panggilan jihad hidupkan 2x
Allahu Akbar 2x
Allah Allahu Akbar..

Syair lagu Panggilan Jihad karya Rifai bin Abdul Manaf Nasution, yang dipopulerkan oleh Buya Hamka ini dulu sering kita dengar di RRI. Tapi sekarang mungkin orang agak takut untuk menyanyikannya, karena ada ungkapan, Panggilan jihad hidupkan...Hukum Allah tegakkan..

Padahal dua ungkapan tersebut menjadi indikasi radikalisme. Karena orang atau kelompok yang mengusung dan atau mengajar ideologi jihad dan atau khilafah, memenuhi syarat untuk disebut sebagai kelompok radikal.
Efeknya tentu umat Islam menjadi jauh dengan pemahaman yang orisinal tentang istilah tersebut. Bahkan menghindari untuk menyebutnya.

Disisi lain, orang tidak lagi malu mengakui bahwa dirinya telah hamil sebelum menikah. Juga tidak malu saat dirinya LGBT, bahkan secara heroik mengkampanyekannya.

Baca juga: Rektor ITERA: Biarkan Saya Masih di Sini, Saya Anggap Herry Anak Kandung Saya

Sebuah kisah menceritakan, saat Fernando dari Aragon dan Isabella ingin menyerang Granada, badan intelijen mereka memberikan masukan, jangan sekarang. Karena kami masih menemukan banyak anak anak berlatih memanah dan melempar lembing. Dan mereka menangis bila tidak tetpat mengenai sasaran.

Saat ditanya, mengapa tidak dengan anak panah selanjutnya? Mereka menjawab, apakah musuh akan memberi kami waktu untuk mengambil anak panah selanjutnya? Maka tunggulah sampai senangat jihad di kalangan generasi muda mereka luntur.

Beberapa tahun kemudian, intelijen melaporkan sekaranglah saat yang tepat mengakhiri Islam di Spanyol. Karena pemuda Granada, sudah banyak menangis dan putus asa, bukan karena anak panah yang tidak tepat sasaran, tetapi karena mereka putus cinta.

Mereka tahu, selama umat Islam masih memiliki ghirah, semangat jihad membela agamanya, maka akan sulit untuk ditundukkan. Oleh karena itu menghancurkan Islam tidak perlu dengan perang bersenjata, tapi cukup dengan merusak atau merubah cara berpikir mereka. Karena dengan itu cara berpikir, semangat dan kepribadian mereka akan jauh dengan al Quran dan ajaran Islam.

Itulah yang kemudian kita kenal dengan Ghzwul Fikri atau perang pemikiran.
Sedangkan secara terminologis Ghazwul Fikri bermakna penyerangan dengan berbagai cara terhadap umat Islam guna mengeluarkan mereka dari agamanya atau minimal menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai ajaran ilahiah.

Baca juga: Orangtua Mahasiswa Hilang Terseret Ombak Memangil-Manggil Lirih Putranya

Dengan kata lain, biarlah KTP tetap Islam tetapi akhlak, kepribadian, semangat dan cita citanya jauh dari Islam. Syukur bila bisa membuat umat Islam alergi dengan konsep atau ajaran Islam. Ghazwul fikri memang bertujuan untuk merusakkan akhlak, menghancurkan pemikiran, melarutkan keperibadian dan menjadikan muslim riddah (murtad).

Usaha ini sudah lama dilaksanakan, bahkan sejak sebelum kejatuhan khilafah Islamiyah (Otomania/Ottoman) yang kemudian menghasilkan jatuhnya khilafah Islamiyah. Dan segera setelah itu mendirikan negara republik yang sekuler serta meletakkan Islam dibawah kasur.

Keinginan beberapa tokoh politik untuk menghapuskan mata pelajaran agama di sekolah karena dipandang tidak mendukung kemajuan, juga merupakan bentuk dan hasil dari Ghazwul Fikri yang sudah berlangsung lama. Memang perang ini tidak terasa tapi hasilnya nyata. Karenanya yang dulu tabu sekarang tidak lagi tabu.

Baca juga: Pemilih Milenial Pesawaran Ada 107.965 atau 31 Persen

Perang pemikiran atau ghazwul fikri dilancarkan dengan berbagai bentuk, antara lain :
(1) Tasykik atau peraguan, yaitu sebuah 
metode agar umat Islam meragukan dan dangkal terhadap agamanya. Sehingga tidak yakin bahwa Islam adalah solusi bukan masalah. Islam itu sama saja dengan yang lain.

(2) Tasywih atau pengaburan yaitu metode mengaburkan nilai nilai ajaran Islam, keteladanan nabi dan sejarah Islam. Diantaranya dengan menafsirkan Islam seduai dengan kebutuhannya, pelaku ghazwul fikri.

(3) Tadzwiib atau pelarutan, yaitu metode mencampuradukkan antara pemikiran serta budaya Islam dengan pemikiran dan budaya Jahiliyyah yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sehingga sepertinya islami, tetapi ternyata isinya jauh dari Islam.

Serangan Ghazwul Fikri dapat dilakukan melalui berbagai sarana, yang dikenal dengan 3F dan 5S.  Dimana 3F itu terdiri dari Food 
(makanan), Fun (Hiburan), dan
Fashion (Cara berpakaian).
Sedangkan 5S terdiri dari Song (lagu), Sex, Sport (olahraga), Shopping (konsumerisme), dan Science (ilmu pengetahuan atau kurikulum pendidikan).

Bila kita tidak waspada, mungkin beberapa tahun yang akan datang bisa jadi kita akan melihat generasi muda Islam yang biasa minum, ikhtilat bahkan free sex, Lgbt atau bahkan alergi mendengar suara adzan atau alergi mendengar kata jihad.

Lebih lanjut dampak dari ghazwul fikri umat Islam akan membebek, mengikuti apapun yang diperintahkan dan dicontohkan oleh mereka. Sebagaimana sabda nabi, “benar-benar kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, hingga apabila mereka memasuki lubang dhab (biawak), pasti kalian mengikutinya. Para sahabat bertanya, apakah maksudnya orang-orang yahudi serta nasrani? Beliau berkata: siapa lagi kalau bukan mereka.” [HR.Muslim].

Wallahua'lam bi shawab.

* Ketua Wilayah Sumbagsel DPP PKS

Berita Terkini