Dijejali Sinetron yang Naif dengan Kehidupan Nyata, Generasi Muda Indonesia Gandrung Budaya Korea

Kamis, 6 April 2023 09:49
Ketua Umum DPP Indonesia Wellness Spa (IWSPA) Yulia Himawati.(Foto:Heloindonesia)

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM - Budaya asing yang digandrungi anak-anak muda Indonesia sudah sangat memprihatinkan.

Karena itu, diperlukan upaya nyata dari pemerintah untuk mencegah dampak negatif dari derasnya budaya luar negeri yang mengakibatkan budaya asli tanah air terus terkikis.

Ketua Umum DPP Indonesia Wellness Spa (IWSPA) Yulia Himawati mengungkapkan tentang keprihatinan generasi muda tanah air kini lebih banyak mencintai produk budaya asing.

Mereka bahkan banyak yang tak tahu dan mengerti kekayaan budaya nusantara sendiri.

"Kita ingin anak muda kita bangga dengan budaya tanah air. Tidak lagi menganggap bahwa budaya orang asing itu superior," kata Yulia, Kamis (6/4/2023).

Menurutnya, generasi muda Indonesia saat ini menganggap budaya asing lebih bagus dari kita. 

Karena itu perlu ada langkah nyata dari pemerintah dalam masyarakat Indonesia yang peduli dan bangga dengan budayanya sendiri mencegah budaya asing yang terus menggerogoti budaya asli Nusantara.

Yulia mencontohkan bagaimana anak-anak muda sekarang menggemari budaya serba Korea.

"Betapa pintarnya pemerintah Korea masuk ke Indonesia melalui budaya. Melalui film, karena film merupakan produk budaya. Dengan demikian, mereka mempengaruhi pola mikir anak-anak kita. Bagaimana anak-anak Indonesia banyak yang ingin pergi ke Korea, ini kan bentuk daya tarik pariwisata kan," jelasnya.

Film-film Korea, lanjut Yulia, tak hanya memperkenalkan budaya mereka semata, tapi juga memperlihatkan keindahan alam negeri ginseng itu. 

"Di Indonesia film-film yang memperlihatkan keindahan alam itu kan sangat kurang. Walau pun ada, tapi masih kalah pamor dengan Korea dalam mempromosikan budaya," paparnya.

Di antara pengaruh budaya Korea, ungkap Yulia, di antaranya budaya HipHop, minuman, makanan.

"Anak-anak muda kita kan katanya belum keren kalau belum makan-makanan dan minuman-minuman Korea. Kenapa sih kita belum bisa mengemas budaya kita sendiri agar dikenal  lain dan menjadi trending di negara lain," ujarnya.

Justru yang terjadi di Indonesia sebaliknya. Banyak orang  memproduksi sinteron-sinetron yang sudah ada sejak dahulu tahun 1989an. 

"Padahal, cerita sinetron Indonesia itu sangat naif sekali dengan kehidupan nyata ya kan...," jelasnya.

Karena itu, pihaknya akan menggelar sebuah ajang yang disebut dengan Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) 2023.

Dengan digelarnya festival budaya ini, pihaknya akan terus mencoba bagaimana tradisi kebudayaan masyarakat asli Nusantara, mulai dari makanan, minuman, kesehatan dan tari-tariannya juga ikut mendunia.

"Dari panitia penyelenggara sudah menjajaki beberapa venue akan dipakai untuk IWTIF 2023. Di antaranya di Jakarta, Jogja dan Bali.

Untuk di Jakarta, lanjut Yulia, akan digelar di Patung Kuda Pulomas. Ada indoor atau outdoor. Indoornya ada UMKM. Outdoornya ada panggung. 

Di antaranya ada kegiatan drama kolosal, sebuah panggung budaya. "Tapi kita buat semenarik mungkin. Sehingga masyarakat tergugah dan mencintai produk-produk budaya tanah air," paparnya.

Dalam kegiatan itu pihaknya juga melakukan kegiatan  mengedukasi anak-anak muda agar mencintai budaya Indonesia.

"Mulai dari fashion, tari-tarian dance. Karena itu kita mengajak Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN)," tambahnya.

Dalam kegiatan IWTIF itu fokus pada Llkal wisdom dari folklor yang merupakan bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional akan dikenalkan dengan para leluhur-leluhur di kalangan bangsawan.

"Dari kerajaan-kerajaan itu bagaimana putri-putri kraton jaman dulu memelihara kecantikannya, kebugarannya.juga kerajaannya bagaimana mereka makanannya sehari-hari, minuman tradisional sehari harinya, pola olah tubuh dan nafas, menjaga kebugarannya, itu akan kita tampilkan dalam IWTIF 2023," terangnya.

Yulia mengatakan bahwa kegiatan IWTIF yang berusaha untuk mengangkat budaya Indonesia sudah dilekaukan sejak tahun 2021. 

Dan selama itu berupaya sendiri karena dilakukan secara daring. Setelah pandemi ini berakhir, meski tetap  menggunakan  protokol kesehatan, akan dilakukan secara offline.

Dengan demikian, festival itu butuh dukungan dari Pemda-pemda setempat. Terutama di Jakarta, Jogja dan Bali.

"Kita perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam mengangkat budaya Indonesia. Apalagi yang kita targetkan terutama mengedukasi anak-anak muda agar tak terpengaruh budaya asing," tandasnya. 

 

Berita Terkini