Helo Indonesia

Bangsa Lagi Demam

Nabila Putri - Lain-lain
Minggu, 29 Oktober 2023 09:38
    Bagikan  
Bangsa Lagi Demam

Prof. Sudjarwo

Oleh Prof. Sudjarwo*


SAAT menulis opini inI, saya sedang demam. Dalam ilmu kesehatan, definisi kondisi tersebut akibat adanya peningkatan suhu tubuh hingga lebih dari 38 derajat Celcius. Kondisi ini menandakan adanya penyakit atau gangguan tertentu dalam tubuh.

Demam adalah reaksi alami melawan penyakit yang menyusup ke dalam tubuh. Dalam Bahasa Sumatera Selatan, sub-Etnik Lahat-Pasemah, deman disebut bidapan atau seleme. Bahasa Lampung marhing.

Kita tinggalkan soal demam atau bidapan itu, saya melihat keluar jendela dulu agar lebih segar, eh ternyata kondisi sosial juga tengah demam. Di seberang jalan, banyak yang terlihat demam berburu kekuasaan, rakyat demam setiap hendak belanja sayur, dan banyak lagi.

Para juru bicara partainya, para relawannya, timsesnya, pakar, hingga aktivis whatsapp grup saling bongkar borok, penyakit, dosa-dosanya agar bikin demam lawan politiknya. Para pemburu kursi legislatif ikut demam menghadapi timses dan konstituen yang semakin matre.

Baca juga: Digagas Komunitas Penggiat Budaya Gham Berkain, Gubernur Arinal Apresiasi Pesta Wastra Bersukaria

Suami atau istri bacaleg bisa jadi ikut terimbas akibat demam lima tahunan. Pasangannya maju, tabungan lokak jebol. Mau berhenti, langkah sudah di tengah perjalanan. Istilah Warkop, maju kena mundur kena.

Para radio canting -- istilah HBM terhadap timses yang modal koar-koar -- turut demam. Mereka aji mumpung sambil ngeri-ngeri sedap. Jika dihubungi calon A, dia kudu waspada jangan sampai salah sebut calon B yang juga sudah melobi bahkan cair.

Rakyat yang jadi sasaran atau objek penderitanya ternyata sudah lebih akut demamnya. Akibat harga beras terus melambung, semua kebutuhan naik, musim kemarau masih terus berkepanjangan akhirnya pragmatis dengan semboyan “entuk opo, wani piro”. Bahkan sekarang ada istilah baru “entuk beras karo gulo”.

Para cerdik cendikia juga terserang demam sosial. Mereka masuk labirin yang seakan kehilangan orientasi sehingga kalung akademiknya dikalungkan kepada orang-orang yang punya kontribusi.

Baca juga: KNPI Balam Peringati Hari Sumpah Pemuda Refleksi ke Makam Pahlawan

Sementara mereka yang membuka jalan, “babat alas” untuk sawah ladang mereka, terabaikan dengan sempurna. Kalau ada jargon "jangan lupakan sejarah", mereka berjamaah mengganti “mari lupakan sejarah”. Para civitas ikut demam juga melihat diobralnya gelar akademik.

Kaum cendikia yang katanya kudu pekak kondisi sosial ikut demam kekuasaan sampai tak peduli kondisi sosial di luar sana. Mereka sakau dengan kekuasaannya dengan pikiran pragmatis bisa jadi terserang juga hedonis.

Demam sosial tampaknya melanda semua lapisan sosial kemasyarakatan di negeri ini, indikasinya adalah banyak keputusan yang diambil bersifat sangat pragmatis, bahkan kehilangan idealisme.

Akibatnya, proses perjalanan yang dilakukan seolah-olah adu cepat untuk sampai garis finis. Karena awal tahun depan, dunia akan ganti nahoda, aji mumpung terlepas apakah itu bermanfaat atau tidak pokoknya telan saja pil pahit obat demamnya toh sebentar juga adem.

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, Wali Kota Eva Manjakan Milenial dengan Artis Viral

Tampaknya, paramedis bakal kewalahan usai pesta demokrasi tahun depan, banyak yang demam hingga naik ke kepala, dada berdebar-debar pascakeok. Para psikolog juga mungkin bertambah pasiennya, mulai dari cukup diberi asupan nasehat hingga diberi resep obat tidur.

Saya yang juga lagi demam terpaksa menutup jendela agar tak semakin banyak yang dilihat tentang kondisi sosial yang tampaknya tidak dalam baik-baik saja. Namun, walau sudah saya tutup jendela, lampu kamar dipadamkan, hingga bersembunyi di balik selimut, tetap terbayang apa yang bakal terjadi di negeri ini.

* Guru Besar Universitas Malahayati Lampung