Festival Wong Gunung, Wujud Pelestarian Seni Budaya Warga Pulosari Pemalang

Rabu, 14 Agustus 2024 17:53
Ade
FWG: Bupati Pemalang Mansur ST MLing (tengah) bersama Camat Pulosari dan 12 kepala desa siap memeriahkan Fetival Wong Gunung di Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Foto: Dok

PEMALANG, HELOINDONESIA.COM -Festival Wong Gunung kembali akan digelar 24-25 Agustus 2024, di Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Festival Wong Gunung (FWG) pertama kali digelar pada tahun 2016, berlangsung hingga tahun 2018. Kemudian terhenti selama tiga tahu, 2019-2022 karena pandemi Covid-19. FWG kembali digelar tahun lalu di tempat yang sama.

FWG selain sebagai wujud pelestarian seni budaya yang ada di 12 Desa Kecamatan Pulosari, juga sebagai wujud syukur dan doa kepada Tuhan akan ketersediaan air bersih di musim kemarau. FWG juga layak dimasukkan sebagai salah satu Visit Jateng untuk kepariwisataan.

Seperti disampaikan Camat Pulosari Agus Mulyadi SIP MM, dari 12 desa di wilayahnya hanya empat desa yang ketersediaan air bersihnya di musim kemarau tercukupi. Dua desa, Karangsari (mata air sendiri) dan Nyalempeng (PDAM), dua desa lagi Gunungsari dan Juragmangu tercukupi dari Guci, Kabupaten Tegal.

Sementara delapan desa yang lain, Pangenteran, Clekatakan, Seremeng, Batursari, Pulosari, Penakir, Cikendung, Gambuhan jika musim kemarau kesulitan air bersih. Selama ini jika terjadi musim kemarau delapan desa tersebut harus meminta droping tangki dari pemerintah kabupaten.

Musim Kemarau

Padahal, Kecamatan Pulosari berada di bawah Gunung Slamet bagian utara. Namun demikian, masalah air di saat musim kemarau selalu terjadi. ‘’Melalui kegiatan ini kami berdoa akan desa-desa yang ada di wilayah kami terhindar dari kekeringan pada saat musim kemarau,’’ ujar alumnus pasca sarjana Untag Semarang tersebut.

Sedangkan seni budaya lokal yang akan ditampilkan nanti selain kuda lumping ada juga sila kupang. Seni budaya yang disebut terakhir tersebut adalah gabung kuda lumping dan sintren. ‘’Penari sila kupang itu laki-laki semua, namun akan didandani ala perempuan,’’ imbuh Agus.

FWG itu sendiri diinisiasi oleh Camat Wibowo pada tahun 2016 silam. Wibowo sempat bercerita kepada Agus jika event di wilayahnya tersebut terinspirasi dari salah satu festival yang diselenggarakan di Kabupaten Purbalingga.

Kondisi Kecamatan Pulosari yang kaya sumber daya alam dan kesenian, sangat dimungkinkan di eksplore. Pihak kecamatan dan desa pun berinisiatif untuk menyelenggarakan FWG, ternyata mendapat dukungan penuh para kepala desa. Pada penyelenggaraan itu sendiri animo penonton juga luar biasa.

Dua Venue

Selama dua hari FWG digelar, pada hari pertama akan menggunakan dua venue, masing-masing di Lapangan Desa Pulosari dan Desa Jurangmangu. Dua dua venue tersebut akan melibatkan seluruh warga 12 desa di wilayah Kecamatan Pulosari.

Pada acara hari pertana siang hari, pambudalan pamungutan banyu tuk 7 akan dilepas dari depan Balai Desa Jurangmangu. Pengambilan air ditujuh mata air akan berlangsung sampai sore hari. Kemudian pada malam harinya, air dari tujuh sumber akan diruwat oleh para sesepuh.

Pada ruwatan tersebut, tujuh mata air akan dijadikan satu dan dimasukkan ke lodong-lodong sebanyak 12, jumlah desa yang ada wi wilayah Kecamatan Pulosari. 12 kepala desa di wilayah Kecamatan Pulosari akan menerima air dari tujuh mata air yang sudah dijadikan satu.

Hiburan keroncong akan mewarnai acara pada malam hari dengan tema Harmony Wong Gunung. Acara ini juga akan melibatkan seluruh masyarakat. Hawa dingin dengan suhu udara sekitar 19 derajat celcius akan menjadikan acara tambah gayeng.

Gadis Desa

Pada kirab Agung Banyu Panguripan pada tanggal 25 Agustus 2024 atau hari kedua, 12 gadis desa pilihan akan membawa air yang sudah dicampur pada malam hari sebelumnya. Pada kirab tersebut seluruh kepala desa bersama dengan istrinya akan mengikuti kirab dengan Lapangan Desa Pulosari.

Pada saat dilapangan Pulosari, dijadwalkan Bupti Pemalang Mansur Hidayat ST MLing akan memberikan air dari lodong kepada 12 kepala desa. Air yang diterima biasanya akan dimanfaatkan oleh kepada desa untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti

Selain kirab air yang sudah diruwat pada malam hari sebelumnya, gunungan dari 12 desa di wilayah Pulosari juga akan ikut diarak. Gunungan yang di arak sebagian besar hasil sayur mayur dari desa-desa yang ada.

‘’Di wilayah kami sebagian besar penghasil sayur mayur, sesuai dengan kontur tanah yang ada yaitu lereng gunung. Jadi gunungan yang diarak nanti akan dibagikan kepada warga yang menonton arak-arakan,’’ papar Agus.

Dampak dari festival yang sudah digelar sebelumnya, di wilayah Kecamatan Pulosari sudah ada objek wisata baru yakni BukitTangkeban. Objek wisata tersebut sudah maulai banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun luar daerah. Beberapa event provinsi dan kabupaten juga sudah digelar. (ADE)

 

Berita Terkini