Wakatobi Tawarkan Interaksi IPTEK dan Kebudayaan Berkelanjutan Cagar Biosfer untuk Dunia

Selasa, 30 April 2024 20:06
Bupati Wakatobi, Haliana, menyampaikan apresiasi serta mengungkapkan kebanggaannya atas terpilihnya Wakatobi menjadi tempat pelaksanaan SeaBRnet ke-15. Ist

HELOINDONESIA.COM - Kolaborasi multi pemangku kepentingan menjadi kunci untuk mencapai tujuan dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan. Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodidjah, saat pembukaan konferensi internasional Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke-15, Selasa (30/4).

“Peran strategis Program Manusia dan Biosfer (Man and Biosphere/MAB) yaitu mengintegrasikan ilmu peengetahuan dengan kebudayaan untuk merawat dan melindungi keanekaragaman hayati dan memperkuat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar cagar biosfer,” jelas Itje.

Itje juga menambahkan konferensi yang akan dilaksanakan akan menjadi tonggak penting sebagai upaya untuk memperkuat jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara dan menjadikannya sebagai model kolaborasi yang sukses untuk diadopsi di negara masing-masing.

Baca juga: Di Tengah Tantangan Perekonomian, Aset bank bjb Tembus Rp 202,5 Triliun

Pada kesempatan yang sama, Bupati Wakatobi, Haliana, menyampaikan apresiasi serta mengungkapkan kebanggaannya atas terpilihnya Wakatobi menjadi tempat pelaksanaan SeaBRnet ke-15. “Kami sangat mengapresiasi kesempatan ini, SeaBRnet ke-15 sebagai forum untuk berbagi gagasan, pengetahuan, pengalaman, pendekatan inovatif dan komitmen untuk mengoptimalkan dampak jaringan kerja sama regional ini,” tuturnya.

Lebih lanjut, Haliana mengatakan tema yang diusung dalam SeaBRnet ke-15 “Optimizing Multi-Stakeholders Collaboration for Biodiversity Conservation and Socio-Economic Resilience in Biosphere Reserves” selaras dengan visi Kabupaten Wakatobi 2021-2026 yaitu Wakatobi menjadi kabupaten konservasi maritim yang sentosa.

“Mari memperkuat jaringan kolaboratif regional ini untuk berkontribusi lebih pada penanganan isu lingkungan dunia saat ini “triple planetary crisis”, yaitu perubahan iklim, polusi dan degradasi lingkungan serta kehilangan keanekaragaman hayati,” ucap Haliana.

Baca juga: Terapkan Kebijakan Berbasis Desa, Gus Halim Apresiasi Pemprov Bangka Belitung

Senada dengan itu, Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa menguraikan bahwa tantangan yang dihadapi cagar biosfer kita saat ini sangat kompleks dan bergantung sama lain, sehingga diperlukan tindakan kolektif yang mendesak dan solusi inovatif untuk mengatasinya.

‘Hanya dengan bekerja sama, kita dapat memetakan jalan menuju masa depan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang,” ucap Maki.

Apresiasi penyelenggaraan SeaBRnet ke-15 juga disampaikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yang disampaikan oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, La Ode Fasikin, mengatakan bahwa pertemuan SeaBRnet ke-15 tidak hanya merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam upaya konservasi alam.

“Pertemuan SeaBRnet ke-15 juga sebagai wadah untuk membangun jaringan kerja sama yang kuat antar lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah dan semua pihak yang yang concern terhadap isu pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi sosial,” ucap La Ode.

Baca juga: bank bjb Melalui bjbpreneur 2024, Beri Kesempatan 100 Pelaku UMKM Terbaik Mengembangkan Bisnis Bersama Coach

La Ode menambahkan, bahwa hasil dari pertemuan SeaBRnet ke-15 akan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun keterampilan-keterampilan yang perlu dibangkitkan kembali. “Rempah-rempah yang pernah ada pada zaman kesultanan seperti cengkeh, pala, dan sebagainya perlu dikembangkan kembali melalui program pemerintah daerah menggunakan APBDnya masing—masing,” terangnya.

Seusai acara pembukaan, Wakil Bupati Wakatobi, Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta mengunjungi pameran yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), Kementerian Penidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pameran tersebut dinamakan POLAOSI.

Masyarakat Wakatobi menyebut hubungan harmoni itu, Polaosi. Pameran POLAOSI merupakan sebuah perayaan yang mengangkat aspek manusia, biosfer, dan rempah. Selain itu, pameran tersebut menceritakan tentang Jalur Rempah dan cagar biosfer di Wakatobi.

Baca juga: BMKG Lakukan Monitoring Muka Laut Selama Erupsi Gunung Ruang

Pameran yang diadakan di aula Hotel Patonu, Wakatobi dari tanggal 30 April s.d 2 Mei 2024 menampilkan khazanah keragaman budaya masyarakat Bajo dalam hal upayanya menjaga keberlanjutan kekayaan perairan laut Wakatobi. Pameran berisikan maket kapal masyarakat Bajo, perlengkapan menyelam tradisional dan audio visual tentang rempah di Sulawesi Tenggara yang dapat dinikmati oleh peserta konferensi dan masyarakat umum.



Berita Terkini