Haul Mbah Ahmad Mutamakkin 1446 H Kajen Pati: Ziarah, Ngaji Bareng, dan Kirab Budaya

Sabtu, 20 Juli 2024 21:54
Rangkaian kegiatan haul Mbah Ahmad Mutamakkin 1446 H di Kajen Pati berlangsung khidmad, dan tetap menggelar acara kirab budaya. Foto: FB ICK/Youtube

PATI, HELOINDONESIA.COM - Setiap 10 Muharram, Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso Pati, Jawa Tengah, berubah menjadi lautan manusia. Ribuan santri dengan warga masyarakat umum berbaur merayakan agenda besar yaitu Haul Syekh Ahmad Mutamakkin atau yang biasa dikenal "Mbah Mutamakkin", seorang ulama besar yang telah berjasa banyak dalam menyebarkan agama Islam di Pantai Utara Pati dengan pusat nya Desa Kajen.

Desa Kajen terkenal sebagai kawasan santri, karena terdapat ribuan santri dan puluhan pondok pesantren ada di dalamnya.

Makam Ahmad Mutamakkin di Kajen, menjadi jujugan para peziarah dari berbagai pelosok negeri. Suasana ziarah anak sekolah ke makam Mbah Mutamakkin sudah terasa menjelang agenda haul tahun ini.

Baca juga: Tradisi Dhukutan di Tawangmangu, Wujud Syukur Atas Keberkahan dan Penghormatan pada Leluhur

Pada tahun ini pun Yayasan Mbah Ahmad Mutamakkin Kajen kembali menggelar ''Haul Waliyullah Mbah Ahmad Mutamakkin 1446 H/2024)'' di sekitar makam. Acara dimulai Pembukaan Mudarosal Alquran Bil-Ghaib pada Jumat 12 Juli 2024 mulai pukul 20.00 WIB.

Seperti dinukil dari FB Islamic Center Masjid Kajen, Mudarasah Quran Bil Ghoib dalam rangkaian acara Haul Mbah Ahmad Mutamakkin sudah berlangsung sejak 54 tahun lalu. Acara ini diawali oleh Mbah Abdullah Salam dan murid-murid tahfiz beliau. Pada setiap majlis, terdapat tiga hafiz yang membaca Quran bergantian dan tentunnya secara "ghoiban" atau bilghoib.

Seperti halnya beberapa tahun ini, mudarasah terbagi 111 majlis yang berarti akan ada 111 khataman Quran. Dan diikuti 333 hafiz Quran yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan luar Jawa.
Rangkaian berikutnya setelah Mudarasah Quran, adalah Walimah Takthimul Quran Bil Ghaib (Sabtu 13 Juli 2024), Burdah (Sabtu 13 Juli 2024), Tahlil Muqoddimah (Ahad 14 Juli 2024), Buka Selambu / Lelang (Senin 15 Juli 2024), Takhtimul Quran Binnadhor dilanjutkan Tahlil Haul & Pengajian Umum (Senin 15 Juli 2024) yang menghadirkan KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal sebagai Gus Baha.
Peringatan haul diakhiri Manaqib Penutup (16 Juli 2024).

Dalam acara Ngaji Bareng Gus Baha itu di acara haul Kajen, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Rembang menyebut bahwa hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya itu abadi. Ia mengatakan bahwa seorang hamba tetap bisa memuji Tuhan di akhirat.

Baca juga: Tradisi 1 Sura di Pura Mangkunegaran Solo: Usai Pusaka Dijamas, Warga pun Menadah Berkah dari Udik-udik

“Makanya orang tidak boleh ngaji syariat saja. Karena kalau begitu, Anda akan bilang akhirat itu finish (selesai). Padahal di akhirat Rasulullah minta Allah untuk menyafaati umatnya,” ungkap Gus Baha, seperti dikutip dari NU Online.

Gus Baha mengisahkan bahwa seandainya dia mendapat kabar kalau ibadahnya selama ini tidak diterima Allah, dia tidak akan merasa sedih. Sebab kewajiban seorang hamba adalah beribadah.


Kirab Budaya

Salah satu rangkaian acara Haul Mbah Mutamakkin adalah kirab budaya di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso yang berlangsung Selasa 16 Juli 2024 lalu. Berbagai aksi marching band mewarnai karnaval ini.
Ketua Panitia, Syamsul Bahri, menyatakan tahun ini panitia mengacu pada evaluasi tahun lalu.
Pihaknya memutuskan untuk tak menggunakan sound system seperti dangdut yang dinilai tidak sesuai untuk acara haul.

"Alasannya ini haul Mbah Ahmad Mutamakkin, kecuali kalau sedekah bumi di desa-desa lain, jadi kita bisa membedakan antara sedekah bumi dan haul Mbah Ahmad Mutamakkin," ujarnya.

Baca juga: Desa Wisata Ngesrepbalong, Sajikan Orkestrasi Alam dan Camping di Kampung Tertinggi di Kendal

Meskipun menuai pro dan kontra, namun acara berlangsung kondusif dan aman.
Acara kirab budaya ini juga menampilkan sekitar 16 Marching Band dari dalam dan luar kota dan berbagai lembaga pendidikan di Kajen, seperti Salafiyah, Matholi'ul Falah, dan Prima.


"Sementara untuk dana mendatangkan Marching Band, ini dikumpulkan dari iuran warga masing-masing RT bersifat seikhlasnya," tambahnya. 

Haul Mbah Mutamakkin selalu mendapatkan tempat di hati warga Pati. Acara itu menjadi magnet para santri, para peziarah. Pemkab Pati menjadikannya sebagai calender of event, dan menjadi salah satu wisata religi dan budaya. (Aji)

Berita Terkini